Huruf Braille, Digunakan untuk Prajurit Kurir dan Berkembang untuk Tunanetra

Baca Juga

MATAINDONESIA, JAKARTA –  Tanggal 4 Januari 1809 merupakan hari lahirnya Louis Braille, seorang pencipta huruf Braille. Pada tanggal ini juga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 4 Januari sebagai Hari Braille Dunia berdasarkan hari lahirnya Louis.

Huruf Braille pertama kali diciptakan oleh seorang prajurit Prancis bernama Charles Barbier, seorang prajurit dari pasukan Napoleon Bonaparte. Kala itu, banyak prajurit kurir yang mati ketika mengirimkan pesan karena harus membaca dengan menggunakan penerangan, sehingga akhirnya untuk misi menyelamatkan para prajurit kurir, Barbier menciptakan sistem penulisan unik yang dinamakan  Night Writing yaitu sistem berkomunikasi di malam hari tanpa perlu penerangan.

Tulisan Night Writing juga dikenal dengan Sonografi Barbier, tulisan dengan menggunakan tabel yang terdiri dari 12 sel. Setiap selnya terdiri dari 6 lubang berjajar dan menggunakan kombinasi titik timbul yang terbuat berdasarkan letak lubang dalam sel. Sonografi Barbier ini dibaca dari kiri ke kanan, namun ditulis dari kanan ke kiri. Sebab, titik timbul yang dhasilkan baru dapat dirasaan bila kertas dibalik lebih dulu.

Kemudian di sebuah desa kecil, Coupfray, Paris. Seorang anak kecil bernama Louis Braille yang berusia tiga tahun, kedua matanya tertusuk jarum yang biasa ayahnya gunakan untuk membuat lubang pada bahan kulit alat pacuan kuda.

Kedua mata Louis mengalami infeksi dan akhirnya mengalami kebutaan permanen. Meski mengalami kebutaan, Louis tetap menjalani pendidikan dengan pergi ke sekolah khusus tunanetra. Lalu, setelahnya Louis berhasil mendapatkan beasiswa di Institut Nasional untuk Kaum Muda Tunanetra di Paris.

Di sekolah itu, sebagian besar menggunakan metode berbicara saat mengajar. Di perpustakaannya pun, terdapat banyak buku untuk tunanetra, namun hurufnya sangat sulit dibaca. Akhirnya, tahun 1821, Charles Barbier yang saat itu telah menjadi mantan prajurit, datang ke sekolah tersebut dan mengajarkan soal metode Night Writing.

Sayangnya, motode ini masih terlalu sulit digunakan dan dipelajari untuk tunanetra. Jika selnya banyak memang bisa menghasilkan kombinasi huruf yang lebih beragam. Hanya saja, terlalu banyak sel akan membuat jari tidak lagi sensitif terhadap titik.

Louis yang merupakan anak cerdas, kemudian membuat 12 titik karya Barbier menjadi enam titik. Ia menciptakan enam titik timbul dengan tiga titik berbaris ke bawah dan dibagi menjadi dua kolom.

Titik timbul tersebut berkembang menjadi tanda baca dan akhirnya tercipta 64 simbol yang dapat digunakan para tunanetra. Saat menciptakan pembaruan karya Barbier itu, Louis baru berusia 10 tahun!

Pada usia 15 tahun, Louis meluncurkan buku pertamanya. Di dalam bukunya, Louis menambahkan simbol untuk matematika dan musik. Berkat penemuan Louis, para tunanetra di seluruh dunia kini dapat mempelajari banyak hal. Berkat jasa besarnya itu, huruf tersebut diberi nama Braille, yakni dari nama belakangnya sendiri.

Reporter: Anggita Ayu Pratiwi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

AMN Manado Bangkitkan Etos Pemuda Jadi Cendekia Cerdas dan Terhormat

Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) Manado membangkitkan etos para pemuda untuk menjadi cendekia yang cerdas dan terhormat, sehingga mereka terampil...
- Advertisement -

Baca berita yang ini