Demi Menangkap Seorang Wartawan, Pesawat RyanAir Dipaksa Mendarat

Baca Juga

MATA INDONESIA, ATHENA – Tak ada yang menduga, pesawat RyanAir, maskapai berbudget murah se-Eropa ini dicegat pesawat Jet Angkatan Udara Belarusia. Mendadak, pesawat dengan rute Athena Yunani menuju Vilnius Lithuania ini dipaksa mendarat di Misk, Belarusia. Suasana di dalam kabin sangat mencekam. Seluruh penumpang ketakutan bahwa pesawat mengalami kerusakan. Kejadian ini terjadi pada Minggu 23 Mei 2021 pukul 13.16 waktu setempat.

Saat itu, pesawat sedang terbang dengan aman dan stabil, namun tiba-tiba pesawat itu diapit pesawat jet tempur. Pilot RyanAir kemudian mengumumkan perubahan arah secara darurat, tapi tidak menjelaskannya secara rinci.

”Kami semua yang berada di pesawat, panik, karena kami mengira pesawat ini bakal jatuh,” kata warga Lithuania penumpang RyanAir, Raselle Grigoryeva, kepada ABC News.

”Pesawat tiba-tiba menukik, ketinggian berubah secara sangat drastis. Kasar sekali. Saya tak pernah merasakan hal seperti ini di dalam pesawat. Semua orang terkejut,” katanya.

Rute Penerbangan RyanAir dari Athena menuju Vilnius Lithuania
Rute Penerbangan RyanAir dari Athena menuju Vilnius Lithuania

Sebelum sempat mencapai perbatasan Lithuania, pesawat tersebut lantas berbelok ke timur ke arah Minsk. Seorang penumpang bernama Mantas menceritakan saat pilot mengumumkan pesawat berbelok ke Minsk, tiba-tiba saja penumpang di sebelahnya yang kemudian diketahui bernama Roman Protasevich berdiri dan membuka kabin di atas kepala dan mengambil kopernya.
”Dia mengambil koper dan berusaha untuk memisahkan barang bawaannya, seperti komputer yang ia titipkan kepada pacarnya di sebelahnya,” kata Mantas.

Protasevich terlihat panik dan ia beberapa kali bicara panjang kepada pacarnya. Ia juga beberapa kali berteriak bahwa ia akan dihukum mati jika mendarat di Bandara Misk. Mantas menambahkan, saat tiba di Bandara Misk, ia menyaksikan petugas keamanan menggunakan anjing pelacak untuk mencari koper milik Protasevich.

Roman Protasevich dan Kekasihnya Sofia Sevega
Roman Protasevich dan Kekasihnya Sofia Sevega

Sementara itu, satu penumpang lainnya yang enggan disebut namanya, mengatakan para petugas menggunakan kekuatan fisik saat menangkap jurnalis Protasevich, yang tampak “sangat ketakutan”.

Penumpang itu menambahkan, ”Saya melihat langsung ke arah matanya, dia tampak takut dan sangat sedih.”

Penumpang bernama Edvinas Dimsa, 37 tahun, mengatakan kepada AFP bahwa sangat jelas sekali saat itu Protasevich sangat ketakutan.”Kalau saja ada jendela yang terbuka, ia mungkin akan melompat keluar.”

126 penumpang yang turun di Bandara Misk menyaksikan penangkapan Roman Protasevich bersama pacarnya Sofia Savega dan membawanya entah kemana. Para penumpang akhirnya tertahan di bandara Minsk selama delapan jam karena koper dan dokumen mereka diperiksa satu persatu oleh aparat keamanan Belarusia. ”Kami berada di sana selama delapan jam. Kami tak mendapat informasi apa pun mengenai apa yang telah terjadi, kami hanya mengetahuinya melalui internet,” kata seorang penumpang kepada Reuters.

Pesawat RyanAir dengan nomor penerbangan FR4978 kemudian terbang lagi dan mendarat di Vilnius sekitar pukul 21:30 waktu setempat.

Protasevich merupakan seorang jurnalis sekaligus kritikus terhadap pemerintahan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko. Pria berusia 26 tahun itu menghadapi dakwaan terkait dengan pelaporannya tentang pemilihan presiden yang disengketakan pada Agustus 2020 lalu. Protasevich melalui tulisannya sering mengeritik tindakan keras pemerintah terhadap protes massa oposisi. Dia meninggalkan Belarusia pada 2019 dan hidup dalam pengasingan di Lithuania. Dari sana, dia meliput pemilu presiden Belarusia pada 2020. Setelah itu dia dituduh melakukan terorisme dan memprovokasi kerusuhan.

Tak lama kemudian Pemerintah Belarusia melalui Kementerian Transportasi mengumumkan bahwa pendaratan paksa ini diajukan oleh Pilot terkait adanya ancaman bom. Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengatakan pemerintahnya menanggapi ancaman bom yang berasal dari Swiss. Anehnya, pemerintah Swiss mengatakan tak mengetahui ada ancaman bom. Alexander juga mengatakan dalam perisrtiwa itu, pihak keamanan menangkap seorang jurnalis yang diduga sedang merencanakan pemberontakan.

Belarusia adalah satu-satunya negara Eropa yang masih mengeksekusi tahanan.

Sementara itu, video yang menampilkan keadaan Protasevich telah muncul pada Senin 24 mei 2021. Dalam video itu, Roman Protasevich mengatakan dirinya dalam kondisi sehat dan mengakui kejahatan yang dituduhkan aparat Belarusia. Namun, para aktivis, termasuk pemimpin kubu oposisi, menuding aparat telah menekan Protasevich agar mau mengaku.

Seusai kejadian penangkapan Protasevich, Uni Eropa memutuskan untuk melarang pesawat-pesawat maskapai Belarusia mengudara di wilayah Eropa.

Ke-27 negara anggota juga menginstruksikan seluruh maskapai asal Uni Eropa tidak mengudara di wilayah Belarusia. Rangkaian sanksi ekonomi terhadap Belarusia akan menyusul.

Mengutip BBC, Uni Eropa dan Pemerintah Amerika Serikat menyerukan penyelidikan atas insiden tersebut dan berencana menjatuhkan sanksi kepada Belarusia. Uni Eropa dan Amerika meminta pemerintahan Lukashenko segera membebaskan Roman Protasevich, narablog (blogger) yang juga adalah wartawan.

Di Washington, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki menggambarkan peran pemerintah Belarusia sebagai mengejutkan dan mengatakan Amerika menuntut penyelidikan internasional atas insiden itu. Belarus adalah bekas Republik Soviet yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Rusia.

Juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendukung “penyelidikan penuh, transparan dan independen atas insiden yang mengganggu ini.”

Sementara Pemerintah Rusia menanggapi santai insiden tersebut.

Bos Ryan Air mengaku marah atas insiden tersebut. Dalam hukum penerbangan internasional, tidak boleh ada negara manapun yang memaksa membelokkan rute penerbangan masing-masing maskapai. Dalam kasus ini, RyanAir didaftarkan di Polandia sebagai “RyanAir Sun”, anak perusahaan maskapai penerbangan Irlandia. Ketika pesawat terbang di mana pun posisinya, pesawat itu tetap ikut negara Polandia.

”Ini adalah pelanggaran besar terhadap begitu banyak perjanjian internasional,” kecam bos Ryanair, Michael O’Leary.

Hukum internasional yang mengizinkan pesawat terbang di atas wilayah negara-negara lain tanpa perlu mendarat adalah “First Freedom of the Air” dan kebebasan di udara ini penting untuk memungkinkan penumpang dan lalu lintas bergerak dari satu negara ke negara lain.

Keputusan Belarus untuk menyergap pesawat penumpang di udara dan memaksanya mendarat di negara ketiga melanggar undang-undang itu.

Michael O’Leary, menyebut insiden itu sebagai “pembajakan yang disponsori negara”.

Logika dan pernyataan yang dikemukakan pemerintah Belarusia karena alasan ancaman bom juga disesalkan termasuk mengirim pesawat jet tempur. Jika memang ada ancaman bom, seharusnya pesawat tempur bukan mencegat tapi mengambil posisi di depan pesawat penumpang atau memposisikan diri di sebelah kanan atau di belakang pesawat yang dikawal.

Pada saat itulah, pesawat tempur akan berusaha mengontak pesawat penumpang dengan menggunakan Frekuensi Darurat Internasional. Jika tidak ada komunikasi karena peralatan radio tak berfungsi, maka ada sinyal-sinyal yang harus dikirimkan ke pesawat komersil tersebut.

Reporter : R Al Redho Radja S

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini