TikTok yang Mengubah Dunia di 2020

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pada akhir 2020, TikTok menjadi aplikasi yang banyak diunduh di seluruh dunia. Prestasi ini tidak mengherankan mengingat dengan aplikasi TikTok, video yang diunggah seseorang memiliki peluang yang besar untuk menjadi viral, entah orang tersebut hanya punya 0 atau 100.000 pengikut.

TikTok menjadi satu-satunya aplikasi media sosial besar pertama yang bukan berasal dari Silicon Valley (kawasan industri penghasil teknologi terbesar di dunia). Aplikasi ini berasal dari Cina dan telah bergabung dengan WhatsApp, Instagram, dan Twitter dalam daftar media sosial yang memiliki paling banyak pengguna.

Meskipun TikTok menuai banyak kontroversi terkait implikasi ancaman keamanan data para penggunanya, kepopuleran TikTok yang terus meningkat seolah membuktikan bahwa aplikasi ini bukan hanya mendominasi dunia, namun juga kebutuhan dalam mengonsumsi media sosial.

TikTok memopulerkan video pendek dan mengembangkan algoritma rekomendasi sesuai minat pengguna (mirip seperti YouTube) yang menjadikannya salah satu pesaing terkuat dalam kompetisi berbagai aplikasi video yang sudah ada.

Video-video yang diunggah di TikTok berdurasi kurang dari satu menit, yang berarti dalam satu sesi, seseorang dapat menonton banyak video yang menarik sambil membiasakan diri dengan melihat pembuat konten, tren, dan komunitas.

Jika YouTube mengubah banyak orang menjadi pembuat konten melalui komputer, TikTok mengubah lebih banyak orang lagi menjadi pembuat konten hanya dengan ponsel.

Para pembuat konten YouTube alias YouTuber harus mengambil dan mengedit video yang disesuaikan untuk keperluan YouTube. Sedangkan pengguna TikTok alias TikTokkers cukup mengeluarkan ponsel mereka untuk merekam dan mengedit video melalui aplikasi yang bisa dilakukan kapan saja, entah saat berpergian atau ketika ada waktu luang di rumah,

TikTok menyuguhkan tren di halaman ‘For You’ atau ‘Discover’ di mana pengguna dapat langsung membuat video tanpa terbebani dengan keharusan memikirkan ide konten seperti apa yang ingin dibuat maupun bagaimana merekam video.

Bukan rahasia lagi kalau sejumlah video viral yang berasal dari TikTok bukanlah dari kalangan influencer atau orang terkenal. Sebagai contoh, video membuat telur goreng yang diunggah orang biasa ke Instagram tidak akan sepopuler Kim Kardashian jika mengunggah video yang sama.

Akan tetapi, dengan aplikasi seperti TikTok, semua menjadi mungkin. Video telur goreng yang diunggah di TikTok memiliki peluang yang sama besarnya untuk tersebar ke seluruh dunia seperti milik orang lain, entah itu orang biasa atau terkenal.

TikTok tidak memiliki batasan usia pengguna. Dalam platform ini bisa ditemukan dengan mudah pengguna yang masih anak-anak. Bahkan, beberapa di antaranya menghebohkan dunia maya. Sayangnya, kehebohan yang muncul itu tidak selalu positif, meskipun kebanyakan lebih bersifat menghibur.

Seseorang yang mungkin hanya punya sedikit pengikut di Instagram, bisa jadi memiliki ribuan pengikut di TikTok. Saat ini, memiliki banyak pengikut di TikTok artinya menjadi semacam selebriti, mirip dengan ‘selebgram’ yang diperuntukkan untuk orang-orang terkenal dari Instagram.

TikTok menghadirkan era baru bagi para pembuat konten di mana orang-orang biasa bisa berubah menjadi terkenal. Banyak pula artis papan atas yang menggunakan TikTok, tetapi mayoritas pengguna membanjiri aplikasi ini untuk melihat individu yang biasa-biasa saja.

TikTok juga menandai era baru aktivisme digital. Seperti diketahui, TikTok memiliki peran penting dalam Black Lives Matter, sebuah gerakan aktivis mancanegara yang aktif dalam menentang kekerasan maupun rasisme terhadap orang kulit hitam. Dikutip dari BBC, TikTok berhasil memopulerkannya sebagai tren di halaman ‘Discover’ dengan tagar yang disaksikan lebih dari 23 miliar kali.

Bukan hanya itu, TikTok bahkan berperan penting dalam serangkaian protes anti-Trump yang benar-benar membawa hasil di kehidupan nyata. TikTokkers disebut memiliki andil besar dalam sedikitnya orang yang mendatangi kampanye Presiden Donald Trump di Tulsa pada Juni 2020 lalu.

TikTokkers juga mengakibatkan pihak Trump harus menyetel ulang penilaian di aplikasi Official Trump setelah mendapat banyak ulasan buruk.

Tren TikTok terus berkembang dan merambah ke berbagai bidang. Salah satu yang paling identik dengan TikTok adalah tren musiknya. Tidak dimungkiri, TikTok telah mewadahi banyak lagu yang sebelumnya jarang didengar menjadi terkenal.

Hal ini tentu saja membuat banyak musisi menggunakan TikTok untuk meningkatkan pemasaran, contohnya yang dilakukan oleh Drake dengan lagunya Toosie Slide.

Berbeda dengan sebelumnya, tahun ini tren musik di TikTok telah melampaui bentuk yang baru. Hal ini ditunjukkan dengan viralnya penyanyi dan artis tidak terkenal sehingga bisa dilihat dan didengarkan oleh jutaan orang.

Salah satu contoh keberhasilannya adalah Lyn Lapid, seorang gadis berusia 17 tahun yang mengunggah video TikTok berisikan lagu tentang pengalaman mengecewakan dengan seorang produser sewaktu dia pertama kali mencoba merilis musiknya.

Videonya yang berjudul ‘Producer Man’ itu sudah ditonton sebanyak 50 juta kali dan Oktober lalu telah dirilis sebagai single.

Kesuksesan Lyn Lapid di TikTok mengingatkan pada sosok Birdy, yang pertama kali terkenal di YouTube karena musik khas indienya yang viral.

TikTok dianggap berhasil menyediakan ruang kreativitas untuk semua kalangan. Baron Ryan, seorang komedian yang memiliki lebih dari 700 ribu pengikut di TikTok mengatakan bahwa keberhasilan seorang TikTokker bukan hanya ditentukan oleh kualitas konten, namun juga perilaku sebagai individu.

Dalam artian, konten yang dibuat menarik, namun si pembuat konten harus mempunyai pribadi yang smenyenangkan, seperti ramah dengan penggemar dan tidak mengejek atau mengkritik siapa pun dengan videonya untuk bisa menjangkau lebih banyak pengikut.

Populernya TikTok tahun ini membuat banyak orang mengekspresikan diri mereka dengan membuat konten dan memfilmkan diri mereka sendiri agar disukai orang. Ini sebenarnya bukanlah hal baru.

Jika dilihat, makin ke sini platform seperti Instagram menjadi tempat di mana hanya merek besar yang mendapatkan perhatian. Sementara TikTok tidak memerlukannya. Setiap orang tidak peduli statusnya dapat menjadi viral lewat TikTok.

TikTok bisa memunculkan gelombang besar konten yang dapat mengubah hidup dan pikiran masyarakat jika terus mengembangkan trennya.

Reporter: Safira Ginanisa

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Seluruh Pihak Harus Terima Hasil Putusan Sidang MK

Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024 di ruang sidang lantai...
- Advertisement -

Baca berita yang ini