Rupiah Menguat Terkerek Data Manufaktur Tanah Air yang Positif

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS ditutup menguat di akhir perdagangan Selasa, 3 November 2020. Mengutip data Bloomberg, rupiah berada pada posisi Rp 14.585 per dolar AS atau menguat 0,38 persen.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, penguatan mata uang garuda ditopang oleh rilis data purchasing managers’ index (PMI) manufaktur Indonesia yang membaik menjadi 47,8 di bulan Oktober. Jumlah ini naik dari bulan sebelumnya yang cuma 47,2. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya artinya ekspansi.

“Meski masih mengalami kontraksi, tetapi sektor manufaktur Indonesia kembali menunjukkan kemajuan,” ujar Ibrahim, Selasa sore.

Selain itu, hasil rilis Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan Indonesia mengalami inflasi pada Oktober 2020. Ini memutus rantai deflasi selama tiga bulan beruntun.

Pada Oktober, terjadi inflasi 0,07 persen secara bulanan (month-to-month/MtM). Tidak jauh dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan 0,075 persen. Sementara inflasi tahun kalender (year-to-date/YtD) berada di 0,95 persen dan inflasi tahunan (year-on-year/YoY) adalah 1,44 persen. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi tahunan di 1,82 persen.

“Dengan kabar Inflasi di bulan Oktober tentunya menjadi kabar bagus, artinya roda perekonomian sudah mulai berjalan kembali,” katanya.

Kemudian, laju rupiah juga dipengaruhi oleh pengesahan UU Omnibus Law Cipta Kerja oleh Presiden Jokowi. Beleid sapu jagat tersebut telah diberi nomor sebagai Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja pada 2 November 2020 dan diundangkan pada hari yang sama oleh Menteri Hukum dan HAM yaitu Yassona Laoly.

Regulasi ini diklaim mampu menyatukan sejumlah UU dan akan menarik investasi masuk ke Indonesia sehingga nantinya akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

“Ini awal bagi kemajuan ekonomi pask=ca pandemi covid-19. Dengan informasi yang positif, tentu membuat pelaku pasar kembali optimis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujarnya.

Ibrahim juga mengungkapkan bahwa meski Kuartal III ini akan terjadi kontraksi dan Indonesia masuk fase Resesi, namun modal asing tetap masuk ke pasar finansial.

“Apalagi di akhir tahun Bank Indonesia akan kembali menurunkan suku bunga sebesar 25 basis point menjadi 3,75 persen dibarengi dengan penurunan suku bunga kredit,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini