23 Warga Norwegia Meninggal Usai Disuntik Vaksin Covid-19 Pfizer, Yuk Lihat Plus Minusnya

Baca Juga

MATAINDONESIA, JAKARTA – Baru-baru ini dunia dihebohkan oleh meninggalnya 23 orang warga Negara Norwegia usai pelaksanaan vaksinasi Covid-19  dengan vaksin Pfizer-BioNTech.

Dilansir dari New York Post, Sabtu 16 Januari 2021, 13 dari 23 orang yang meninggal adalah pasien di rumah jompo. Pejabat setempat mengatakan mereka meninggal karena efek samping vaksin.

Nyatanya vaksin yang memiliki nilai efikasi di atas 90 persen ini memiliki kekurangan disamping banyaknya kelebihannya.

Profesor di Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat di Universitas Flinders, Australia, Nikolai Petrovsky berpendapat vaksin Pfizer yang berbasis mRNA memiliki beberapa kelemahan. Apa aja kelemahan dan kelebihannya?

  1. Nilai keberhasilan vaksin

Dari persentasi keberhasilan, vaksin Pfizer memang dianggap sudah bagus karena berada di atas 90 persen. Hal ini lah yang membuat banyak negara memutuskan untuk mengambil vaksin Pfizer sebagai vaksin utama mereka untuk memerangi Covid-19. Perlu diketahui, 90 keberhasilan yang dimaksud adalah keberhasilan dalam mengurangi gejala Covid-19.

  1. Vaksin kurang teruji

Vaksin Pfizer merupakan vaksin yang menggunakan teknologi pengembangan baru yang belum banyak teruji. Vaksin ini bahkan merupakan vaksin jenis baru yang belum pernah digunakan sebelumnya, sehingga data keselamatan dan keefektifan untuk jangka panjang masih belum cukup. Keampuhan vaksin ini masih sebatas analisis interim atau hasil sementara dari uji klinis tahap 3 yang masih berlangsung, jadi data sekarang belum merupakan kesimpulan final.

  1. Penyimpanan khusus

Profesor Universitas Tokyo, Prof. Kazunori Kataoka (69) menyebutkan bahwa ada tiga hal yang harus diperhatikan mengenai vaksin anti Covid-19, yang pertama efektifitas yang dibuat berapa persen, kedua mengenai pengangkutannya dan yang ketiga mengenai penyimpanan vaksin tersebut.

Sayangnya,  meski efektifitasnya diatas 90 persen namun dalam hal penyimpanan, vaksin ini membutuhkan suhu dibawah 80 derajat celcius. Hal ini memberikan masalah bila digunakan pada negara berkembang, karena membutuhkan alat khusus. Pendingin pada umumnya hanya -4 derajat celcius. Dengan kepemilikan alat khusus untuk menyimpan vaksin ini, akan membutuhkan uang tambahan lagi yang cukup banyak. Demikian pula bila alat pendingin tidak tidak mencapai standard suhu yang dibutuhkan, justru akan merusak vaksin saat di bawa dari satu negara ke negara lain dan malah tidak berefek ketika disuntikan.

  1. Keampuhan yang dipertanyakan

Vaksin ini berisi dengan fragmen virus atau potongan bagian virus, ada kemungkinan vaksin ini justru memberikan respons imun yang lemah sehingga membuthkan tambahan pendorong lain untuk meningkatkan daya ampuhnya. Selain itu, ada kemunginan vaksin DNA/RNA bisa menyatu ke dalam genom penerima.

  1. Biaya produksi murah dan tidak menularkan virus

Dengan memanfaatkan teknologi rekayasa genetika, vaksin ini bisa dengan cepat dan mudah dibuat, juga ongkos produksinya yang terjangkau sehingga mengurangi juga biaya peredarannya. Vaksin ini juga tidak dibuat dengan virus SARS-Cov-2 utuh, melainkan berisi potongan kode genetik yang melath sistem kekebalan tubuh untuk mengenali protein spike di permukaan SARS-CoV-2, artinya tidak ada kemungkinan siapapun dapat tertular dari suntikan ini.

Reporter: Anggita Ayu Pratiwi 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini