Astrologi Semakin ‘Laris Manis’ di Masa Pandemi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Semakin banyak orang yang menganggap ramalan bintang menjadi sah saja untuk diyakini. Apalagi, di masa pandemi ini, astrologi disebut-sebut semakin laris.

Hal ini diungkapkan Charm Torres, seorang astrolog di Toronto, Kanada. Ia mengatakan, “Telah terjadi lonjakan minat pada layanan astrologi sejak awal pandemic Covid-19.”

Di masa pandemi ini, banyak orang harus kehilangan orang yang dicintanya karena terinfeksi virus Covid-19. Dampak lainnya dari pandemi ini yakni banyak yang kehilangan pekerjaan dan mau tak mau mencari pekerjaan baru untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, banyak juga yang memiliki waktu lebih luang di rumah.

Ketika pandemi melanda sejak tahun lalu, Torres menjelaskan bahwa keadaan seperti ini memaksa orang seperti merenung terhadap diri sendiri baik itu dari hal yang positif bahkan menjurus pada negatif. Maka yang diinginkan ialah mendapat dukungan, koneksi, dan pengetahuan tentang diri sendiri.

Ahli astrologi, Torres percaya bahwa astrologi menawarkan cara untuk membuat orang-orang terhubung dengan kehidupan ataupun pemecah dari prmasalahan tentang sesuatu yang lebih besar.

Dalam tataran personal, zodiak mampu memberi gambaran terkait sifat maupun ciri pribadi, kekuatan, serta kelemahan dalam diri. Sebab itu, dimanfaatkanlah sebagai cara untuk memahami potensi, meningkatkan kesadaran diri, serta mengajarkan bagi yang percaya untuk hidup harmonis pada alam semesta dan seisinya.

Torres mengatakan, dunia mengalami kebangkitan terkait minat pada astrologi Barat menjelang pandemi. Apalagi, kecanggihan teknologi dimanfaatkan dan muncul aplikasi astrologi yang didukung modal ventura seperti Co-Star dan Sanctuary.

Peramal baru dan dari kalangan lebih muda banyak bermunculan di media sosial. Inovasi teknologi dan ‘perubahan keyakinan’ menjadi faktor tren anak muda yang mendorong astrologi menjadi lebih menjalar bahkan sebelum pandemi terjadi.

Dari laporan IBISWorld 2019, diperkirakan penghasilan nilai industri ‘layanan cenayang’ Amerika Serikat seperti meramal maupun membaca melalui kartu Tarot, sekitar US$2,2 miliar atau setara dengan Rp28 triliun.

Coriline Goldstein, seorang yang pernah mengikuti sesi pembacaan oleh seorang astrologi dan pemilik podcast Jeff Hinshaw, memiliki ketertarikannya secara luas pada praktik spiritual nonmonoteistik. Ia menemukan cara menarik dalam memandang dunia sejauh dogmatis dari agama.

“Astrologi tidak pernah mengklaim sebagai satu kebenaran. Astrologi hanya menyediakan bahasa untuk memahami kebenaran diri sendiri. Ini seperi bahasa, bukan buku,” ungkap Caroline Goldstein.

Astolog di Denver Colorado yang juga pembawa acara ‘The Astrology Podcast’, Chris Brennan, berpendapat terkadang ketika orang baru menemukan diri pribadi, seseorang akan mencari jembatan di antara agama atau sains. Pahitnya mungkin mereka tidak sepenuhnya menemukan di salah satunya, maka astrologi mungkin tampak seperti jalan tengah dari kedua (agama atau sains) yang beguna.

‘Percaya’ pada astrologi terdengar tidak penting bagi sebagian orang. Namun, bagi penggemarnya yang ingin menebus ‘rasa ingin tahu’ akan dirinya sendiri, astrologi menjadi alat untuk introspeksi diri. Maka, tidak heran jika banyak yang menggunakan bahasa astrologi dalam konseling psikologis.

“Jika itu memberikan kenyamanan dan membuat seseorang memahami apa yang terjadi (Covid-19 ataupun Lockdown), maka itu tidak selalu berarti buruk. Ketidakpastian adalah bagian dari pengalaman manusia,” kata Elena Touroni sebagai Konsultan Psikolog di London dan pendiri My Online Therapy.

Beberapa peramal lainnya juga tak selalu memberikan konsultasi hal baik. Seperti Honey Astro yang berbicara tentang apa yang baik dan buruk. Baginya, penting untuk klien mengetahui segalanya tentang hidup mereka. Ia mengungkapkan, bisnis ini berkembang pesat sekarang.

Permintaan konsultasi melonjak pada April tahun lalu. Kebanyakan dari orang yang bosan sebab karantina. Ia sempat melakukan sesi dengan 80 klien perbulan. Kemudian ia memutuskan untuk membatasi layanannya 12 sesi perbulan (dengan harga £100 atau sekitar 2 juta per jam) untuk meluangkan waktu mengerjakan konten YouTube dan TikTok miliknya.

Banyak cara yang dilakukan oleh para Astrolog. Chani Nicholas menjadi astrolog paling populer melalui bukunya yang diterbitkan Januari 2020. Terjual 14.000 eksemplar di minggu pertama dengan judul buku “You Were Born for This”.

Maren Altman, mendapatkan julukan astrolog paling serius di TikTok. Melalui kontennya tentang stereotipe zodiak (Why I Hate Your Zodiac Sign).

Ia semakin terkenal karena prediksinya terkait harga Bitcoin dan pergerakan pasar saham di AS. Hal itu membuat semakin banyak yang minat beradaptasi terhadap konten astrologinya yang lain.

Untuk saat ini belum diketahui tetap bertahan atau tidaknya astrolog ke depannya. Akan tetapi dengan algoritma media sosial dan kehidupan modern yang masih memberi ruang bagi astrolog untuk tetap menawarkan dukungan spiritual, diperkirakan astrologi akan bertahan.

Reporter : Irania Zulia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Seluruh Pihak Harus Terima Hasil Putusan Sidang MK

Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024 di ruang sidang lantai...
- Advertisement -

Baca berita yang ini