Mengenal Hurup Hieroglif Peninggalan Bangsa Mesir Kuno

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTAHieroglif Mesir adalah sistem tulisan formal yang digunakan Mesir kuno yang terdiri dari kombinasi elemen logograf dan alfabet. Hieroglif Mesir menjadi salah satu sistem penulisan paling tua yang dikenal manusia. Beberapa dari tulisan tersebut berasal dari tahun 3000 sebelum masehi dan telah digunakan oleh bangsa Mesir kuno selama lebih dari 3000 tahun.

Hieroglif atau Hieroglyph merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh orang-orang Yunani pada tahun 500 SM yang berasal dari kata hieros yang berarti suci dan glypho yang berarti mengukir.

Mengutip Pusat Ensiklopedia Online, Orang Yunani menggunakan istilah ini karena mereka juga menggunakan huruf serupa untuk menulis teks suci mereka.

Hieroglif Mesir kuno terdiri dari berbagai gambar yang diukir di dinding monumen dan makam, serta dituliskan pada papirus dan kayu. Hieroglif ini biasanya dipakai untuk sastra keagamaan dan dibaca dari kanan ke kiri seperti penulisan huruf Arab. Namun, beberapa juga menulisnya dari atas ke bawah, kiri ke kanan, dan bawah ke atas.

Gambar-gambar pada hieroglif disusun untuk melambangkan huruf Mesir kuno. Gambar yang membentuk huruf hieroglif itu mewakili suara suatu huruf.

Orang-orang yang diperbolehkan menulis dan membaca hieroglif Mesir kuno disebut sebagai juru tulis yang memiliki kedudukan tinggi. Orang-orang Mesir kuno percaya kemampuan juru tulis menuliskan hieroglif merupakan anugerah dari Thoth, dewa penulisan dan kebijaksanaan.

Pada awalnya, orang Mesir kuno menggunakan bentuk gambar untuk mewakili tulisan yang kasar. Masing-masing gambar mewakili objek alamiah. Contohnya, bulan sabit artinya bulan, dan garis yang bergelombang diartikan sebagai air. Bentuk ini hanya menyimbolkan benda yang terlihat saja dan belum dapat menyimbolkan perasaan dan pikiran atau apa pun yang tidak dapat dilihat mata. Sehingga hieroglif pun lebih dianggap sebagai simbol ide daripada sebuah gambar objek. Ide-ide ini disebut ideogram.

Perkembangan selanjutnya, hieroglif menggunakan gambar, lebih untuk mewakili bunyi daripada untuk mewakili objek sesungguhnya. Contohnya, sebuah gambar lebah bisa saja bukan berarti serangga, melainkan merujuk pada kata ‘lebah’. Daun dapat memiliki arti ‘percaya’. Hieroglif yang digunakan sebagai bunyi itu dikenal dengan nama fonogram.

Dari fonogram tersebut, mereka mengembangkan satu seri tanda di mana masing-masing mewakili satu huruf.
Pada praktiknya, orang Mesir kuno hanya menggunakan huruf konsonan saja. Misalnya, kata ‘minum’ hanya akan ditulis ‘mnm’. Dalam perkembangannya, orang Mesir terus menggunakan gabungan penulisan ideogram, fonogram, dan picturegram (tulisan gambar). Namun seiring berjalannya waktu, tulisan tersebut menjadi sangat rumit sehingga tidak mudah dimengerti oleh orang awam.

Dilansir dari Wikipedia, hieroglif dibagi menjadi tiga jenis, yaitu phonetic glyphs, logographs, dan semagram.
Pada phonetic glyphs, kebanyakan simbol atau bentuk hieroglif merupakan fonetis alam, yang berarti simbol tersebut dibaca dan dibuat sesuai dengan karakteristik visualnya. Gambar dari mata dapat menjelaskan kata ‘mata’ itu sendiri dan kata ‘saya’ dalam bahasa Inggris (‘eye’ dan ‘I’). Gambar mata itu disebut dengan fonogram dari kata ‘I’.

Bentuk fonogram dengan satu konsonan disebut tanda uniliteral, dengan dua konsonan disebut tanda biliteral, dan dengan tiga konsonan disebut tanda triliteral. Dua puluh empat tanda uniliteral disebut abjad hieroglif. Penulisan hieroglif Mesir kuno normalnya tidak mengindikasikan huruf vokal seperti A, I, U, E, O.

Pada phonetic complements, penulisan hieroglif Mesir kuno sering kali pleonastis atau berlebihan. Ini kerap terjadi dalam sebuah kata yang harus diikuti oleh sejumlah karakter penulisan yang memiliki kesamaan pengucapan. Contohnya, kata nfr dalam Mesir kuno yang memiliki arti ‘cantik, baik, sempurna’, ditulis dalam triliteral yang unik.

Bagaimanapun, hal ini sangat biasa ditambahkan dalam triliteral, uniliteral untuk f dan r.  Kata tersebut dapat ditulis sebagai nfr+f+r namun tetap dibaca dengan nfr. Dua karakter abjad ditambahkan demi kejelasan ejaan dari hieroglif triliteral yang terdahulu. Karakter berlebihan yang mengikuti tanda biliteral atau triliteral disebut phonetic complements atau pelengkap fonetis. Dapat ditempatkan di depan tanda (jarang), setelah tanda (seperti ketentuan umumnya), atau bahkan di keduanya.

Selain interpretasi fonetis, karakter atau simbol-simbol juga dapat dimaknai dengan membaca, dalam hal ini terdapat logogram dan semagram. Hieroglif digunakan sebagai logogram untuk menegaskan suatu objek yang merupakan sebuah gambar. Untuk itu, logogram adalah benda biasa yang sering digunakan. Dalam teori, seluruh hieroglif memiliki kemampuan untuk digunakan sebagai logogram. Logogram dapat ditemani dengan pelengkap fonetis.

Sedangkan semagram merupakan simbol semantik yang menentukan makna dan ditempatkan di akhir dari sebuah kata. Karakter ini bertujuan untuk mengklarifikasi tentang apakah artinya sebuah kata itu.

Menurut laporan Amazine, para cendekiawan belum sepenuhnya berhasil menafsirkan hieroglif Mesir kuno selama berabad-abad sampai ketika tentara Prancis menginvasi Mesir dan menemukan Batu Rosetta pada tahun 1799. Sejak saat itu, mulai terjadi terobosan.

Batu Rosetta
Batu Rosetta

Prasasti pada Batu Rosetta ditulis dalam tiga bahasa: pada bagian paling awal ditulis menggunakan hieroglif, bagian tengah ditulis dalam naskah demotik, dan di bagian bawah ditulis dalam koine Yunani dari periode Helenistik.

Skrip demotik dan bahasa Yunani merupakan sistem penulisan yang dikenal para ahli tentang Mesir kuno pada abad ke-19 sehingga membantu dalam memecahkan misteri hieroglif.

Jean-Francois Champollion asal Prancis merupakan orang pertama yang berhasil memecahkan hieroglif. Dia mampu menguraikan hieroglif dengan benar ketika mengunjungi Mesir untuk melihat sebuah ukiran kuil pada tahun 1828.
Saat ini, dengan perkembangan teknologi, perusahaan Google punya cara agar pengguna dapat mengerti hieroglif Mesir kuno dengan meluncurkan alat yang dinamai Fabricius.

Dikutip dari Ubergizmo, Fabricius memiliki kemampuan untuk memecahkan kode hieroglif dan mengartikan tulisan dari era Mesir kuno itu secara daring. Fabricius menjadi alat digital pertama yang dirilis untuk mendukung perkembangan lebih lanjut dalam studi bahasa kuno.

Fabricius tersedia di platform Google Arts and Culture, yang memungkinkan pengguna belajar tentang seni dan peninggalan budaya dari sekitar 2.000 institusi di seluruh dunia. Saat ini, pengguna hanya dapat menerjemahkan hieroglif Mesir kuno ke dalam bahasa Inggris.

Reporter: Safira Ginanisa

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

AMN Manado Bangkitkan Etos Pemuda Jadi Cendekia Cerdas dan Terhormat

Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) Manado membangkitkan etos para pemuda untuk menjadi cendekia yang cerdas dan terhormat, sehingga mereka terampil...
- Advertisement -

Baca berita yang ini