Kylian Mbappe, Pemain Muda Terbaik yang Dulu Hidup di Zona Kriminal

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kylian Mbappe kembali menunjukkan sihirnya ketika menghadapi Barcelona di Camp Nou dalam babak 16 besar Liga Champions 2020-2021. Di laga tersebut, Mbappe mencetak tiga gol dan membawa PSG menang 4-1.

Namun, seperti kebanyak pemain lainnya, Mbappe juga memiliki perjalanan yang panjang untuk menjadi pemain sepak bola yang digemari banyak orang. Mbappe lahir dari pasangan Wilfred Mbappe dan Fayza Lamari pada 20 Desember 1998. Sang ayah memiliki darah Kameran, sementara ibunya memiliki darah Aljazair.

Bakat sepak bolanya turun dari sang ayah yang berprofesi sebagai pelatih sepak bola, sementara ibunya pernah menjadi atlet bola tangan semasa muda. Kegemaran Mbappe terhadap sepak bola sudah terlihat sejak belia. Hal tersebut masih jelas diingat Wilfred Mbappe bahwa sang anak bisa menonton lima pertandingan sepak bola berturut-turut tanpa merasa bosan.

Semasa kecil Mbappe tumbuh dari lingkungan yang tidak ramah untuk tumbuh kembang anak. Ia tinggal di daerah pinggir kota Paris, tempat yang memang dikenal sebagai zona rawan tindak kriminalitas dan perkelahian antargeng.

Beruntunglah sepak bola seakan menjadi “pelarian” yang tepat, ia disodorkan ke AS Bondy, tempat melatih ayahnya untuk mengasah bakatnya sebagai winger kiri. Setiap jam sekolah usai, Mbappe langsung menuju tempat latihan. Hal itu sengaja dilakukan demi menjauhkannya dari pengaruh buruk lingkungan.

Kemampuannya semakin meningkat pesat, namun tak diiringi dengan kualitas latihan yang diterima. Alhasil Wilfred mengirim Kylian ke daerah Clairefontaine-en-Yvesline sebagai tempat barunya menimba ilmu bersama akademi sepak bola nasional Prancis.

Di pedesaan nan asri itu, ia mulai menjadi pusat perhatian berkat gocekan bola yang terhitung luar biasa untuk seorang anak berumur 10 tahun. Klub-klub asal Prancis dan Spanyol silih berganti datang membujuknya untuk pindah bersama mereka. Di usia 11 tahun, ia bahkan sempat menjalani trial bersama Chelsea. Namun, Mbappe menjatuhkan pilihannya ke AS Monaco.

Les Rouges et Blancs dikenal kerap menelurkan pemain muda berbakat. Emmanuel Petit, Thierry Henry, hingga Dennis Appiah jadi sedikit dari segelintir pemain jebolan akademi Monaco. Pada akhir 2015, saat usianya 16 tahun 347 tahun, Kylian mematahkan rekor Henry yang sudah bertahan selama 21 tahun lamanya setelah melakoni debut di tim senior. Seiring waktu, Mbappe mulai dianggap sebagai titisan Henry. Hal tersebut cukup beralasan setelah dirinya menjadi pencetak gol termuda Monaco di usia 17 tahun 62 hari.

Maret 2016, ia disodorkan kontrak profesional berdurasi lima tahun. Gol demi gol tercipta dari kakinya, rekor demi rekor berdatangan. Total ia berhasil mencetak 26 gol dari 44 kali penampilan dalam semua ajang pada musim itu, termasuk di Liga Champions. Tak tanggung-tanggung, Mbappe langsung memberikan trofi Ligue 1 untuk AS Monaco.

Pada musim 2017-2018, ia menerima pinangan Paris Saint Germain, rival sengit Monaco. Bersama Les Parisien, koleksi medalinya makin banyak berkat raihan treble winner (Ligue 1, Coupe de France, Coupe de la Ligue).

Namanya kian melambung tinggi setelah membawa tim nasional Prancis meraih juara Piala Dunia 2018. Golnya ke gawang Peru mengantarkannya sebagai pencetak gol termuda Prancis di sepanjang sejarang penyelenggaraan gelaran akbar empat tahunan tersebut.

Reporter: Afif Ardiansyah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Program AMANAH Kembangkan SDM Muda Kelola Potensi Kekayaan Aceh

Program Aneuk Muda Aceh Unggul dan Hebat (AMANAH) mampu mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) muda di Tanah Rencong...
- Advertisement -

Baca berita yang ini