Dayak Punan, Suku Dayak yang Masih Tinggal di Hutan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Suku Punan atau Orang Punan adalah salah satu rumpun suku Dayak yang terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah. Mereka hidup berpindah-pindah mengikuti siklus migrasi hewan dan tumbuhan di hutan.

Suku Dayak yang ini termasuk suku yang masih primitif, tinggal di goa-goa, anak-anak sungai, dan sebagainya. Populasi orang Punan paling banyak ditemui di Kalimantan Timur diperkirakan berjumlah 8.956 jiwa, tersebar pada 77 lokasi permukiman, dan terpecah lagi dalam sub-sub kecil.

Menurut cerita yang beredar, suku ini asal-usulnya datang dari negeri Yunan, daratan Cina. Mereka berasal dari salah satu keluarganya kerajaan Cina yang kalah dalam berperang dan kemudian lari bersama dengan perahu-perahu hingga ke Pulau Kalimantan. Akhirnya mereka menetap di daratan ini karena merasa aman.

Namun, ada juga Suku Punan yang tersebar di Sabah dan Serawak, Malaysia Timur yang juga berada di Pulau Kalimantan. Dayak Punan merupakan suku yang memiliki segala kelebihan di antara suku Dayak lainnya. Mereka dikenal sebagai suku yang paling tangguh, hebat saat berperang dan berburu, serta bertahan hidup di hutan.

Dayak Punan terbagi dalam sepuluh suku, yaitu Hovogan, Uhen Kahero, Punan Murung, Ahoeng, Punan Merah, Punan Aput, Merap, Punan Aput, Ukit, Punan Habongkot, Panyawung, dan Punan Kelay.

Selain berbagai suku yang andal dalam berperang, orang Punan juga dikenal sebagai pencari jejak terbaik di alam. Jika ada masyarakat desa yang hilang atau tersesat di hutan, biasanya masyarakat akan meminta bantuan kepada orang Punan untuk mencarinya. Sebagai imbalannya, orang Punan biasanya meminta garam atau tembakau untuk kebutuhan pangan sehari-hari mereka.

Keadaan hidup mereka yang primitif membuat Punan nomaden, menghindar dari kelompok manusia lain. Tak hanya itu, Suku Punan juga akan memberikan tanda apabila ada di antara mereka yang meninggal. Setelah dikubur, mereka akan berpindah menuju daerah lain. Hal ini dipercaya bahwa roh yang meninggal akan bergentayangan dan membuat hidup mereka tidak tentram.

Karena hidupnya berpindah-pindah, mereka sangat bergantung pada alam, mereka biasa berburu hewan liar dan memakan sayur-sayuran dari hutan yang mereka petik. Bahkan, untuk daging buruan yang mereka dapat juga biasa dijemur di bawah terik matahari hingga menjadi daging asin atau dendeng.

Namun, saat ini sebagian besar suku Dayak Punan sudah ada yang hidup modern. Walaupun mereka tidak akan rela hutan mereka dijadikan perusahaan. Terlebih juga dalam sebuah penelitian suku primitif Dayak Punan masih ada yang tinggal di goa-goa rimba di pedalaman Kalimantan.

Salah satunya, masyakarat adat Punan Adiu di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Banyaknya tekanan yang mereka dapat membuat masyarakatnya meminta bantuan kepada pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Mereka pun dilindungi Peraturan Daerah Kabupaten Malinau No. 10 Tahun 2012. Sehingga Punan Adiu mendapatkan pengakuan dan hak-hak mereka juga dilindungi.

Reporter : Afif Ardiansyah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini