Awalnya Dibuat Untuk Penambang, Ini Sejarah Jeans hingga Jadi Tren Fesyen

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Siapa yang tidak tahu Jeans? Bahkan, sebagian besar orang di dunia menggunakan jeans sebagai pakaian sehari-hari.

Tahukah kamu kalau sejarah jeans telah menempuh perjalanan panjang yang berliku-liku lho! Dari Pakaian kerja Levi Strauss yang paling awal hingga dimiiki oleh fashion kelas atas di zaman modern.

Jeans merupakan pakaian universal yang dikenal semua kalangan di seluruh dunia. Penemu pakaian ini adalah Levi Strauss dan Jacob Davis.

Jeans biru modern pertama mereka temukan pada tahun 1873 setelah dianugerahi paten no. 139.121 dari US Patend and Trademark Office. Desainnya mencakup paku tembaga di bagian bawah kantong sebagai penguat jeans.

Sebelum ada jeans, celana kerja berat yang terbuat dari denim sudah ada terlebih dahulu, namun tidak memiliki paku tembaga atau saku jahit seperti yang kita kenal sekarang.

Pada awalnya, tahun 1850-an Levi Strauss pergi ke California untuk memberikan para penambang dan keluarganya berbagai kebutuhan pokok. Para penambang saat itu membutuhkan pakaian yang cocok dengan pekerjaan berat yang mereka lakukan.

Mereka kemudian bertanya pada Strauss, apakah ia dapat membuat celana kerja yang lebih tahan lama dan dapat bertahan di lingkungan keras semacam pertambangan emas. Straus kemudian bersama penjahit membuat celana kerja heavy duty dari kanvas.
Lalu, pada tahun 1860-an, ia mulai membuat celana yang dengan bahan yang berbeda. Strauss mengambil inspirasi dari para pelaut Genoa yang mengenakan celana longgar dengan kaki melebar agar bisa muat di atas sepatu bot kerja yang berat.

Meski celana kerja pertama yang dirancang Strauss terbuat dari kanvas tebal, namun ia masih terus memilih kain yang lebih tahan pakai, saat itu kain tersebut dikenal sebagai Serge de Nimes (Denim) dan sangat populer di Prancis kala itu.

Denim terbuat dari katun tenunan kepar tebal yang sangat keras dan cepat kering sehingga menjadi kain pakaian yang jauh lebih cocok dibandingkan kanvas. Kain tersebut kemudian diwarnai dengan warna indigo muda. Ia memilih warna tersebut karena warnanya yang terlihat natural dan dapat menyembunyikan noda dan kotoran juga bertahan lama meski dicuci berulang kali.

Setelah jadi, jeans diterima dengan baik oleh masyarakat, namun pakaian itu masih belum dapat memenuhi apa yang diperlukan dari pekerja pertambangan pada tahun 1870-an. Jeans tersebut masih memiliki kelemahan yang signifikan, yaitu sudut saku dan bagian bawah kancing.

Penambang membutuhkan celana yang bisa membawa bongkahan emas tebal di saku mereka dan saku yang mereka punya jahitannya sering robek di tepi bawah saku. Untuk mengatasi hal tersebut, Strauss kemudian menambahkan paku keling tembaga untuk memperkuat saku jeans.

Paku tersebut juga ditambahkan pada bagian bawah kancing terbang pada tahun 1873. Pada tahun yang sama juga kantong belakang jeans menerima jahitan yang diperkuat dalam bentuk desain busur ganda menggunakan benang jingga.

Pada tanggal 30 Mei 1874, Levi Strauss dan rekannya, Jacob Davis, menerima US Patent 139.121, untuk “Perbaikan dalam Pembukaan Saku Pengikat.” Levi Jeans Design 501 begitu sukses hingga membuat Strauss menjadi orang yang sangat kaya.

Desain bagusnya tidak mengalami perubahan yang signifikan selama ratusan tahun. Meskipun akhir-akhir ini, desainnya dibuat lebih tipis sehinga lebih nyaman digunakan. Kemudian pada tahun 1960-an Levi’s memperkenalkan Design 505 yang memiliki zipper fly dan regular fit, denim, serta preshrunk.

Levi’s 505 kemudian diikuti oleh Levi’s 517 yang merupakan jeans slim boot cut dengan garis pinggang, lalu Levi’s 527 yang memiliki desain boot cut ramping yang sama tetapi memiiki pinggang yang jauh lebih rendah.

Kini Produk Levi Strauss berkembang pesat sejak akhir tahun 70-an dengan mengeluarkan hampir semua jeans yang manjadi populer selama perode waktu tersebut.

Reporter: Anggita Ayu Pratiwi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Produksi Sampah Capai 65 Ton selama Lebaran, WALHI Jogja Ingatkan Penanganan Jangan hanya Menumpuk

Mata Indonesia, Yogyakarta - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY mencatat peningkatan sebanyak 65 ton sampah di Kota Yogyakarta, Sleman, dan Bantul selama periode 8-15 April 2024 atau masa lebaran. Persoalan sampah di DIY ini juga diingatkan oleh WALHI agar Pemda mencari penanganan lanjutan ke depan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini