Mengapa Kalimantan Terjadi Gempa?

Baca Juga

Oleh: Sutopo Purwo Nugroho*

MINEWS – Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah melaporkan terjadi gempa 5,7 SR di 413 Km Timur Laut Kota  Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara pada Rabu 25 Januari 2015, pukul 08.31  WIB. Pusat gempa di laut pada kedalaman 10 Km. Gempa tidak berpotensi  tsunami.

Posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengonfirmasi dampak gempa ke BPBD Kaltara dan BPBD  Kota Tarakan. Gempa tidak dirasakan. Kejadian gempa bumi ini disebabkan  aktivitas sesar berarah barat daya – timurlaut antara Pulau Kalimantan  dan Filipina. Gempa seperti ini juga pernah terjadi pada 20-1-2015 gempa5,6 SR pada kedalaman 10 Km di 289 Km Timur Laut Kota Tarakan.

Kemudian pada Selasa 11 Juni 2019, pukul 13.45.58 WITA, wilayah Kalimantan Utara kembali diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa ini berkekuatan M 4,7.

Lokasi episenter terletak pada koordinat 2,62 LU dan 117,22 BT. Dengan kata lain, pusat gempa berada di darat pada jarak 40 km arah Tenggara Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara pada kedalaman 14 km.

Selama ini kita tahunya Kalimantan adalah daerah yang aman dari gempa.  Namun mengapa juga terjadi gempa? Masyarakat Kalimantan beberapa kali  merasakan gempa. Berdasarkan peta zonasi gempa, wilayah di Kaltim dan  Kaltara termasuk dalam peta rawan gempa rendah.

Ancaman gempa dari  megathrust Sulawesi Utara atau Sesar Palu Koro yang dapat berpengaruh  gempa di Kalimantan bagian Timur. Gempa di daratan Kalimantan juga disebabkan gempa intraplate, yaitu  gempa yang terjadi di dalam lempeng itu sendiri, yakni di lempeng  Eurasia.

Gempa ini mekanismenya berbeda dengan gempa interplate yang  dihasilkan dari tubrukan antarlempeng yang banyak terjadi di barat  Sumatera dan selatan Jawa. Mekanisme gempa intraplate pada dasarnya  belum banyak diketahui.

Sebagian hasil riset menunjukkan tiga kemungkinan penyebab gempa  intraplate. Pertama, adanya akumulasi tekanan lokal dan akibat  heterogenitas kerak benua –dalam kasus ini di Paparan Sunda. Kedua,  adanya zona lemah yang disebabkan proses-proses tektonik masa lalu. 

Ketiga, adanya high heat flow, yang memunculkan akumulasi tekanan ke  sekitarnya. Gempa ini pernah terjadi seperti gempa 5,5 SR Kota di  Tarakan, Kaltim (12-11-2007), dan gempa 5,8 SR di Pulau Laut, Sebuku dan Batulicin Kalsel (5-2-2008).

Kita harus selalu waspada, bukan gempanya tapi bangunannya yang menimbulkan korban jiwa.

*Sebelum wafat, Sutopo menjabat sebagai Kapusdatin Humas BNPB

Berita Terbaru

Produksi Sampah Capai 65 Ton selama Lebaran, WALHI Jogja Ingatkan Penanganan Jangan hanya Menumpuk

Mata Indonesia, Yogyakarta - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY mencatat peningkatan sebanyak 65 ton sampah di Kota Yogyakarta, Sleman, dan Bantul selama periode 8-15 April 2024 atau masa lebaran. Persoalan sampah di DIY ini juga diingatkan oleh WALHI agar Pemda mencari penanganan lanjutan ke depan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini