Kesaksian Jihan Sadat: Suami Saya Diberondong Peluru

Baca Juga

MINEWS.ID, KAIRO – Hari itu, 6 Oktober 1981 di Stadion Medinet Nasr, di utara Kairo, diadakan parade militer untuk memperingati keberhasilan Mesir merebut Sinai dari Israel tahun 1973. Presiden Mesir saat itu Anwar Sadat duduk di barisan depan tribun kehormatan, berdampingan dengan Wapres Hosni Mubarak. Pasangan mereka, Jihan Sadat dan Suzanne Mubarak, duduk di balkon tertutup kaca di bagian atas.

Tiba-tiba saja truk tentara keluar dari parade kendaraan artileri. Tiga orang tentara berlari ke arah Sadat dan tiba-tiba saja Jihan yang sedang tertawa-tawa mendengar ledakan granat. Gelegarnya tertelan raungan jet di udara. Asap mengepul. Jihan menoleh ke arah suaminya. Anwar Sadat sedang berdiri menunjuk ke arah pengawalnya. Itulah terakhir kalinya, Jihan melihat suaminya dalam keadaan hidup.

Dikutip dari riwayat hidup Jihan Sadat yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Myra Sidharta dan dipublikasikan oleh Majalah intisari, Jihan dipaksa tiarap oleh pengawal pribadinya. Teriakan-teriakan dan peluru menembusi dinding kaca penutup balkon. Orang-orang panik dan cucu-cucu Jihan menangis ketakutan.

Jihan yang yakin suaminya pasti selamat berusaha menenangkan beberapa istri pejabat. Ketika keadaan sudah lebih tenang, Jihan mencari Anwar yang tidak kelihatan di tempat semula. ”Beliau baik-baik saja, Bu,” kata seorang pengawal presiden yang seragam putihnya bernoda darah. “Cuma luka di lengan. Tadi saya membawanya ke helikopter. Sekarang beliau berada di RS Maadi.”

Jihan mengumpulkan cucu-cucunya, lalu menyusul dengan helikopter ke rumah sakit. Putri-putrinya yang tidak ikut ke stadion sudah berada di sana bersama suami mereka. Begitu pula Wapres Hosni Mubarak, yang tangannya dibalut karena terserempet peluru, dan para menteri.

Di ruang tunggu suasana hening mencekam. Jihan menanti dan menanti, tetapi tidak ada dokter yang menemuinya untuk memberi tahu keadaan suaminya. Setengah jam lewat dan Jihan pun insaf apa yang terjadi.

Ia menarik napas dalam-dalam untuk menabahkan hatinya, berdiri seraya menoleh ke arah Hosni Mubarak. “Tampaknya Sadat sudah meninggal,” katanya. “Sekarang giliran Anda memimpin negara ini. Mohon jaga Mesir baik-baik, Pak Mubarak.”

Anwar Sadat tewas ditembus lima peluru Kalashnikov: dua di dada, satu di leher, satu di tulang tengkuk dan satu lagi di lutut. Presiden yang punya nama lengkap Mohammed Anwar Al Sadat ini memang tak menyangka akan dibunuh di hari perayaan kemenangan Mesir. Para pembunuhnya sedang menanti waktu yang tepat.

Saat semua orang sedang mendongak menyaksikan manuver pesawat tempur, kendaraan militer yang mereka tumpangi lewat di depan Anwar Sadat. Empat pria bersenjata sontak melompat, berlari ke arah Sadat dan memberondong target dengan peluru dari jarak dekat. Dua jam kemudian, Anwar Sadat dinyatakan tewas. Sementara 20 orang lainnya luka-luka, termasuk 4 diplomat Amerika Serikat.

Tewasnya Anwar Sadat mengejutkan dunia. Sebagian orang sangat menyayangkan kematiannya. Sebagian lagi menganggap itu ganjaran yang pantas baginya. Anwar Sadat dari Mesir memang tokoh yang kontroversial. ”Begitu suami saya menyatakan bersedia pergi ke Yerusalem untuk berdamai dengan Israel, saya tahu ia akan dibunuh. Namun, saya tidak tahu, kapan dan di mana peristiwa itu akan terjadi. Saya juga tidak tahu, siapa yang akan membunuhnya,” ujar Jihan dalam bukunya itu.

Diketahui, alasan anggota organisasi Jihad Islam melakukan pembunuhan karena menolak Perjanjian Camp David antara Israel dan pihak Kairo pada 1979.

Perjanjian tersebut merupakan inisiatif perdamaian negara Arab pertama dengan negeri zionis.

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini