Misteri Kutukan Makam Firaun, Benarkah Ada?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Penemuan makam Raja Mesir Tutankhamun atau Pharaoh di tahun 1923 dianggap sebagai salah satu penemuan arkeologi terpenting di sejarah manusia. Penemuan ini kabarnya diikuti kutukan yang menimpa tim ilmuwan yang membuka makam Raja Tutankhamun.

Raja Firaun atau King Tutankhamun atau bisa disebut juga Pharaoh sering disebut sebagai dewa Mesir atau disebut juga sebagai dewa Matahari “Ra” pada masa kejayaannya.

Penemuan makam Raja Mesir Tutankhamun di tahun 1923 dianggap sebagai salah satu penemuan arkeologi terpenting di sejarah manusia. Yang membuat banyak orang bergidik, penemuan ini kabarnya diikuti kutukan yang menimpa tim ilmuwan yang membuka makam Raja Tutankhamun. Raja Tut memerintah Mesir sekitar tahun 1332-1323 dan hanya 10 tahun.

Ketika wafat pada usia 19 tahun, Firaun dimakamkan bersama harta bendanya di makam berhias tulisan hieroglif, jenasahnya diawetkan dengan ramuan khusus, minyak dan garam, kemudian dibungkus dengan kain kedap udara yang diikat. Karena Firaun dianggap sebagai wakil bangsa Mesir dihadapan para dewa, kedamaiannya di dalam kehidupan di alam baka merupakan harapan semua anggota masyarakat.

Makam Raja Tut pertama ditemukan tahun 1922 oleh Howard Carter dan George Herbert di kawasan Lembah Para Raja, kompleks pemakaman raja Mesir yang ada di tepi barat Sungai Nil. Tepatnya ada di sekitar kota Thebe atau Luxor.

Namun, setelah penemuan makam Pharaoh, banyak kejadian mistis yang terjadi. Apa sajakah itu?

  1. Meninggalnya Sponsor Penggalian Makam

Hanya 5 bulan setelah makam Tutankhamun ditemukan, Lord Carnarvon, dilaporkan meninggal. Yang membuat media saat itu heboh, detik-detik kematian Carnarvon terjadi bersamaan dengan mati lampu di seluruh kota Kairo.

Di malam yang sama dengan kematian Carnarvon, hal nahas juga terjadi di kampung halamannya di Inggris. Anjing Carnarvon bernama Susie yang ada di rumahnya disebut mengaum panjang sebelum akhirnya mati. Publik lantas menganggapnya sebagai kutukan, meski si anjing mati akibat keracunan darah setelah digigit nyamuk.

  1. Kematian Massal Tim Penggalian

Rumor adanya kutukan Raja Tut semakin gencar setelah dalam kurun 12 tahun pasca penggalian, belasan orang tim penggalian meninggal secara mengejutkan dan tiba-tiba.

Kematian pertama dialami oleh Pangeran Ali Kemal Fahmy yang ditembak mati istrinya di tahun 1923 setelah mengunjungi makam Raja Tut. Di tahun 1928, Arthur Mace, anggota tim penggalian meninggal tanpa alasan jelas. Tahun 1924, Sir Archibold Douglas-Reid, ilmuwan yang melakukan penelitian sinar-X pertama pada mumi Raja Tut meninggal akibat penyakit misterius. Sekretaris Howard Carter, Richard Bethell, ditemukan tewas di kamarnya tahun 1929.

Selain deretan korban di atas, masih ada beberapa kematian dari keluarga orang-orang yang terkait langsung dengan penggalian makam Raja Tut.

  1. Ilmuwan Tak Indahkan Pertanda Buruk

Penemu makam Raja Tut, Howard Carter, tidak percaya adanya kutukan itu meskipun dia mengalami pertanda buruk sendiri. Hal ini berdasarkan pengakuan beberapa anggota tim penggalian.

Di hari yang sama saat Howard Carter membuka makam Raja Tut, burung kenari piaraan Carter dimakan oleh ular Kobra. Insiden ini sangat diingat oleh banyak orang, sebab ular Kobra melambangkan Dewi Wadjet. Dewi yang kerap disebut ‘Eye of Horus’ ini dikenal sebagai penjaga kedamaian Mesir. Apakah ini hanya kebetulan?

  1. Tak Indahkan Prasasti Kutukan

Saat akan memasuki ruang utama makam Raja Tut, sebenarnya sudah banyak yang takut. Alasannya, di bagian atas gerbang menuju ruang utama makam, terdapat tulisan hiroglif kuno yang artinya “Kematian akan datang bagai kepakan sayap pada mereka yang mengganggu istirahat Pharaoh”. Pharaoh adalah sebutan Raja Mesir kuno.

Hiroglif tadi lantas membuat banyak ilmuwan penasaran. Sebab huruf dalam tulisan tadi tidak bisa dibaca oleh sembarang orang, misalnya penjarah makam. Alhasil banyak yang beranggapan bila peringatan tadi sengaja ditulis bagi para manusia di masa depan yang mempunyai kecerdasan tinggi.

  1. Kutukan atau Jamur?

Ahli Biologi bernama Dr. Ezzeddin Taha dari Universitas Kairo mengemukakan bila sebagian kematian misterius tim penggali terjadi akibat jamur. Ya, jamur yang hidup di dinding-dinding makam Raja Tut disebut sangat berbahaya bagi bila terhirup atau masuk tubuh manusia.

Kuburan Raja Tut tidak hanya menyimpan mumi saja, tetapi awalnya juga banyak sayur-sayuran, daging, dan buah sebagai persembahan. Bahan-bahan organik ini akhirnya membusuk dan memicu munculnya jamur berbahaya seperti Aspergillus niger dan Aspergillus flavus. Kedua jamur ini saat masuk paru-paru manusia dapat menyebabkan pendarahan dan sangat mungkin membunuh manusia bila daya tahan tubuhnya menurun.

Selain itu, ilmuwan lain menemukan bila dalam makam ditemukan gas amonia, hidrogen sulfida, dan formalin. Kontak dengan gas tadi dalam waktu lama dapat menyebabkan masalah pada mata dan paru-paru.

Reporter: Muhammad Raja A.P.

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Antisipasi Daging Sapi Terjangkit Antraks, Pemkot Jogja Sidak Pedagang Pasar

Mata Indonesia, Gunung Kidul - Kasus antraks yang terjadi di Gunungkidul dan Sleman diantisipasi lebih cepat oleh Pemkot Jogja. Meski Kementan sudah menggerakkan jajarannya termasuk Pemkab Gunungkidul untuk memvaksinasi hewan ternak warga, antisipasi oleh pemerintah wilayah lain juga harus dilakukan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini