Hanya Gandhi yang Bisa Mempersatukan Umat Hindu dan Islam di India

Baca Juga

MATA INDONESIA, NEW DEHLI – Pertentangan umat Islam dan Hindu di India sepertinya tak pernah reda. Negara ini pecah terbagi menjadi India, Pakistan dan Banglades karena persoalan agama.

Hingga sekarang masalah utama di India adalah belum bisa mendamaikan warganya yang Islam maupun Hindu. Tak ada tokoh ataupun kelompok yang bisa mempersatukan kedua umat ini. Padahal, sebelum merdeka, kedua umat ini saling bersatu padu dan melupakan perbedaaan agama untuk melawan Inggris.

Kompaknya kedua umat ini tergambar dalam Peristiwa Kerusuhan November 1921, atau Kerusuhan Pangeran Wales. Sejarawan Dinyar Patel menulis tentang pelajaran dari peristiwa itu untuk India saat ini.

Kerusuhan yang terjadi di Mumbai, India pada November 1921, bermula karena kedatangan Pangeran Wales ke India. Itulah sebabnya kerusuhan ini mendapat julukan Kerusuhan Pangeran Wales.

Kala itu, Pangeran Wales, yang kemudian menjadi Raja Inggris Edward VIII, memulai tur kerajaan ke India pada 1921. Namun sayangnya, ia melakukan tur di waktu yang tidak tepat.

 

Pangeran Edward VIII
Pangeran Edward VIII

Dengan naifnya, Pangeran Wales berharap kunjungannya ke India dapat menghilangkan kekuatan Gerakan Gandhi dan membangkitkan sentimen loyalis.

Padahal kenyataannya, Kongres Nasional India menyambut kedatangannya dengan aksi boikot produk-produk luar negeri, sebagai simbol penolakan terhadap imperialisme ekonomi Inggris.

India sedang melancarkan gerakan pro-kemerdekaan dari kekuasaan Inggris dengan tokohnya Mahatma Gandhi. Gerakan ini menjadi ancaman terbesar bagi pemerintahan kolonial Inggris sejak pemberontakan pada tahun 1857.

Dalam gerakan itu, Gandhi menggabungkan kekuatan umat Hindu dengan gerakan khilafah pimpinan sejumlah tokoh Muslim India. Para tokoh Muslim India ini merasa khawatir jika Inggris akan menggulingkan sultan mereka sebagai khalifah Islam yang sah, setelah Kesultanan Utsmaniyah mengalami kekalahan dalam Perang Dunia I.

Penggabungan kekuatan Hindu – Muslim tersebut berhasil menciptakan hubungan persatuan yang luar biasa. Namun di sisi lain, juga menimbulkan ketakutan bagi kelompok-kelompok minoritas seperti umat Sikh, Yahudi, Parsi, dan Kristen.

Gandhi pun menyerukan agar kelompok-kelompok minoritas tak perlu takut, karena kelompok mayoritas tidak akan mendominasi kelompok minoritas.

Karena ketakutan itulah yang membuat kelompok minoritas akhirnya berpihak pada Pangeran Wales, menjadi simpatisannya, dan menentang gerakan Gandhi.

Sebenarnya Gandhi telah memerintahkan gerakan tanpa kekerasan, namun para khilafah dan sukarelawan Kongres Nasional beraksi dengan penuh amarah. Mereka menyerbu toko minuman keras milik umat Parsi di jalan Bombay, yang tak lain adalah salah satu produk luar negeri, menggunakan penutup botol soda, batu, hingga memberikan ancaman akan membakarnya.

Mendapat ancaman demikian, akhirnya pemilik toko minuman keras berinisiatif membuang produk tersebut ke selokan.

Umat Parsi dan Anglo-India juga melakukan perlawanan, mereka tidak serta-merta diam ketika diserang oleh gerakan Hindu – Muslim. Mereka melakukan penyerangan terhadap orang-orang yang memakai pakaian khas Gandhi dan berteriak “Turunkan topi Gandhi”.

Melihat kerusuhan ini, Gandhi segera bertindak untuk menyatukan pemimpin dari berbagai komunitas guna mencari jalan damai. Tindakan Gandhi adalah melakukan aksi mogok makan hingga kerusuhan mereda. Ia memulai aksi mogok makannya dari tanggal 19 November 1921.

Tindakan tersebut akhirnya berhasil. Setelah tiga hari melakukan aksi mogok makan, pada 22 November 1921, akhirnya para pemimpin dari berbagai komunitas dan aliran politik datang untuk membahas upaya damai.

Dalam pembahasan upaya damai, Gandhi mengakui, tidak salah jika kaum minoritas merasa takut akan dominasi kaum mayoritas. Oleh karenanya, Gandhi berusaha untuk mendapatkan kembali kepercayaan kelompok-kelompok minoritas setelah Bombay pulih dari kerusuhan.

Ia juga bersosialisasi kepada kelompok mayoritas, khilafah, serta Kongres Nasional mengenai pentingnya penegakkan hak-hak dan penjaminan kesejahteraan kelompok minoritas.

Dan pada publikasi kongres, Gandhi memberikan ruang politik kepada perwakilan minoritas, yang menyuarakan keraguan mereka mengenai strategi Gandhi dan kekhawatiran mereka tentang desakan kelompok mayoritas.

Gandhi juga mengubah slogan Persatuan Hindu – Muslim menjadi Persatuan Hindu – Muslim – Sikh – Parsi – Kristen – Yahudi. Pengubahan slogan itu berhasil meyakinkan kaum minoritas bahwa mereka telah mendapatkan hak mereka. Gandhi berhasil menghilangkan mayoritarianisme.

Pelajaran dari kerusuhan ini adalah seputar toleransi. Toleransi terhadap setiap kelompok harus dijunjung tinggi. Kita tidak boleh hanya mementingkan satu kelompok terkuat atau mayoritas saja kemudian menindas dan melupakan hak-hak kelompok minoritas.

Karena pada dasarnya, setiap manusia memiliki hak yang sama. Begitu pun dengan kelompok minoritas yang memiliki hak dan kesetaraan yang sama dengan kelompok mayoritas, dimana hak-haknya juga harus dihargai.

Reporter: Intan Nadhira Safitri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

AMN Manado Bangkitkan Etos Pemuda Jadi Cendekia Cerdas dan Terhormat

Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) Manado membangkitkan etos para pemuda untuk menjadi cendekia yang cerdas dan terhormat, sehingga mereka terampil...
- Advertisement -

Baca berita yang ini