Ini Cerita Misteri Kecelakaan Pesawat Terbang Pertama di Bali

Baca Juga

MINEWS.ID, DENPASAR – Jika bepergian ke Bali, bisa dipastikan kita tidak pernah membawa cerita dari obyek wisata yang satu ini. Padahal monumen itu merupakan pengingat terjadinya kecelakaan pesawat terbang pertama kali di Bali tahun 1974.

Maklum saja, warga Bali sendiri tidak pernah menyadari keberadaannya mengingat kondisi monumen itu tidak terlalu menyolok perhatian dan arsitekturnya pun seperti rata-rata arsitektur bangunan lain di Bali.

Itu adalah kisah kelam Boeing 707-321B N446PA yang biasa dijuluki Clipper Climax untuk penerbangan 812 dari Pan American World Airways. Seperti halnya monumen yang kusam, cerita naas itu pun tidak memiliki akhir yang jelas.

Foto: wikipedia

Saat itu Bali memang bukan tujuan akhir pesawat itu. Pulau Dewata tersebut hanyalah tempat transit untuk penerbangan reguler Hongkong – Sydney, Australia tersebut.

Sebenarnya 22 April 1974 cuaca Bali sangat bersahabat. Tidak ada hujan deras atau angin kencang. Malam hari pun terasa cerah untuk sekadar menghabiskan hari.

Maka ketika petugas dinas malam menara kontrol lapangan udara internasional Ngurah Rai, I Wayan Nuastha, menerima permintaan mendarat dari pesawat dengan call sign Clipper 812 itu, di respon dengan biasa.

Kontak pertama dari Kapten Zinke yang menjadi pilot 812, diterima Nuastha pada jam 22.05 WITa. Saat itu ketinggian Pan Am dilaporkan 28 ribu kaki.

Menerima status itu, Nuastha meminta Clipper menghubungi Pusat Pengawas Wilayah yang berfrekwensi 128,3, sebab tanggungjawab menara hanya terbatas pada ketinggian 1.000 kaki.

Seperti dilaporkan Tempo, Zinke pun menyetujuinya dan berhasil melakukan kontak dengan Mulyadi, petugas yang berdinas.

Ketika telah mendapat kepastian jam mendarat dari Zinke yaitu pukul 22.27 WITa, Zinke diizinkan menurunkan hingga ketinggian pada 10 ribu kaki dan meminta landasan di Ngurah Rai disiapkan.

Percakapan itu tetap didengar Nuastha yang menyiapkan landasan dengan menyalakan semua lampu di sekitarnya. Namun lampu isyarat (rotating beacon) tidak menyala karena rusak.

Saat ketinggian 812 pada 12.000 kaki, Nuastha mendapat kabar bahwa Zinke ingin mendaratkan pesawatnya dari ujung 09 runway. Dia akan meluncur ke arah landasan dari titik 11.000 kaki.

Maka Nuastha terus membimbingnya hingga ketinggian 2.500 kaki dalam keadaan cuaca cerah. Tak berapa lama Zinke pun menjawab sudah berada di ketinggian tersebut.

Sesaat setelah itu, Nuastha menanyakan apakah Zinke sudah melihat landasan. Belum lagi mendapat jawaban jelas, petugas menara tersebut merasakan kehilangan kontak.

Dia pun segera menghubungi Mulyadi menanyakan kabar pesawat berharga 10 juta dolar AS tersebut. Jawabannya sama.

Pagi hari 24 April 1974 sebuah Cessna Angkatan Udara Republik Indonesia melaporkan melihat puing pesawat naas itu masih berasap.

Anehnya, Boeing 707-321B merupakan pesawat dengan teknologi radar tercanggih di masanya itu, tidak jatuh di ujung landasan 09 Ngurah Rai.

Dia menabrak bukit 78,7 kilometer barat laut Ngurah Rai. Mengapa radar canggih 707-321B itu salah mendeteksi landasan? Namun hingga kini misteri itu tidak pernah terjawab.

Nama-nama korban Pan Am 812 (hiveminer.com)

Kini kita hanya bisa mengingatnya melalui monumen peringatan berisi nama 107 orang yang jatuh bersama Boeing 707 tersebut, di ujung Pantai Sanur, Bali.

Berita Terbaru

Puluhan Ribu Wisatawan, Padati Candi Prambanan dan Candi Ratu Boko Selama Periode Lebaran

Mata Indonesia, Sleman - Candi Prambanan dan Candi Ratu Boko merupakan Candi yang terletak di perbatasan Yogyakarta dengan Jawa Tengah, apa lagi kedua Candi tersebut terletak ditempat yang sangat strategis tidak jauh dari kota Yogyakarta.
- Advertisement -

Baca berita yang ini