Remaja yang Kreatif Cenderung Membuat Masalah, Kenapa?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Remaja yang kreatif cenderung membuat masalah, karena ingin mencoba hal-hal yang baru. Selain itu, mereka juga ingin mencari jati dirinya serta ingin mendapatkan pengakuan atas dirinya.

Seorang psikolog anak dari Pyschobiometric, Efnie Indrianie, MPsi mengatakan anak yang cerdas adalah anak yang bisa menemukan hal-hal yang baru, selain itu mereka juga kerap kali membuat masalah. Hal ini berarti anak tersebut memiliki kreativitas yang tinggi.

Anak yang kreatif biasanya berhasil menemukan suatu masalah atau menemukan hal-hal yang baru. Di dalam otak anak cerdas ada sinapsis-sinapsis, yaitu pertemuan antara ujung saraf dengan saraf lainnya akan terlihat kusut.

Hal ini menandakan adanya koneksi yang bagus antara sel-sel saraf di otak yang berarti anak mendapatkan stimulasi yang baik dalam perkembangan otaknya. Kepala Bidang Kajian Psikologi Perkembangan Universitas Kristen Maranatha Bandung berpendapat, anak yang nakal itu tidak ada yang bisa mereka kerjakan.

Pipin, panggilan akrab Efnie, menambahkan, seharusnya orangtua menyalurkan bakat yang dimiliki oleh anaknya, seperti menyediakan alat-alat atau sesuatu yang bisa mengembangkan bakat anak tersebut.

Menurut ahli psikologi yang bernama Erik Erikson berpendapat, seorang remaja sedang berada di masa perkembangan ego identity dan role confusion, artinya seorang remaja sedang berusaha mencari identitas diri atau sedang mencari makna di dalam dirinya.

Namun, sekaligus di saat yang sama seorang remaja mengalami kebingungan peran karena bukan lagi anak-anak dan juga belum masuk ke dalam fase dewasa. Sehingga hal ini melakukan tindakan-tindakan yang dilihat oleh lingkungan sebagai tindakan pemberontakan, karena ingin menunjukkan dirinya.

Seorang remaja akan berpikir bisa melakukan apapun sesuai keinginannya, tidak peduli sekitar berkata apa. Jadi, hal-hal semacam itu, seperti kebutuhan akan kebermaknaan, eksistensi diri yang membuat seorang remaja mau mencoba hal-hal yang positif maupun negatif.

Kadang mereka tidak memedulikan itu positif atau negatif yang penting keeksisan dirinya. Sehingga ada perilaku yang dianggap dalam norma sosial terlihat menyimpang.

Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain bisa memengaruhi perilaku seorang remaja, salah satunya adalah kedekatan atau komunikasi dengan orangtua, kemudian kebutuhan dari dalam diri sendiri.

Lalu, kemampuan adaptif, bagaimana remaja dapat mengelola emosi dan pikiran-pikirannya serta mengontrol coping stress. Kemampuan resistensi juga ada, di mana seorang remaja mampu bertahan di situasi yang tidak menyenangkan. Resiliensi, bagaimana seorang remaja bisa bangkit kembali setelah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.

Semua faktor-faktor ini saling berkaitan dan saling berinteraksi, sehingga sangat memengaruhi seorang remaja dalam membuat keputusan.

Peran orangtua juga sangat berpengaruh dalam membuat keputusan tersebut, makanya orangtua disarankan membangun komunikasi yang efektif dan aktif. Jadi, orangtua tidak hanya memberikan aturan, tetapi mampu mendengar secara aktif karena memerlukan paham dari sudut pandang sang anak. Kemudian, membangun kedekatan emosional.

Orangtua dengan anak perlu menentukan kesepakatan bersama, ketika kesepakatan itu berhasil dijalani oleh anak, sebaiknya orangtua memberikan pujian atau yang lainnya. Sementara kesepakatan itu dilanggar, sebaiknya orangtua menarik fasilitas yang membuat mereka senang.

Reporter: Laita Nur Azahra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Kota Jogja Mulai Disorot, Heroe Poerwadi Akhirnya Diusung PAN, Budi Waljiman Dikawal Gerindra

Mata Indonesia, Yogyakarta - Persiapan untuk Pilkada pada pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Jogja mulai memanas. Beberapa figur telah muncul sebagai calon potensial dari berbagai partai politik, di antaranya adalah Heroe Poerwadi dan Budi Waljiman.
- Advertisement -

Baca berita yang ini