Ini Dedikasi Putu Wijaya untuk Sastra Indonesia

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Film Indonesia dan pelakonnya sekarang sudah banyak dikenal di manca negara. Tetapi pementasan teater karya orang Indonesia mungkin orang-orang Amerika Serikat hanya mengenal karya sastra seorang Putu Wijaya. Itu pun dulu lebih dari 30 tahun lalu.

Karya itu aslinya diberi judul Aum oleh lelaki kelahiran Tabanan yang nama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya itu.

Namun saat dia mementaskannya di Madison, New York diterjemahkan menjadi Roar sekitar pertengahan 80- an. Drama itu berkisah tentang kegelisahan warga sebuah kabupaten atas banyak masalah sosial yang tidak tuntas penyelesaiannya.

Selain Aum, Putu juga mementaskan karya lainnya di kota yang sama yaitu sebuah drama berjudul Gerr yang diterjemahkan menjadi Geez.

Drama itu bercerita tentang pertentangan kelas dengan tokoh utamanya Bima. Inti ceritanya justru saat Bima meninggal dunia.

Darah yang mengalir di tubuh Putu memang seniman kesusasteraan sejak lahir. Ayahnya I Gusti Ngurah Raka ingin sekali Putu menjadi dokter.

Namun dia menyadari sangat lemah di bidang ilmu pasti. Putu pun mengakui dia sangat akrab dengan sejarah, bahasa dan ilmu bumi.

Kelebihannya itu dia tunjukkan dengan prestasi dimuatnya cerita pendek yang pertama berjudul ‘Etsa’ di Harian Suluh Indonesia, Bali. Dia sudah menulis cerpen sejak SMP.

Selain itu, naskah drama pertamanya dia pentaskan saat duduk di SMA. Dia sendiri yang menyutradarai teman-temannya di Yogyakarta.

Hingga kini sudah puluhan cerpen, naskah drama, skenario film, ribuan cerpen, ratusan esei dan jenis-jenis tulisan lainnya sudah dihasilkan.

Skenario yang dia hasilkan juga bukan kelas kaleng-kaleng. Terbukti dia meraih dua Piala Citra di Festival Film Indonesia untuk skenario Perawan Desa pada tahun 1980 dan Kembang Kertas pada 1985.

Pada Konferensi Kebudayaan Indonesia tahun lalu Putu mendapat penghargaan atas jasa-jasanya yang tidak kenal lelah mengembangkan dan mengenalkan kesusasteraan karyanya di dunia.

Itu bukan pengakuan pertamanya pada 2004 pemerintah juga menganugerahi Tanda Kehormatan Satyalancana Kebudayaan Presiden RI.

Semasa aktif dia juga banyak menggeluti dunia jurnalistik seperti menjadi wartawan Tempo dan Zaman.

Pengetahuan kesusasteraannya juga dia berikan kepada mahasiswa Universitas Wisconsin dan Illinois Amerika Serikat. Pada 1985-1988 dia ditunjuk sebagai dosen tamu teater dan sastra Indonesia di kedua universitas itu.

Kini di tengah deraan strokenya, Putu yang lahir 11 April 1944 aktif menulis kata-kata indah dan bijak melalui akun twitternya. Semoga lahi Putu Wijaya baru yang lebih banyak sehingga sastra Indonesia tetap berjaya.

Berita Terbaru

Seluruh Pihak Harus Terima Hasil Putusan Sidang MK

Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024 di ruang sidang lantai...
- Advertisement -

Baca berita yang ini