Hanya di India, Wanita yang Haid Harus di Asingkan di Gubuk

Baca Juga

MATA INDONESIA, NEW DEHLI – Desa di India memiliki tradisi yang unik bagi wanita yang sedang menstruasi. Mereka akan diasingkan dan tinggal sementara di gubuk yang lumayan jauh dari rumah mereka. Perempuan yang tengah haid dipandang tidak suci dan dipaksa untuk hdup di bawah batasan yang ketat. Mereka dilarang menjalankan kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan dan ditolak masuk ke kuil atau tempat suci, bahkan dapur.

Dan ini yang dialami perempuan di suku Gond dan Madia di Gadchiroli, salah satu kawasan termiskin dan terbelakang di India.

Para wanita itu akan diasingkan selama masa haid berlangsung di pondok pengasingan yang bernama Kurma Ghar.  Dan pondok pengasingan di daerah tersebut tidak layak huni. Dengan bahan lumpur, bambu dan beratapkan jerami tak jarang ketika hujan datang air masuk kedalam dan menimbulkan genangan di lantai.  Selain itu cuaca ekstream juga sangat berpengaruh bagi siapa saja yang tidur di pondok tanpa jendela dan pintu tersebut, Ketika musim panas, suhu begitu panas dan banyak nyamuk sedangkan di akhir tahun dinginnya udara sangat menusuk tulang.

Selain itu tak adanya kamar mandi mengharuskan para wanita itu terpaksa menempuh jarak 1 kilometer untuk mandi dan mencuci baju di sungai.  Tak adanya pintu juga menyebabkan beberapa hewan liar seperti anjing dan babi masuk tanpa izin, Bahkan seorang warga lokal bernama Durpata Usendi mengungkapkan 10 tahun lalu ada seorang perempuan berusia 21 tahun meninggal di gubuk itu setelah digigit ular

Kasus tersebut membuat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia India menginstruksikan pemerintah daerah setempat untuk ‘menghilangkan praktik tersebut’ karena dipandang sebagai pelanggaran berat atas hak asasi perempuan atas keselamatan, kebersihan, dan martabat mereka. Namun beberapa tahun kemudian tradisi itu masih saja berlangsung.

Semua perempuan di Tukum – dan desa-desa di sekitarnya – mengaku tidak ingin ke gubuk menstruasi, karena fasilitasnya yang tidak layak membuat mereka marah. Namun mereka juga mengaku tidak berdaya untuk mengubah kebiasaan tradisi yang sudah mengakar selama ratusan tahun.

Surekha Halami mengaku takut bila mereka melawan tradisi, maka akan mengundang kemarahan dewa-dewa dan menyebabkan sakit dan kematian bagi keluarganya.

Karena tradisi yang tak dapat dihilangkan, Maka solusi akhir yang dapat dijalankan adalah dengan cara memperbaiki gubuk tersebut agar layak huni. Suatu badan amal berbasis di Mumbai, Kherwadi Social Welfare Association, berinisiatif mengganti gubuk-gubuk yang sudah reyot itu menjadi pondok layak huni yang dilengkapi tempat tidur, kamar mandi, air bersih, dan panel surya untuk mendapat listrik.

Pondok baru yang memakan biaya 650.000 rupee  tersebut terbuat dari botol-botol plastik daur ulang yang dipenuhi pasir, dicat dengan warna merah sedangkan tutup-tutup botol warna biru dan kuning menghiasi dinding. Pondok baru itu juga dilengkapi delapan tempat tidur dan kamar mandi serta pintu yang bisa mereka kunci. Lembaga itu juga telah membangun empat pondok serupa dan enam lagi akan didirikan pertengahan Juni ini di desa-desa sekitar.

Reporter : Ananda Nuraini

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Program AMANAH Kembangkan SDM Muda Kelola Potensi Kekayaan Aceh

Program Aneuk Muda Aceh Unggul dan Hebat (AMANAH) mampu mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) muda di Tanah Rencong...
- Advertisement -

Baca berita yang ini