Home Kisah Kisah Cinta Kahlil Gibran dan May, Tidak Saling Memiliki Namun Abadi!

Kisah Cinta Kahlil Gibran dan May, Tidak Saling Memiliki Namun Abadi!

0
3286
Kahlil Gibran dan May

MATA INDONESIA, JAKARTA – Siapa yang tidak mengenal Khalil Gibran, merupakan seorang pelukis dan penyair ternama kelahiran Lebanon, 6 Januari 1883. Ia telah melahirkan banyak karya puisi romantis, religius, dan kritik sosial yang humanis. Untaian kata dirangkai dengan sangat apik olehnya, sehingga begitu dalam makna yang tersampaikan.

Namun apa kamu tahu tentang kisah cinta Khalil Gibran? Ia pernah menjalin cinta dengan empat wanita dan dua di antaranya yang paling menggelora. Dua wanita tersebut adalah Mary Haskell yang sangat berperan penting dalam karyanya ‘The Prophet’ atau ‘Sang Nabi’ dan May Ziadah merupakan merupakan seorang feminis Palestina dan pelopor feminisme oriental.

Kepada May, Gibran menjatuhkan hatinya. Kisah cinta keduanya memang sangat romantis, namun hingga ajal menjemput, keduanya tidak pernah bertemu. Kisah Long Distance Relationship (LDR) antara Gibran yang saat itu tinggal di New York dan May Ziadah di Mesir memang sangat romantis.

Selama 20 tahun, keduanya hanya berkomunikasi lewat sepucuk surat. Rasa cinta Gibran kepada May bagaikan mengalir lembut, mesra dan mendalam. Semua itu Gibran curahkan dalam sajaknya yang berjudul ‘Gibran: Love Letters.’ Kumpulan puisi tersebut banyak diperbincangkan para pembacanya.

Awal keduanya menjalin komunikasi pada 1912, saat May mengirimkan sebuah surat tentang tokoh dalam Broken Wings yaitu, Selma Karameh. May tersentuh dengan kisah cita rasanya yang terlalu liberal.

Menurut May, nasib Selma menggambarkan rasa ketidakadilan atas hak-hak perempuan. Sejak saat itu, keduanya saling berkirim surat dan menuangkan argumen-argumennya. Bahkan saat Gibran berada di Amerika, May sempat menggantikan Mary Haskell dan menjadi editor tulisan-tulisan Gibran.

Pada tahun 1921 Gibran berhasil mendapatkan foto May Ziadah. Kisah cinta May dan Gibran memang sangat unik, melalui khayalan dan mimpi mereka membayangkan rasa cinta yang hadir dalam hati masing-masing.

Bahkan dalam masa-masa sulit menghadapi kematian, Gibran masih sempat menulis surat kepada May, yang berisi “I am, May, a small volcano whose opening has been closed…” Kemudian pada tanggal 10 April 1931, Gibran meninggal dunia karena Sirosis hepatis dan tuberkulosis atau TBC.

May sangat kehilangan orang-orang yang ia cintai, mulai dari ayah, ibu, sahabat, dan Kahlil Gibran sebagai pria yang May cintai. Kesehatan tubuh May menurun dan harus menjalani pengobatan keberbagai negara.

Ia juga pernah mencoba bunuh diri, namun berhasil diselamatkan. Seorang sahabatnya juga berhasil membut May memiliki kepercayaan diri lagi, sehingga ia melanjutkan kegiatan sastranya.

Selain itu, ia pernah mengisi kuliah umum di American University, Beirut dengan judul ‘Amanah Penulis Bagi Kehidupan Arab.’ Namun May lebih suka menyepi, hingga tiga tahun kemudian May meninggal dalam kesunyian pada 19 Oktober 1941.

Kisah cinta keduanya tetap abadi dalam lembaran surat yang penuh makna. Walau tidak bertemu di dunia, kisah cinta keduanya dikenang oleh pengagum sastra di penjuru dunia. Begitulah cinta, walau tidak bisa memiliki, namun rasa yang ada tidak pernah mati. (Hastina/R)