Jejak Munarman, dari Aktivis dan Menjadi Kepercayaan Rizieq Shihab

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Penangkapan mantan petinggi organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI), Munarman, Selasa 27 April 2021, cukup mengagetkan banyak kalangan.

Kabag Penum Divhumas Polri Kombes Ahmad Ramadhan. Ahmad mengatakan, Munarman ditangkap di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan, sekitar pukul 15.00 WIB.

Munarman, kata Ahmad, diduga terlibat dalam aksi pembaiatan di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan juga Makassar, Sulawesi Selatan.

Pada rekeman video yang tersebar, Munarman mengatakan penangkapan dirinya tak sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. ”Ini tidak sesuai hukum!” teriaknya.

Namun petugas yang menggelandang Munarman tak menghiraukan protes mantan Sekretaris Umum DPP FPI itu. ”Ga usah!” bentak petugas. Ada sekitar 8 petugas polisi memakai rompi serta helm di dalam video tersebut.

Selain menangkap Munarman, polisi juga melakukan penggeledahan kantor FPI di Petamburan, Jakarta Pusat. Kapolres Jakarta Pusat Komisaris Besar Hengki Haryadi mengatakan pihaknya melakukan penjagaan di bagian luar saat penggeledahan dilakukan.

Ia mengatakan sebanyak 60 personel gabungan dari TNI dan Mabes Polri diterjunkan dalam penggeledahan itu. ”Rumah dalam keadaan kosong, maka kami panggil RT dan RW untuk sama-sama dampingi proses penggeledahan,” kata Hengki.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Inspektur Jenderal Argo Yuwono mengatakan penangkapan itu karena petinggi FPI itu diduga menggerakkan orang lain serta mufakat jahat untuk melakukan tindak pidana terorisme dan menyembunyikan informasi.

Argo mengatakan Munarman diduga terkait dengan aktivitas baiat, salah satunya baiat di Markas FPI Makassar pada tahun 2015.

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Kombes Pol. Ahmad Ramadhan mengatakan Munarman terlibat tiga kegiatan baiat. “Kasus baiat di UIN Jakarta, kemudian juga kasus baiat di Makassar dan ikuti baiat di Medan,” kata Ramadhan.

Jejak Munarman dalam lima tahun terakhir ini memang menjadi perhatian banyak kalangan. Sebelum aktif di FPI, pria kelahiran Palembang, 16 September 1968 ini mengawali kariernya dari bawah.

Munarman terjun ke dunia advokasi saat bergabung dengan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan menjadi relawan di LBH Palembang pada tahun 1995.

Dua tahun kemudian, kariernya menanjak dengan menjadi Kepala Operasional LBH Palembang.

Pada medio 1999-2000, ia menjadi koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Aceh dan pindah ke sana, hidup terpisah dari anak dan istrinya.

Karirnya berlanjut hingga menduduki posisi Koordinator Badan Pekerja Kontras.  Munarman pun kemudian terpilih sebagai ketua YLBHI periode 2002-2007.

Dalam perjalanan kariernya sebagai pengacara, Munarman pernah menjadi anggota Tim Pengacara Abu Bakar Ba’asyir.  Saat itu, Ba’asyir terjerat kasus Bom Bali dan divonis 2,5 tahun penjara.

Dari kedekatannya dengan Ba’asyir ini lah minatnya pada gerakan Islam bermula.  Selepas dari mendampingi Ba’asyir, Munarman mulai dekat dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Organisasi ini dibubarkan pada 2017 karena dianggap bertentangan dengan ideologi Pancasila.

Dari HTI, Munarman mengenal sejumlah tokoh Islam garis keras, termasuk mantan ketua FPI Rizieq Shihab.

Ia kemudian mendirikan pusat pendidikan penghafal Al-Quran, An-Nashr Institute. Sejak saat itu, hubungan antara Munarman dan Rizieq semakin dekat.

Munarman menduduki sejumlah posisi penting di FPI, seperti Panglima Komando Laskar Islam, juru bicara, hingga terbaru Sekretaris Umum (Sekum).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

AMN Manado Bangkitkan Etos Pemuda Jadi Cendekia Cerdas dan Terhormat

Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) Manado membangkitkan etos para pemuda untuk menjadi cendekia yang cerdas dan terhormat, sehingga mereka terampil...
- Advertisement -

Baca berita yang ini