Selain Boros Anggaran, Berikut 5 Alasan Formula E Tidak Perlu Diselengarakan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Rencana Pemprov DKI Jakarta menjadi tuan rumah ajang balap Formula E pada 6 Juni 2020 mendatang ditolak banyak pihak.

Ajang balap mobil ini dari tahun pertama digelar selalu meninggalkan masalah pahit bagi tuan rumah penyelenggara. Tercatat kerugian lebih banyak ditimbulkan ketimbang dampak positifnya.

Berikut dampak negatif ajang Formula E jika diselenggarakan di Jakarta.

1. Manajemen Rugi Rp1,9 Triliun dalam 4 Tahun Terakhir

Gelaran balap Formula E untuk pertama kalinya dimulai sejak tahun 2014. Majalah Forbes menyebutkan kerugian yang didapat manajemen Formula E selama empat tahun terakhir mencapai Rp1,9 triliun. Untuk tahun 2017, menurutnya pendapatan yang diraih dari penyelenggaraan secara keseluruhan hanya Rp1,5 triliun, berbanding terbalik dengan pengeluaran yang mencapai Rp 1,8 triliun.

2. Membakar Uang Tuan Rumah

Tuan rumah penyelenggara harus menyiapkan anggaran mencapai Rp1,59 triliun untuk sekali pertandingan. Hal ini diperlukan untuk biaya penunjang kegiatan, seperti komitmen ke manajemen Rp 360 miliar, biaya infrastruktur pendukung, penyelenggaraan, hingga sosialisasi kepada masyarakat dunia.

3. Jumlah Penonton Sedikit

Pada musim balapan 2017/2018 sponsor utama Formula E di Montreal, Hydro-Quebec menyatakan mundur pada satu ajang balapan. Hal ini diungkapkan karena Quebec menilai tidak banyak orang yang menonton mobil listrik tersebut. Disebutkan jumlah penonton hanya mencapai 40 persen dari target awal yang ditentukan di setiap ajang pertandingan.

4. Kendala Kepadatan Lalu Lintas

Pada Juni 2016 di Moscow, pergelaran Formula E dibatalkan pemerintah Rusia karena kendala persiapan logistik dari tuan rumah. Alasannya, pemerintah Rusia kesulitan menutup akses lalu lintas karena tingkat kepadatan kendaraan yang tinggi di Moskow, apalagi saat ajang lomba tengah berlangsung. Tentu hal ini sangat relevan dengan kondisi kepadatan lalu lintas di Jakarta.

5. Berkaca pada Negara Tetangga

Alih-alih menggenjot sektor bisnis, balapan mobil tanpa suara dan tanpa polusi itu justru membuat 70 persen pengusaha mengalami kerugian. Dalam survei yang dilakukan oleh Formule Citoyenne disebut ada 49 dari 70 pengusaha justru mendapat efek negatif dan 28,6 persen mengatakan tidak mendapat keuntungan, serta hanya 1,4 persen yang mengaku meraih laba. Belajar dari Singapura, Malaysia dan Monaco, Jakarta dihadapkan pada pekerjaan rumah yang cukup besar jika ingin meraup untung dari balap Formula E. (Maropindra Bagas/R)

 

 

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini