Wahai Para Pejabat, Contohlah Kesederhanaan Umar bin Khattab

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Umar bin Khattab merupakan salah satu sahabat utama Nabi Muhammad S.A.W dan khalifah kedua yang berkuasa pada tahun 634 sampai 644 M menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Sebagai khalifah, Umar dikenal sebagai orang yang tegas, dan peduli kepada rakyatnya. Diceritakan bahwa semasa kekhalifahannya, Umar selalu berkeliling untuk memastikan dan membantu rakyatnya yang sedang kesulitan.

Tak hanya itu, Umar juga dikenal sebagai pemimpin yang sederhana dan merakyat. Pernah disebutkan Umar selalu memakai pakaian bertambal dan tidak menggunakan kendaraan yang sudah disediakan oleh pembantunya.

Kesederhanaan itu juga Umar terapkan kepada pejabat bawahannya. Diriwayatkan dari Khuzaymah ibn Tsabit berkata, “Jika Umar mengangkat seorang pejabat, ia akan menuliskan untuknya perjanjian dan akan mensyaratkan kepada pejabat itu untuk: tidak mengendarai kuda (yang pada waktu itu menjadi kendaraan mewah); tidak memakan makanan yang berkualitas tinggi; tidak memakai baju yang lembut dan empuk; dan tidak pula menutup rumahnya bagi orang-orang yang membutuhkan dirinya. Jika itu dilakukan, ia telah bebas dari sanksi.”

Umar bin Khattab merupakan salah satu contoh pemimpin yang sangat tegas terhadap pelaku korupsi dan suap.

Melakukan pencegahan korupsi merupakan hal pertama yang ia lakukan sesudah ia dilantik menjadi khalifah.
Umar akan menanyakan para pejabat yang memiliki kekayaan besar satu-persatu “Darimana kau peroleh hartamu ini?”. Lalu ia segera memerintahkan pemeriksa untuk meneliti berapa jumlah kekayaan si pejabat tersebut sebelum dan sesudah ia menduduki sebuah jabatan. Jika ada kelebihan, akan dicari darimana ia mendapatkannya.

Jika ternyata diketahui bahwa pertambahan kekayaan si pejabat diperoleh bukan dari hasil gaji resmi negara, maka disitalah harta itu dan dimasukkan ke kas negara (baitul maal). Harta yang oleh Umar bin Khattab bukan hak milik pribadi, dinyatakan sebagai milik umat dan hak milik Allah. Karena kekayaan tersebut tak salah lagi berasal dari sogokan atau berasal dari pemerasan secara halus.

Oleh karena itu, Baitul Maal selalu bertambah jumlahnya karena hasil sitaan dari berbagai pejabat korup, mulai dari gubernur, komandan pasukan, pemungut zakat bahkan dari kalangan keluarga Khalifah sendiri.

Diriwayatkan juga suatu ketika, Khalifah Umar bin Khattab kedatangan tamu yang merupakan utusan dari Azerbaijan.
Umar berkata kepada istrinya, “Keluarkanlah makanan yang ada. Kami kedatangan tamu jauh, dari Azerbaijan,” Istrinya menjawab, “Kami tidak mempunyai makanan selain roti dan garam,”

“Tidak apa-apa,”jawab Umar. Kemudian keduanya makan roti dan garam.

Sesudah makan, Umar bertanya kepada tamunya,”Apa maksud kedatangan Anda kali ini?” Utusan Azerbaijan itu menjawab, Aku adalah utusan Negeri Azerbaijan. Amirku memerintahkan aku membawa hadiah ini untuk Baginda.”

Umar berkata,”Bukalah bungkusan itu, apa isinya?” Bungkusan itu berisi gula-gula.“Gula-gula ini khusus buatan penduduk Azerbaijan.” kata utusan tersebut.

Umar kembali bertanya lagi, “Apakah semua kaum Muslim mendapat kiriman gula-gula itu?”

Utusan itu tertegun sejenak, lalu dia menjawab, “Tidak, Baginda. Gula-gula ini khusus untuk Amirul Mukminin,”

Mendengar perkataan itu, Umar marah sekali. Dia lalu memerintahkan kepada utusan tersebut untuk membawa gula-gula itu ke Masjid, dan membagi-bagikannya kepada fakir miskin kaum Muslim yang ada di sana. ”Barang itu haram masuk ke perutku, kecuali kalau kaum Muslim memakannya juga. Dan kamu cepat-cepatlah ke negerimu. Beritahukan kepada yang mengutusmu, kalau mengulanginya kembali, akan kupecat dia dari jabatannya!” kata Umar bin Khattab dengan nada marah.

Sifat Umar yang tegas, sederhana dan lebih mementingkan kepentingan rakyatnya daripada dirinya sendiri sudah seharusnya menjadi contoh bagi para pejabat negara. Masalah korupsi sudah pasti mudah diatasi apabila banyak pejabat yang memiliki sifat seperti Umar.

Kenyataannya, masih banyak pejabat negara yang memilih untuk menambah kekayaan dengan cara korupsi. Padahal, agama dan undang-undang sudah melarang keras praktik korupsi dan akan memberikan hukuman yang berat bagi siapapun yang melarangnya.

Reporter: Muhammad Raja Abdurrahman Pabeangi

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Harga Daging Sapi di Bantul mulai Turun, Ini yang jadi Penyebabnya

Mata Indonesia, Bantul - Setelah Lebaran, harga daging sapi di Bantul mulai mengalami penurunan secara perlahan. Nur Wijaya, Lurah Pasar Niten, membenarkan hal tersebut dengan mengatakan bahwa pada 15-16 April 2024, harga daging sapi sudah stabil.
- Advertisement -

Baca berita yang ini