Sederet Obat dan Vitamin Bagi Pasien COVID-19

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan COVID-19 sebagai sebuah pandemi pada Maret 2020 lalu, kondisi ini menjadi salah satu fokus kesehatan utama bagi banyak negara di dunia, termasuk di Indonesia. Semua orang berlomba-lomba mencegah diri mereka dari penularan COVID-19.

Setiap hari, pasien positif virus Corona terus bertambah. Berdasarkan data terkini yang dirilis Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 di Indonesia pada 27 Desember 2020 mencatat 706.837 kasus terkonfirmasi infeksi virus Corona, di mana hampir 584.000 orang sudah sembuh, 21.237 orang meninggal, dan sisanya masih menjalani perawatan.

Hingga kini, belum ditemukan obat khusus yang bisa melawan infeksi virus yang menyerang sistem pernapasan ini.

Meskipun demikian, para ahli tetap berusaha menemukan kandidat obat yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi COVID-19. Beberapa di antaranya adalah obat-obatan yang pernah digunakan untuk wabah SARS dan MERS. Karena virus Corona berasal dari keluarga virus yang sama, diharapkan obat-obatan ini juga bisa mengatasi COVID-19.

Namun, perlu diingat bahwa virus yang menyebabkan COVID-19 adalah virus jenis baru yang berbeda dari virus penyebab SARS ataupun MERS. Oleh karena itu, obat-obatan yang digunakan untuk COVID-19 bisa memiliki tingkat keampuhan dan efek samping yang berbeda.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sampai saat ini, dexamethasone masih menjadi satu-satunya obat yang terbukti efektif melawan COVID-19 untuk pasien gejala parah.

Dexamethasone adalah obat golongan kortikosteroid yang digunakan untuk mengatasi peradangan, penyakit autoimun, dan reaksi alergi. Dexamethasone juga dapat digunakan untuk mengurangi keluhan akibat efek samping kemoterapi.

Karena bersifat antiradang, obat ini bisa digunakan untuk mencegah kerusakan paru-paru pada pasien COVID-19. Namun, dexamethasone tetap tidak bisa digunakan untuk membunuh virus Corona di dalam tubuh. Obat ini juga tidak menunjukkan hasil yang signifikan saat digunakan pada penderita infeksi virus Corona dengan gejala yang ringan.

Selain dexamethasone, obat lain yang digunakan untuk membantu mengatasi COVID-19 adalah favipiravir dan remdevisir. Kedua obat ini telah mendapat izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI untuk pasien COVID-19.

Favipiravir adalah obat antivirus yang digunakan untuk mengatasi beberapa jenis virus influenza yang tergolong dalam jenis virus RNA. Salah satunya adalah virus influenza A yang menyebabkan flu burung dan flu babi.

Dilansir dari Alodokter, obat ini melawan virus dengan menghambat kerja enzim RNA polimerase yang berperan dalam memperbanyak jumlah virus. Bila enzim ini dihambat, virus jadi tidak bisa berkembang biak dan jumlahnya di dalam tubuh menjadi berkurang.

Virus Corona juga tergolong dalam jenis virus RNA. Itulah sebabnya, favipiravir disinyalir bisa mengontrol jumlah virus dalam tubuh penderita COVID-19 sehingga kondisi paru-paru penderita bisa membaik.

Sudah ada beberapa penelitian yang menunjukkan keampuhan obat ini dalam menurunkan jumlah virus dan mempercepat perbaikan paru-paru penderita COVID-19. Efek sampingnya pun minimal. Namun, obat jenis ini hanya boleh digunakan sesuai anjuran dokter dan tidak diperuntukkan bagi ibu hamil.

Selain itu, obat ini sudah mendapatkan hasil uji klinik yang telah dipublikasikan secara internasional dan data yang cukup yang dipercaya dapat meningkatkan angka kesembuhan dan menurunkan angka kematian pasien COVID-19.

Favipiravir yang digunakan berbentuk tablet dan diberikan untuk pasien COVID-18 bergejala ringan hingga sedang dengan usia 18 tahun ke atas.

Sementara itu, remdevisir merupakan salah satu obat antivirus yang pernah digunakan untuk mengatasi MERS dan SARS. Perlu diketahui, obat ini tidak bisa sembarangan diberikan ke semua pasien COVID-19.

Menurut laporan Mayo Clinic, remdesivir dapat membantu mempercepat pemulihan pasien COVID-19 meskipun tidak sepenuhnya aman karena bisa menimbulkan peningkatan kadar enzim hati yang memicu kerusakan hati.

Oleh karena itu, remdesivir hanya ditujukan untuk pengobatan pasien COVID-19 yang telah terkonfirmasi oleh laboratorium.

Obat ini berbentuk serbuk injeksi dan diberikan untuk pasien COVID-19 terutama untuk orang dewasa atau remaja (berusia 12 tahun ke atas dengan berat badan minimal 40 kilogram) yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi parah.

Selain obat-obatan yang telah disebutkan, obat herbal asal Tiongkok juga kerap dipakai penderita COVID-19. Berdasarkan studi jurnal Phytomedicine dan China Journal of Chinese Materia Medica, salah satu obat yang diteliti telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi gejala COVID-19 adalah Lianhua Qingwen.

Lianhua Qingwen sudah terdaftar di BPOM sebagai obat tradisional impor dari Tiongkok sejak 2019. Obat ini memiliki khasiat membantu meredakan panas dalam yang disertai tenggorokan kering, meredakan batuk, dan meredakan gejala influenza.

Berdasarkan penelitian, Lianhua Qingwen yang berbentuk kapsul ini disimpulkan dapat memberikan efek terapeutik pada penderita COVID-19 dengan meningkatkan laju pemulihan gejala.

Selain Lianhua Qingwen, menurut laporan State Administration of Traditional Chinese Medicine, obat herbal Tiongkok lainnya yang dapat digunakan untuk mengatasi COVID-19 adalah Granul Jinhua Qinggan.

Obat ini terdiri atas 12 bahan herbal yang dikembangkan selama wabah H1N1 pada tahun 2009 dan disebut mampu mengendalikan demam serta mendetoksifikasi paru-paru. Diketahui bahwa Granul Jinhua Qinggan dapat membantu mengurangi gejala yang ditimbulkan pada penderita COVID-19.

Terhitung hingga April 2020 lalu, Lianhua Qingwen dan Granul Jinhua Qinggan sudah digunakan dalam pengobatan COVID-19 untuk lebih dari 70 ribu pasien di seluruh Tiongkok dan menunjukkan keefektifan dalam menurunkan gejala seperti demam dan peradangan.

Namun, perlu diingat bahwa semua obat yang diklaim dapat membantu mengatasi COVID-19 tidak sembarangan bisa dikonsumsi dan tetap memerlukan konsultasi dari dokter.

Sementara itu, untuk mempercepat proses penyembuhan pasien COVID-19 selain diberikan obat juga harus mengonsumsi vitamin untuk meningkatkan imunitas tubuh.

BPOM merekomendasikan vitamin C, vitamin D, dan vitamin E untuk dikonsumsi. Ketiganya bisa meningkatkan kemampuan sel-sel imun untuk memerangi virus yang ada di tubuh. Dengan begitu, proses pemulihan pasien yang terpapar COVID-19 bisa berlangsung lebih cepat.

Vitamin tidak diproduksi oleh tubuh sehingga harus memperolehnya dari suplemen atau makanan. Vitamin C banyak terdapat dalam berbagai jenis makanan, seperti jeruk, stroberi, paprika, bayam, kangkung, dan brokoli. Selain itu, bisa juga mengonsumsi suplemen vitamin C, seperti Enervon C, Holisticare Ester C, dan Vitalong C.

Sementara vitamin D yang juga salah satu vitamin esensisal bagi sistem kekebalan tubuh, dapat diperoleh saat tubuh terpapar sinar UV matahari sehingga tubuh nantinya memproduksi vitamin D.

Selain dapat membantu menyeimbangkan sistem kekebalan tubuh, vitamin D juga dapat meredakan gejala infeksi pada saluran pernapasan.

Berfungsi sebagai antioksidan untuk membantu tubuh melawan infeksi, vitamin E juga bisa melindungi tubuh dari radikal bebas. Radikal bebas dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, kanker, dan penyakit lainnya. Oleh karenanya, asupan vitamin E penting bagi tubuh. Makanan kaya vitamin E antara lain kacang-kacangan, biji-bijian, dan bayam. Selain itu, vitamin E juga dapat dikonsumsi dalam bentuk suplemen, seperti Nature’s Health Vitamin E dan Wellness Natural Vitamin E.

Reporter: Safira Ginanisa

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini