Roma: Republik yang Penuh dengan Elite Politik, Kebohongan, dan Kesenjangan Sosial

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Peradaban Romawi kuno memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap dunia sekarang ini. Semenanjung Italia adalah Negara-kota Roma di mana tempat tersebut merupakan tempat berdirinya sebuah peradaban Romawi Kuno. Di puncak dan lembah tujuh bukit di samping sungai Tiber. Romawi memulai sejarahnya tersebut di sana. 

Seorang keturunan Arneas  yaitu Romulus pada tahun 753 SM mendirikan kota tersebut. Sedangkan Suku Latia lah yang mengembangkan peradaban Romawi yang menetap di lembah sungai Tiber.

Roma kemudian menjadi sebuah bangsa dengan eksperimen politik paling luar biasa di zaman dunia kuno. Struktur politik Republik Romawi yang rumit pada 509-27 SM, sengaja dirancang dengan tujuan ideal. Ini untuk mencegah pemerintahan yang bersifat tirani.

Hal ini bertujuan untuk memberikan kekuasaan dengan tujuan yang lebih baik dan untuk menghalangi penyalahgunaan antarindividu yang terlalu ambisius. Ini juga menjadikan Bangsa Romawi sebagai salah satu contoh perwakilan demokrasi paling awal di dunia.

Semua ini berasal dari kaum patrician-plebeian yang dihakimi berdasarkan kekayaan, kelahiran, dan status yang membuat setiap orang dikelompokkan berbeda-beda.

Kaum patrician terdiri dari kaum elit-aristokrat dan pesohor yang terlahir atau memiliki status yang tinggi. Sedangkan kaum plebeian terdiri dari petani petani, tentara, pengrajin, pemilik toko, dan buruh Roma.

Tetapi dalam praktiknya, Republik Romawi adalah sebuah oligarki. Senat, berfungsi sebagai badan penasehat dan tidak memiliki kekuatan legislatif. Sepenuhnya dominan bangsawan berpengaruh dan menikmati otoritas yang luas, terutama atas keuangan negara.

Hal ini membuat kaum plebeian geram akan para senat dan politikus yang selalu punya motif terselubung dan menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan kaum tertentu. Banyak kaum plebeian yang melakukan protes diluar tembok kota.

Kaum plebeian juga telah menuntut agar hukum Roma publikasikan untuk memastikan kesetaraan hukum bersama antara kedua kelas. Populares, yang berarti ‘untuk rakyat’, mewakili kepentingan rakyat jelata. Di oposisi adalah optimates, yaitu ‘orang-orang terbaik’ aristokrasi, yang menganggap diri mereka sebagai penjaga Republik yang paling bijaksana.

Baik itu patrician melawan plebeian, Senat melawan rakyat, optimates melawan populares, perselisihan antara aristokrasi. Dan orang-orang awam terus meningkat seiring waktu. Republik Romawi terus-menerus oleh ketidakcocokan pandangan mereka tentang pemerintahan dan keengganan aristokrasi untuk mengakui kekuasaan dan kekayaan. Selain itu, korupsi melanda Roma di mana-mana. Politikus seperti Marcus Octavius ​​dan Livius Drusus bisa menyalahgunakan tugasnya untuk kepentingan bangsawan.

Pemerintah yang terlalu fokus dalam ekspansi menimbulkan kesenjangan sosial dan ekonomi yang berkepanjangan. Praktik perbudakan juga semakin berkembang dan memengaruhi kondisi ekonomi Bangsa Romawi hingga menyebabkan peperangan bersaudara.

Perpecahan antara optimates dan populares juga menjadi pemicu dalam pemerintahan yang kacau dari Republik Romawi. Pada akhirnya, harga yang harus terbayar untuk stabilitas adalah kebebasan. Dan banyaknya perang saudara yang terjadi menjadi penanda runtuhnya Republik Romawi.

Penulis: Keshatita

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Danrem 072/Pamungkas Hadiri Rapat Koordinasi Lintas Sektoral Pengamanan Mudik Idul Fitri 1445 H

Mata Indonesia, Magelang - Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Zainul Bahar, S.H., M.Si hadiri Rapat Koordinasi Lintas Sektoral dalam rangka Pengamanan Hari Raya Idul Fitri 1445 H bertempat di Semanggi Ballroom Hotel Artos, Jl. Mayjen Bambang Soegeng No.1, Kedungdowo, Mertoyudan, Magelang, Jawa tengah. Jumat, (29/3/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini