Gejala Unik Penderita Virus Corona, Hilangnya Penciuman dan Rasa Pahit dan Manis

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Reyhand Aulia panik. Karyawan swasta di sebuah perusahaan media ini mengaku dirinya tak bisa mencium aroma apapun saat berangkat dari rumah ke kantornya, Senin 14 Desember 2020. Ia juga mencoba mencicipi permen yang dibelinya dan ternyata rasanya hambar.

Reyhand mengaku selama tiga hari ini badannya lemas dan sedikit radang di tenggorokannya. Ia menyangka, perubahan cuacalah yang membuat dirinya terkena flu. ”Biasanya setelah minum obat warung, dan tidur yang cukup, flunya hilang. Cuma kenapa ya badan masih lemas,” katanya.

Benar saja, saat anak muda berusia 21 tahun ini menjalani rapid tes di kantornya, antibodinya menurun. Ia dinyatakan reaktif. Sehari kemudian, ia pun ikut swab test PCR. Reyhand pun ternyata terkena virus Corona.

Masalah penciuman dan rasa sekarang ini memang menjadi indikasi utama orang terkena virus Corona. Hal ini dikarenakan orang-orang masih bingung saat antibodi mereka menurun karena cuaca dan khawatir terkena virus corona.

Mengutip BBC, menurut sekelompok peneliti di Eropa yang telah mempelajari pengalaman pasien, kehilangan penciuman saat terinfeksi virus Corona adalah gejala unik dan berbeda saat orang menderita demam atau flu parah.

Ketika pasien Covid-19 kehilangan penciuman, itu cenderung terjadi secara tiba-tiba dan dalam tingkat yang parah. Hidung mereka biasanya tidak tersumbat atau meler – kebanyakan orang yang terinfeksi virus Corona masih bisa bernapas lega.

Hal lain yang dialami mereka ialah hilangnya kemampuan merasa, maksudnya kemampuan merasa mereka agak terganggu akibat indera penciuman tidak berfungsi. Para pasien virus Corona yang kehilangan indera perasa benar-benar tidak mampu membedakan antara pahit dan manis.

Para pakar menduga hal ini dikarenakan virus menyerang sel syaraf yang terlibat langsung dengan sensasi penciuman dan rasa. Siapa pun yang mengalami gejala seperti suhu tubuh tinggi, batuk terus-menerus, dan kehilangan indera penciuman atau perasa harus mengisolasi diri dan menjalani tes terinfeksi virus. Orang-orang di sekitar mereka juga harus diisolasi demi mencegah “kemungkinan” penyebaran.

Riset tentang bau

Peneliti utama Prof Carl Philpott dari University of East Anglia melakukan tes bau dan rasa pada 30 sukarelawan – 10 penderita Covid-19, 10 penderita pilek parah, dan 10 orang sehat tanpa gejala pilek dan flu. Kehilangan bau jauh lebih besar dalam pasien Covid-19. Mereka tidak bisa mengenali bau dan tidak bisa membedakan rasa pahit dan manis.
”Ini sangat menarik karena ini berarti tes bau dan rasa dapat digunakan untuk membedakan antara pasien Covid-19 dan penderita pilek atau flu biasa,” ujarnya.

Ia mengatakan orang-orang bisa melakukan tes penciuman dan perasa sendiri di rumah menggunakan kopi, bawang putih, jeruk, lemon, dan gula. Ia juga menekankan bahwa tes diagnostik usap pada tenggorokan dan hidung tetaplah penting jika seseorang merasa mereka mungkin terinfeksi virus Corona.

Profesor Andrew Lane, pakar penyakit hidung dan sinus di Universitas Johns Hopkins bersama timnya telah mempelajari sampel jaringan dari bagian belakang hidung untuk memahami bagaimana virus Corona dapat menyebabkan hilangnya penciuman.

Mereka mengidentifikasi sebuah enzim dengan tingkat sangat tinggi hanya di area hidung. Enzim ini disebut ACE-2 (angiotensin converting enzyme II), dianggap sebagai “titik masuk” yang memungkinkan virus corona masuk ke dalam sel tubuh dan menyebabkan infeksi. ”Saat ini kami sedang melakukan eksperimen lebih lanjut di laboratorium untuk meneliti apakah virus memang menggunakan sel-sel ini untuk mengakses dan menginfeksi tubuh,” kata Prof. Lane.

Ia menambahkan, jika itu masalahnya, mereka mungkin dapat mengatasi infeksi dengan terapi antivirus yang diberikan langsung melalui hidung.

Reporter : Afif Ardiansyah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Antisipasi Daging Sapi Terjangkit Antraks, Pemkot Jogja Sidak Pedagang Pasar

Mata Indonesia, Gunung Kidul - Kasus antraks yang terjadi di Gunungkidul dan Sleman diantisipasi lebih cepat oleh Pemkot Jogja. Meski Kementan sudah menggerakkan jajarannya termasuk Pemkab Gunungkidul untuk memvaksinasi hewan ternak warga, antisipasi oleh pemerintah wilayah lain juga harus dilakukan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini