Akibat Gagal Ikut Olimpiade, Indonesia Punya PON untuk Pupuk Bibit Olahraga

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tradisi menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) bisa disebutkan akibat kegagalan Indonesia mengikuti Olimpiade di London 1948 karena negara kita yang baru tiga tahun merdeka kala itu belum memiliki organisasi induk olahraga yang tergabung dengan federasi internasional.

Awalnya Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang dibentuk dari hasil Kongres Olahraga di Solo 1946 dan Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) yang diketuai Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengajukan permohonan mengikuti Olimpiade itu dengan membawa nama Indonesia.

Saat itu cabang olahraga yang dinaungi PORI dengan Ketua Widodo Sastrodiningrat terdiri dari sepakbola, bola basket, renang, atletik, bulutangkis, tenis lapangan, panahan, bola keranjang, pencak silat dan gerak jalan.

Namun batalnya Indonesia mengikuti olimpiade saat itu bukan hanya alasan administrasi, tetapi juga ada persoalan politis yaitu desakan Inggris agar atlet Indonesia harus bergabung di bawah kontingen Belanda karena tidak mau menerima paspor negara kita.

Alhasil, PORI segera melakukan konferensi darurat 2-3 Mei 1948 tujuannya mencari solusi k memelihara semangat keolahragaan para atlet yang sebelumnya sudah disiapkan ke Olimpiade London.

Hasil konferensi adalah menghidupkan kembali kompetisi olahraga yang sebelumnya telah diadakan oleh Ikatan Sport Indonesia (ISI) yang bernama ISI Sportweek pada 1938 dan 1942.

Kali ini nama ISI Sportweek dalam konferensi itu diubah menjadi pekan olahraga nasional (PON).

PON pertama disepakati diselenggarakan di Solo, diawali dengan prosesi penyerahan bendera oleh Presiden Soekarno di Gedung Agung Yogyakarta.

Mengapa Solo dipilih menjadi penyelenggara pertama? Karena saat itu Kota Solo sudah memiliki fasilitas olahraga yang lumayan lengkap.

Pesta olahraga dalam negeri itu diawali dengan rombongan pembawa bendera merah putih dan bendera PON berjalan kaki menuju Solo sejauh 64 kilometer.

Keduanya kemudian diserahkan ke ketua panitia PON I, Pangeran Surjohadimidjojo. Kemudian bendera tersebut dikibarkan diiringi lagu Indonesia Raya.

Pada amanat pembukaan PON I yang berlangsung 9 September 1948, Presiden Soekarno menyampaikan harapannya bahwa pekan olahraga itu bukan hanya bertujuan mengolah jasmani, tetapi juga rohani.

Saat PON I berlangsung Indonesia sedang berada di kondisi politik yang belum stabil, sambutan masyarakat luar biasa.

Setiap hari ada 40.000 orang datang untuk melihat aksi 600 atlet dari 9 cabang olahraga berbeda yang berlomba mendapatkan 108 medali. Olahraga tersebut di antaranya sepak bola, atletik, renang, bulu tangkis, bola basket, bola keranjang, tenis, dan pencak silat.

Sejak itulah penyelenggaraan PON menjadi agenda rutin untuk memupuk bibit-bibit olahraga Indonesia. (Annisaa Rahmah)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini