Kontroversi ‘Cuties’, Film Netflix yang Dianggap Tonjolkan Seksualitas Anak-anak

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Film Prancis ‘Cuties’ atau ‘Mignonnes’ yang tayang di netflix menuai kecaman. Hal ini karena film tersebut dianggap menonjolkan seksualitas anak-anak.

Tak hanya itu, muncul pula petisi di Change.org menuntut para pelanggan untuk menghentikan langganan Netflix. Mereka memprotes keputusan perusahaan layanan streaming film itu untuk menayangkannya.

Tagar #CancelNetflix pun sempat menjadi trending topic di Twitter. Meski demikian Netflix menanggapi santai dan meminta para pengkritik untuk menonton film itu.

“Cuties’ justru komentar sosial melawan seksualisasi anak-anak,” kata juru bicara Netflix kepada New York Post dikutip Sabtu 12 September 2020.

Lantas, apa alasan ‘Cuties’ menjadi begitu kontroversial?

Film ini mengisahkan gadis 11 tahun, Amy, yang tinggal bersama ibu dan adik-adiknya di kawasan kumuh Paris. Ia selama ini ia menunggu ayahnya pulang dari Senegal yang kemudian mengetahui bahwa ayahnya poligami.

Amy akhirnya memberontak dari tradisi keluarga yang tergolong konservatif. Terlebih ketika ia bergabung dengan tim tari berjiwa bebas, Cuties, yang digawangi oleh tetangganya bernama Angelica.

Sejak ditayangkan Netflix pada 9 September lalu, salah satu kontroversi besar terjadi di Amerika Serikat. Netizen menilai film ini tidak layak tayang karena kuat unsur eksploitasi seksual anak secara tidak langsung pada beberapa adegan.

Salah satunya adalah adegan ketika Cuties tampil pada sebuah acara. Mereka menari dengan pakaian ketat yang terbuka dan menampilkan koreografi eksotis, seperti meregangkan kaki sembari menggoyangkan bokong ke atas dan ke bawah.

Soal kontroversi ini Sutradara sekaligus penulis naskah film Cuties, Maimouna Doucoure, merasa penting untuk menampilkan nilai-nilai konservatif dan menunjukkan seksualitas dari tim penari secara bersamaan.

“Tumbuh dalam dua budaya telah memberikan saya kekuatan sekaligus nilai-nilai yang saya anut hingga hari ini. Saya dapat menghargai kedua budaya yang berbeda yang dibawa orang tua saya yang berkebangsaan Senegal dan Prancis,” kata Doucoure dalam keterangan Netflix.

“Saya melihat begitu banyak ketidakadilan di sekitar saya yang dialami wanita dan saya menyimpan semua kemarahan itu di dalam diri saya. Saya tidak berdaya ketika saya masih kecil. Hari ini saya dapat menggunakan suara dan seni saya untuk membagikan visi saya tentang feminitas,” ia melanjutkan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini