Jadi Pasien Pertama Covid-19 di Depok, Ada Pelajaran Berharga Didalamnya

Baca Juga

MATA INDONESIA, DEPOK-Awal Maret 2020, menjadi tahun yang buruk bagi Sita Tyasutami. Dirinya divonis sebagai pasien pertama di Indonesia yang terjangkit virus corona, kemudian disusul ibu dan kakaknya yang tertular darinya.

Bertarung melawan virus corona tentunya bukan hal yang mudah, hal itu menjadi pelajaran penting baginya. Selama kurang lebih 14 hari, ia bersama ibu dan kakaknya dirawat di Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.

Kenangan yang diingatnya adalahm saat ia hampir menang melawan Covid-19, lalu mendadak drop kembali karena batinnya tertekan dan merasa depresi karena menyandang status pasein 01. Dirinya saat itu dihadapkan dengan dua pilihan, yakni mau berpikir positif apa negatif.

Sita mengakui bahwa pikiran menjadi faktor terbesar dalam upaya penyembuhan dirinya dari Covid-19. Pikiran yang stres dan depresi dapat melemahkan imunitas yang berdampak pada kerentanan tubuh.

Sebaliknya, menurut Sita, dengan berpikiran positif maka tubuh seakan merespon sehingga virus corona dapat ditaklukkan. Setelah menyadari hal itu, maka ia menggunakan waktunya sebaik mungkin ketika melakukan isolasi mandiri dengan kegiatan yang disukai dan menjadi rutinitas sehari-hari.

Selama berjuang melawan virus corona, ia mendapat dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat. Banyak yang akhirnya membujuk Sita untuk membuat sebuah kampanye positif kepada orang-orang agar tidak panik dan dapat melakukan upaya pencegahan Covid-19.

Tak berapa lama dengan segala bentuk dukungan dan perjuangan dirinya untuk bangkit akhirnya tubuhnya berangsur membaik.

Bagi Sita, terinfeksi virus corona jenis baru itu tentunya bukan kenginan dirinya dan setiap orang. Terpapar Covid-19 juga bukanlah sebuah aib. Namun yang perlu dipahami adalah virus corona ini berpotensi menular kesiapapun tidak pandang bulu.

Senada diungkapkan oleh Ratri Anindya yang merupakan kakak dari seorang Sita. Menurutnya, menjadi pasien corona pertama menjadi pengalaman yang luar biasadari mulai dinyatakan positif corona hingga akhirnya dinyatakan sembuh dan boleh pulang.

Menurut Ratri ini merupakan wabah nasional dan dunia, lalu ini juga hal baru untuk semuanya serta jadi pengalaman untuk mereka sekeluarga.

Nah, berbekal pengalaman itu, ia dan kakaknya memposting konten di media sosialnya, ternyata banyak ditanggapi. “Aduh saya takut, Kak. Lapor sama dokter takut kayak Sita dan ibunya Kakak, sampai diekspose.”

Ia mengatakan tak hanya soal fisik yang diserang virus, namun kondisi psikis juga turut mempengaruhi keadaan yang harus dilalui mereka.

Informasi yang diberikan keduanya dimaksudkan agar masyarakat bisa terus menjaga kesehatan dirinya dan sama-sama melewati wabah ini.

Keduanya selalu mengingatkan agar melakukan gerakan pencegahan. Setiap hari rekomendasi minum air yang banyak, berjemur di matahari pagi karena virusnya tidak tahan panas. Begitu merasa sakit sedikit, langsung saja tinggal di rumah karena kita tidak hanya tanggung jawab terhadap diri sendiri tapi juga lingkungan.

Sita berharap agar semua orang dapat bergotong royong untuk memutus rantai penularan Covid-19 dengan tetap di rumah saja dan menjalankan anjuran pemerintah, menerapkan protokol kesehatan, dan selalu berpikiran positif.

Setelah merasakan buruknya terjangkit virus corona saat ini kondisi Sita, Ratri dan Ibunya baik-baik saja. Mereka telah meyakinkan bahwa diri mereka sudah sehat dengan melakukan test Swab dan hasilnya negatif.

Ibu dan kedua anaknya saat ini kembali normal dengan melakukan kegiatan seperti biasa dengan tetap menerapkan peraturan protokol kesehatan yang ada.

Reporter: Wahyu Purnama Sari, Aidel 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini