Berusia Pendek, Tutankhamun Firaun Mesir yang Paling Terkenal

Baca Juga

MATA INDONESIA, KAIRO – Nebkheperure Tutankhamun, atau yang dikenal sebagai Tutankhamun, adalah salah satu Firaun Mesir dari Dinasti ke-18 Mesir. Tutankhamun memerintah di era Kerajaan Baru Mesir selama 11 tahun, terhitung sejak tahun 1333 SM – 1324 SM.

Mengenai kisah hidupnya, ia adalah anak dari Akhenaten dan salah satu saudaranya, yang menjadi istrinya. Sebelum menjadi raja, ia memiliki nama asli Tutankhaten. Barulah setelah resmi sebagai raja saat usianya sembilan atau sepuluh tahun, ia mengubah namanya menjadi Tutankhamun.

Bersamaan dengan penobatannya, Tutankhamun juga melangsungkan pernikahan dengan Ankhesenpaaten, yang tak lain adalah saudari tirinya, anak dari Akhenaten (ayahnya) dan Ratu Nefertiti.

Usai menikah dengan Tutankhamun, Ankhesenpaaten juga mengubah namanya menjadi Ankhesenamun. Keduanya mempunyai dua orang putri, Namun, kedua putrinya tidak ada yang bertahan hidup karena meninggal sejak masih dalam kandungan.

Putri pertama mereka meninggal di dalam kandungan saat usia kandungan masih lima hingga enam bulan. Sementara, putri keduanya meninggal di dalam kandungan saat usia kandungan menginjak sembilan bulan.

Kala itu, di usianya yang masih sangat muda untuk mengemban amanat sebagai raja, Tutankhamun membutuhkan seseorang untuk membantunya memimpin pemerintahan. Ia mendapat bantuan dari Ay yang menyandang gelar Wazir.

Namun Ay tak sendirian. Ada Jendral Horemheb, seorang komandan militer tertinggi di Mesir kala itu.

Di masa pemerintahannya, Tutankhamun memindahkan kembali istana kerajaannya ke Thebes. Tujuannya untuk memulihkan kembali tatanan lama kerajaan. Di samping itu, juga ia mengharapkan kebaikan para dewa untuk penduduk Mesir.

Tutankhamun memerintahkan agar memperbaiki tempat-tempat suci dan melanjutkan pembangunan kuil Karnak. Kemudian, ia mengawasi penyelesaian pembangunan Singa Granit Merah di Soleb.

Tak hanya itu, ia juga memperbaiki kesalahan-kesalahan ayahnya selama menjabat sebagai raja. Ia berupaya menjalin hubungan baik dengan negara tetangga guna memulihkan hubungan di antara keduanya hingga memperbaiki perselisihan antar wilayah dan rute dagang di Mesir, Nubia, dan Asia.

Namun sayangnya, ia tak berumur panjang. Ia meninggal di tahun 1333 SM saat usianya masih 19 tahun. Dan setelah Tutankhamun meninggal, Ankhesenamun sempat berencana menjalin aliansi dengan kakuatan asing dengan mencari pengganti raja dan menjadikannya suami.

Ankhesenamun sempat menghubungi Raja Het dan meminta salah satu putranya untuk menjadi suaminya. Raja Het mengirim seorang calon suami untuknya.

Namun nahasnya, calon suaminya meninggal di perjalanan. Ada dugaan besar yang mengatakan bahwa ia sengaja di bunuh. Upaya Ankhesenamun untuk menjalin kekuatan asing pun gagal oleh koalisi Ay dan Horembeb.

Setelahnya, terdengar kabar mengenai Ankhesenamun yang pada akhirnya menikah dengan Ay. Kabar pernikahan itu menjadi kabar terakhir dari sejarah Kerajaan Mesir.

Reporter: Intan Nadhira Safitri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini