Ini Kisah Misteri Pencurian Perhiasan Pangeran Arab Saudi

Baca Juga

MINEWS.ID, BANGKOK – Pencurian perhiasan Pangeran Arab Saudi menjadi cikal bakal serentetan pembunuhan dan krisis diplomatik yang masih terus berlanjut hingga hari ini. Dikutip dari BBC, misteri pencurian ini kemudian dikenal dengan nama Skandal Berlian Biru.

Skandal dan misteri ini diawali dari seorang pelayan asal Thailand Kriangkrai Techamong yang bekerja di Istana Pangeran Faisal, putera tertua Raja Fadh. Kriangkrai dalam wawancara eksklusif dengan BBC menceritakan dirinya mencuri permata dan berlian miliki bosnya, senilai ratusan miliar rupiah. Saat pencurian berlangsung, Pangeran Faisal dan istrinya tengah pergi berlibur selama tiga bulan.

Pangeran Faisal bin Fadh
Pangeran Faisal bin Fadh

Kriangkrai tahu resiko jika dirinya ketahuan. Tak hanya resiko dibunuh, paling apes Kriangkrai akan diamputasi tangannya. Namun Kriangkrai merasa ini adalah tantangan buat dirinya. Ia mengincar puluhan permata dan perhiasan berharga milik majikannya itu.

Sebagai tukang bersih-bersih, Kriangkrai mengenal setiap sudut istana Pangeran Faisal. Ia juga tahu, tiga dari empat brankas yang berisi perhiasan pangeran secara teratur dibiarkan tidak terkunci.

Itu adalah kesempatan yang terlalu bagus untuk dilewatkan: dia terlilit utang judi karena kalah taruhan dengan para pekerja istana lainnya. Kala itu Kriangkrai melihat situasi tersebut sebagai kesempatan emas untuk kabur dari negara yang represif. Sebuah negara yang tak sanggup lagi ia tinggali.

Akhirnya, ia mencuri hampir 30 kilogram barang yang bernilai nyaris jutaan dolar. Di antara banyak yang ia curi, terdapat arloji emas dan beberapa batu delima bulat.

Malam itu, Kriangkrai menyembunyikan beragam barang curian di seluruh istana, di tempat-tempat yang dia tahu tidak akan ditemukan orang. Lebih dari sebulan, dia memindahkan dan menyembunyikan barang curian itu ke kapal kargo besar yang dia bayar untuk berlayar ke Thailand.

Pada saat penjaga Istana menyadari adanya pencurian itu, Kriangkrai sudah melarikan diri ke Thailand. Kapal kargo yang memuat curiannya malah sudah berangkat beberapa hari sebelum dia melarikan diri.

Namun Kriangkrai menghadapi tantangan lain: bagaimana meloloskan barang curian dari pemeriksaan otoritas bea cukai Thailand. Sesuai ketentuan, semua barang dari luar negeri harus diperiksa saat memasuki negara itu. Karena tahu pejabat Thailand tidak bisa menahan suap, Kriangkrai memasukkan sebuah amplop berisi uang dan kertas catatan ke dalam kargonya.

Dalam catatan itu, Kriangkrai berkata muatannya mengandung materi pornografi dan tak perlu dikhawatirkan. Rencananya berhasil tapi Kriangkrai tak bisa menghindari pengadilan untuk waktu yang lama. Januari 1990, ia ditangkap di rumahnya di provinsi Lampang, kawasan utara Thailand.

Ketika itu, polisi Thailand mendapat pesan dari rekan-rekan sejawat mereka di Saudi untuk menangkap Kriangkrai. Permata dan perhiasan, meski beberapa di antaranya sempat ia simpan dan jual, disita segera penangkapan.

Tetapi di antara masa penyitaan dan pengembalian ke Riyadh, kejahatan lain terjadi. Otoritas Saudi menyebut sekitar 80 persen perhiasan hilang. Banyak dari perhiasan yang dikembalikan ternyata palsu.

Tak lama berselang, foto-foto istri seorang pejabat senior Thailand mengenakan kalung dengan kemiripan luar biasa dengan salah satu barang yang hilang muncul ke publik.

Namun, kekhawatiran terbesar sebenarnya tertuju pada suatu bagian dari satu perhiasan, yaitu berlian biru 50 karat seukuran telur yang sangat langka. Cuma satu dari 10 ribu berlian yang memiliki warna tubuh berbeda. Dan dari berlian yang langka itu, hanya sebagian kecil yang berwarna biru, warna yang memastikan mereka sebagai yang paling langka dan paling berharga di dunia.

Warna khas berlian ini berasal dari jejak samar boron, elemen yang muncul saat berlian itu terbentuk 600 kilometer di bawah permukaan bumi. Banyak berlian biru yang beredar hari ini berasal dari satu sumber, yakni tambang Cullinan dekat Pretoria di Afrika Selatan. Namun asal-usul berlian biru Saudi tidak jelas. Batu ini juga tak pernah diabadikan dalam foto.

Kasus ini mungkin berakhir pemenjaraan Kriangkrai dipenjara selama kurang dari tiga tahun, disertai kutukan pemerintah Arab Saudi atas hilangnya perhiasan pangeran mereka, terutama berlian biru. Namun, penyelidikan kasus ini ternyata juga menyebabkan pertumpahan darah.

Awal Februari 1990, dua pejabat bagian visa kedutaan Saudi di Bangkok mengemudi menuju kompleks perkantoran mereka. Sekitar setengah mil dari tujuan, mobil mereka diserang sekelompok orang bersenjata. Dua pejabat Thailand itu tewas.

Pada waktu yang hampir bersamaan, seorang pria bersenjata masuk ke salah satu rumah rekan pejabat itu dan menembaknya hingga mati. Beberapa minggu setelahnya, seorang pengusaha Saudi bernama Mohammad al-Ruwaili, dikirim ke Bangkok untuk menyelidiki yang mungkin terjadi pada timbunan barang hilang itu.

Tapi dia juga menjadi sasaran. Al-Ruwaili diculik dan hingga kini ia tidak pernah ditemukan. Diduga dia dibunuh.

Mohammad al-Ruwaili
Mohammad al-Ruwaili

Muncul banyak teori tentang pembunuhan itu. Menurut catatan diplomatik yang ditulis pada 2010 oleh wakil kepala misi di kedutaan besar AS di Bangkok, pembunuhan tiga diplomat hampir pasti bagian dari perseteruan Saudi dengan kelompok militan Muslim Syiah Lebanon, Hezbollah.

Catatan dari Kedubes AS itu belakangan dirilis oleh Wikileaks. Namun seorang pejabat Saudi yakin pada penyeledikannya tentang siapa yang semestinya bertanggung jawab dalam kasus ini.

Akhirnya Mohammed Said Khoja, seorang diplomat Saudi dengan pengalaman intelijen selama 35 tahun, dikirim ke Bangkok segera setelah pencurian terjadi untuk mengawasi penyelidikan. Saat terbang ke Thailand, ia berharap akan pulang ke Saudi setelah tiga bulan. Namun ia akhirnya tinggal di negara itu selama beberapa tahun.

Perannya secara teknis bukan sebagai duta besar, tetapi pemegang tanggung jawab diplomatik yang lebih rendah. Status pekerjaannya itu muncul karena Arab Saudi menurunkan hubungan dengan Thailand setelah pencurian dan pembunuhan terjadi.

Akibat hubungan diplomatik yang memanas itu pula, jumlah pekerja Thailand di Arab Saudi turun dari lebih dari 200 ribu menjadi hanya 15 ribu orang.

Situasi itu dinilai merugikan perekonomian Thailand hingga miliaran dolar setahun. Hubungan antara kedua negara hampir tidak sebaik saat ini.

Khoja pun ketar ketir dengan situasi dan suasana seperti ini. Tak jarang ia pun sering membawa pistol merek Smith & Wesson di atas mejanya. Kepada media Thailand, ia mengatakan dan sangat yakin bahwa polisi Thailand bertekad menghabisinya.

Mohammed Said Khoja
Mohammed Said Khoja

Khoja secara terbuka menuduh polisi Thailand mencuri hasil sitaan barang curian, lalu membunuh para diplomat dan pengusaha Saudi untuk menutupi perbuatan tersebut. Para korban itu dibunuh, katanya, karena mengungkap informasi sensitif tentang pencurian itu.

Perwira polisi yang bertanggung jawab atas penyelidikan pembunuhan para diplomat didakwa menghilangkan Mohammad al-Ruwaili. Tapi dakwaan itu kemudian juga dibatalkan. ”Polisi di negara ini lebih berkuasa ketimbang pemerintahan mereka sendiri” kata Khoja kepada New York Times, September 1994.

Di bawah tekanan yang meningkat dari Arab Saudi, Pemerintah Thailand pun mencari jalan keluar untuk menuntaskan perkara itu.
Thailand mengidentifikasi pria yang diduga menerima tumpukan permata dan perhiasan setelah Kriangkrai kembali ke Thailand. Pedagang permata itu diyakini menjual barang berharga itu, lalu menggantinya dengan yang palsu.

Sang pedagang akhirnya menjadi saksi kunci dalam kasus ini. Namun Juli 1994, istri dan putra pedagang itu hilang. Jasad mereka ditemukan di sebuah mobil Mercedes di kawasan luar Bangkok.

Walau ada bekas kekerasan benda tumpul, laporan forensik resmi menyebut keduanya tewas ditabrak truk besar.

Khoja sempat memberikan keterangan kepada media. ”Komandan forensik Thailand menganggap kami bodoh,” katanya dalam konferensi pers. “Ini bukan kecelakaan. Mereka ingin menutupi kasus ini.”

Khoja benar. Belakangan diketahui, polisi yang ditugaskan menemukan permata yang hilang malah menggelapkan sebagian permata itu, memeras pedagang permata, dan membunuh istri dan putranya. Kepala polisi yang bertanggung jawab atas penyelidikan, Chalor Kerdthes, akhirnya dihukum 20 tahun penjara.

Lalu bagaimana dengan nasib Kriangkrai sejak ditangkap? Ia sekarang sudah bebas dari penjara. Sekarang Kriangkrai tinggal di wilayah barat laut Thailand. Selama beberapa hari, tim BBC menjejaki satu demi satu petunjuk tentang keberadaannya, sebelum berakhir ke rumah sederhananya.

Saat wawancara dengan BBC, terlihat matanya melesat dari kanan ke kiri. Kriangkrai menjadi paranoid. Ia berulang kali bertanya apakah reporter kami adalah seorang perwira polisi. Kriangkrai juga tak mau diwawancarai di rumahnya. Ia harus diwawancarai di tengah sawah. Ketika dia membuka jalur melewati tanaman setinggi lutut, dia mulai berbicara. “Apa yang terjadi seperti mimpi buruk bagi saya.”

Kepada BBC, Kriankrai mengaku dirinya seperti orang tak waras. ”Saya panik dan cemas sepanjang waktu pada semua yang ada di sekitar saya. Satu-satunya hal di pikiran saya adalah saya tidak akan bisa keluar penjara dalam keadaan hidup. Saya juga berpikir ada banyak orang yang ingin menghilangkan atau membunuh saya. Saya tidak bisa tidur sama sekali selama seminggu,” katanya.

Kriangkrai Techamong
Kriangkrai Techamong

Kriangkrai menegaskan, ia tak menyangka kejahatan yang dia lakukan akan menjadi sedemikian besar. Kriangkrai tahu perhiasan itu bernilai tinggi. Dan ia baru meyakini hal-hal lain juga setara nilai berlian itu setelah dia keluar penjara.

“Saya memilih menyerah. Saya juga mengembalikan perhiasan dan membantu mendapatkan kembali barang-barang yang saya jual,” ujarnya.

“Tapi jika bukan karena keterlibatan orang-orang kuat di Thailand, cerita ini tidak akan sebesar ini,” kata dia.

Begitu Kriangkrai meninggalkan penjara, ia mengganti nama keluarganya untuk menghindarikan putranya pada rasa malu.
Ketika itu, setelah dia mengaku bersalah, hukuman lima tahun penjara Kriangkrai dikurangi menjadi dua tahun dan tujuh bulan.

Kriangkrai terus-menerus merasa bersalah atas apa yang dia lakukan. Ia berkata, kehidupannya setelah penjara penuh dengan kekecewaan dan peristiwa yang tidak menguntungkan. Untuk itulah pada Maret 2016, Kriangkrai memutuskan menjadi biksu Buddha.

Bebas
Pada Maret 2019 lalu, Mahkamah Agung Thailand membebaskan lima mantan polisi atas hilangnya dan pembunuhan pengusaha Saudi, Mohammad al-Ruwaili. Sementara di biara, Kriangkrai masih ketakutan dan belum bisa lepas dari masa lalu. Orang-orang akan terus mencarinya dan bertanya di mana dia menyembunyikan berlian biru itu. Namun berlian biru yang langka itu tidak pernah ditemukan.

Kriangkrai tinggal di biara selama tiga tahun. “Saya tidak bisa menjadi biarawan seumur hidup karena saya masih memiliki keluarga yang membutuhkan saya,” katanya.

Pada usia 61 tahun, Kriangkrai menjalankan pekerjaan apa pun yang temukan untuk bertahan hidup: bertani, merawat padi, atau sekedar mengelola sawah.

Berita Terbaru

Pilkada Kota Jogja Mulai Disorot, Heroe Poerwadi Akhirnya Diusung PAN, Budi Waljiman Dikawal Gerindra

Mata Indonesia, Yogyakarta - Persiapan untuk Pilkada pada pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Jogja mulai memanas. Beberapa figur telah muncul sebagai calon potensial dari berbagai partai politik, di antaranya adalah Heroe Poerwadi dan Budi Waljiman.
- Advertisement -

Baca berita yang ini