Agar K-Pop Mendunia, Pemerintah Korea Selatan Alokasikan Dana Jutaan USD!

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pada 1960-an Korean Selatan masuk dalam jajaran negara miskin di dunia. Majalah Time saat itu bahkan menyatakan Korea Selatan lebih miskin dari Irak, Liberia, dan Zimbabwe. Ketika itu Korea Selatan baru selesai perang dengan Korea Utara dan mereka tidak memiliki sumber daya yang signifikan apalagi melimpah.

Peran mantan presiden Korea Selatan, Park Chung-hee, yang mengubah negara ini dari negara agraris menjadi negara industri menjadikan perekonomian Negeri Ginseng maju dengan begitu pesat.

Salah satu industri Korea yang mampu nenembus pasar internasional adalah industri hiburan. Industri yang membuat Hallyu menjadi global. Hallyu atau Korean Wave adalah istilah yang diberikan atas tersebarnya budaya pop Korea secara global. Hallyu memicu banyak orang untuk mempelajari bahasa dan kebudayaan dari Korea Selatan.

Istilah Korean Wave muncul pada pertengahan tahun 1999 oleh pers Cina yang terkejut dengan adanya gelombang kepopuleran produk budaya Korea Selatan di kalangan anak muda Cina. Pers di Negeri Tirai Bambu mengungkapkan bahwa ledakan “Korean Wave” dimulai saat drama Korea memasuki Cina pada akhir 1990-an.

Korean Wave merupakan budaya, musik, film, dan segala sesuatu yang berbau tentang Korea yang sudah menyebar ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, Hallyu dimulai sekitar tahun 2002 yakni saat televisi lokal menayangkan drama “Winter Sonata” dan “Endless Love”. Hal ini tidak terlepas dari harga drama televisi Korea Selatan yang lebih murah dari drama produksi asal Jepang dan Hong Kong.

Seiring dengan menyebarnya budaya ini, rasa ketertarikan penikmat drama terhadap Budaya Korea meningkat. Ketertarikan yang telah dibangun lewat industri hiburan kemudian dikemas dengan tema Hallyu Tourism yang merupakan pariwisata yang berkaitan erat dengan konten-konten Hallyu. Seperi mengunjungi berbagai tempat yang dijadikan lokasi syuting drama di Korea.

Selain dramanya, Korea juga memiliki jenis musik tersendiri yang kini telah terkenal di seluruh penjuru dunia. Jenis musik itu disebut dengan istilah Kpop (Korean POP) yang merupakan jenis musik populer bergendre pop asli Korea Selatan.

Kpop hadir pada awal abad 21, mengalahkan kepopuleran Jpop (Japanese POP) yang dikenal sejak tahun 1990-an. Konsep Kpop yaitu mengemas girlband dan boyband secara menarik, nuansa musik yang khas, koreografi yang cantik, kostum yang mencolok, serta visual member yang menarik.

Kemunculan boyband Seo Taiji and Boys pada awal 1990-an menggemparkan Korea Selatan. Mereka dianggap sebagai awal mula adanya Kpop. Mereka menyajikan sesuatu yang baru, musiknya bergaya Pop Eropa yang kemudian dipadukan dengan gaya bernyanyi mereka, Rap dan Hip-Hop Afrika-Amerika.

Kehadiran Seo Taiji dan Boys di industri musik Korea Selatan membuka pintu bagi musisi lain yang juga berkreasi dan terinspirasi dari musik luar Korea, khususnya musik-musik Amerika-Eropa.

Akhir tahun 1990-an, grup Korea lain bernama Clon muncul dan berhasil mendapat perhatian di Cina dan Taiwan, yang kemudian mendapat perhatian juga di pasar musik Jepang. Kemudian pada awal tahun 2000-an, girlgrup BoA muncul yang pencapaiannya seolah membuka pintu lebih lebar bagi para musisi Korea lainnya.

Dalam upaya menyebarkan Kpop yang menjadi salah satu sumber untuk meningkatkan perekonomian Negeri Ginseng ini, pemerintah bahkan mengalokasikan jutaan USD untuk membentuk kementrian kebudayaan dengan satu departemen khusus untuk Kpop.

Salah satu daerah di Seoul yang bernama Chang-dong dijadikan pusat Kpop. Gedung konser, studio rekaman, galeri seni, restoran, dan toko ritel dibagun di distrik tersebut untuk menopang pertumbuhan Kpop.

Penyebaran budaya Korea yang cepat dan meluas ini, didukung juga oleh perkembangan teknologi yang maju sekarang seperti internet dan media sosial. Media sosial sangat berperan dalam kesuksesan drama Korea maupun Kpop. Berbagai kalangan dari seluruh dunia kini dapat mengakses berbagai drama maupun musik dari Korea Selatan.

Korean Wave telah menjadi sebuah fenomena. Kendala bahasa tidak menjadi penghalang bagi para penikmat budaya korea di mancanegara.

Reporter: Sheila Permatasari         

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Harga Daging Sapi di Bantul mulai Turun, Ini yang jadi Penyebabnya

Mata Indonesia, Bantul - Setelah Lebaran, harga daging sapi di Bantul mulai mengalami penurunan secara perlahan. Nur Wijaya, Lurah Pasar Niten, membenarkan hal tersebut dengan mengatakan bahwa pada 15-16 April 2024, harga daging sapi sudah stabil.
- Advertisement -

Baca berita yang ini