4 Kisah Korban Bullying Online yang Berujung Kematian

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Masih hangat berita tentang siswa SMP di Malang yang harus rela diamputasi jarinya akibat korban pem-bullyan, di dunia kasus pem-bullyan juga tidak kalah mengerikannya bahkan bisa membuat nyawa seseorang melayang meski dilakukan lewat media online.

Banyak dari mereka yang menjadi korban pem-bullyan merasa depresi dan tertekan dalam setiap kondisi, akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Siapa saja orang tersebut, lalu bagaimana kisahnya? Berikut ulasannya:

1. Ryan Halligan

Anak laki-laki asal Amerika tersebut lahir dari keluarga yang harmonis dengan penuh cinta dan kasih sayang. Namun nahas, pada tanggal 7 Oktober 2003 ia harus meninggalkan keluarganya untuk selamanya.

Ryan tewas dengan menggantungkan dirinya di kamar mandi. Kejadian memilukan itu disaksikan sendiri oleh adiknya Megan sehingga sampai saat ini masih menyisahkan trauma yang membekas baginya.

Kasus pem-bullyan terjadi ketika Ryan bercerita suatu hal yang memalukan kepada teman Facebook-nya yang ia percayai. Kemudian temannya itu bukannya menutup mulut justru malah menyebarkan cerita memalukan itu kepada teman-teman sekolah sehingga satu sekolahan mengetahuinya.

Sejak saat itu ia mulai dibully oleh teman-temannya di media sosial bahkan ketika ia masuk sekolah pem-bullyan juga terus berlanjut. Lebih parahnya, ketika itu ada seorang wanita yang mendekatinya hanya untuk mendapatkan cerita-cerita memalukan lagi darinya dan menyebarkan cerita tersebut kepada teman-teman sekolah.

2. Audrie Pott

Kejadian bermula saat Audrie diundang oleh teman-temannya menghadiri sebuah pesa di rumah temannya tersebut. Di dalam rumah itu terdapat 20 orang termasuk Audrie. Mereka mulai berpesta dengan menyalakan musik dan menyediakan minuman beralkohol.

Terlalu asyik berpesta, tanpa disadari Audrie telah menghabiskan banyak sekali minuman beralkohol yang membuatnya terjatuh tidak sadarkan diri. Hal itu dijadikan kesempatan ketiga laki-laki temannya untuk melakukan pem-bullyan.

Ketiganya itu melakukan sesuatu yang tidak senonoh kepada Audrie, yaitu dengan mencoret seluruh tubuh gadis malang itu dengan spidol, kemudian difoto dan menyebarkannya ke media sosial serta teman-teman kampus.

Sontak saja media sosial pun langsung ramai membully-nya. Delapan hari setelah itu ia memutuskan mengakhiri hidupnya. Orang tua dan kerabatnya terpukul atas kejadian itu serta menyayangkan perilaku ketiga temannya yang telah mengganggu psikis Audrie.

3. Tyler Clementi

Ia harus menerima pembulyan yang sangat berat atas keisengan teman sekamarnya sendiri. Pada tahun 2010 Tyler bilang kepada teman sekamarnya kalau malam itu ia butuh waktu sendiri yang diartikan sebagai waktu kencan bersama dengan pasangan.

Kedua temannya mengerti apa yang diinginkan Tyler dan keluar dari ruang kamar tersebut. Tetapi, salah satu temannya merasa penasaran siapa sih yang akan berkecan dengan Tyler pada malam itu, tanpa berpikir panjang ia login skype komputer di ruangan tersbut dan menyalakannya di ruangan sebelah sehingga ia bisa melihat apa yang terjadi di ruang Tyler.

Temannya terkejut setelah mengetahui yang datang bukan seorang perempuan, melainkan laki-laki. Ketika itu memang belum ada yang tahu kalau Tyler seorang “Gay”. Temannya itu langsung melakukan live streaming yang memperlihatkan video kencan Tyler dan kekasihnya di media sosial.

Setelah mengetahui video tersebut yang sudah ditonton banyak orang, Tyler merasa takut untuk ke keluar ruangan maupun pergi ke kampus. Keesokan harinya ia bunuh diri dengan loncat dari sebuah jembatan.

4. Brandy Vela

Gadis asal Texas itu harus meranggang nyawanya sendiri pada usia 18 tahun di dalam kamar. Ia mengalami depresi dan stress yang luar biasa sehingga memutuskan untuk bunuh diri dengan menembak dadanya sendiri dengan pistol.

Kisahnya berawal dari akun Facebook palsu yang dibuat oleh orang yang tidak bertanggung jawab mengatasnamakan dirinya. Akun tersebut sering membuat status tidak senonoh, seperti mengajak para laki-laki untuk tidur bersamanya.

Sayangnya, para pengguna Facebook mempercayai akun palsu tersebut dan membully Brandy. Meski ia sudah menjelaskan bahwa itu bukan akunnya, tetapi tidak ada yang mempercayainya.

Sebelum meninggal, ia sempat memberikan pesan kepada keluarganya, “I love you so much just remember that please and I’m sorry for everything (Aku sangat cinta sama kalian tolong ingat itu saja dan aku minta maaf atas segalanya),” bunyi pesan terakhir Brandy. (Anita Rahim)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini