Bagi-Bagi Angpau saat Imlek, Tradisi Berbagi Berkah Warga Tionghoa

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Perayaan Tahun Baru Imlek memang tidak lengkap rasanya tanpa bagi-bagi angpau. Biasanya, pemberian angpau sebagai bentuk keberkahan saat sedang berkunjung ke rumah kerabat dan sanak saudara.

Bagi-bagi angpau menjadi momen yang paling menarik terutama untuk anak-anak. Sebab, dalam keluarga Tionghoa, pemberian angpau wajib dari orang tua kepada anak-anaknya. Sementara di beberapa daerah di Tiongkok, pasangan yang sudah menikah akan memberikannya pada teman-teman yang masih lajang untuk menularkan keberuntungan.

Tradisi angpau berasal dari Tiongkok. Nama tradisi ini adalah Hong Bao yang artinya hadiah uang dalam balutan amplop berwarna merah. Warna merah merupakan lambang kebahagiaan dan kesejahteraan.

Pemberian ini sudah menjadi tradisi sejak zaman dahulu. Asal muasalnya memiliki beberapa versi berbeda. Versi yang paling terkenal berasal dari zaman Dinasti Ming (1368 – 1644). Saat itu, bentuk angpau adalah koin uang yang bagian tengahnya berlubang dan diikat dengan benang merah.

Versi lainnya menyebutkan berasal dari Dinasti Song (960 – 1279). Tradisi saat itu berlatarbelakang dari kisah mengenai sesosok iblis yang menyerang suatu desa. Iblis ini berhasil terbunuh oleh seorang pemuda yatim piatu dengan menggunakan pedang leluhur. Sebagai bentuk perayaan karena menang melawan iblis, warga setempat memberikan amplop merah sebagai tanda terima kasih. Terpilihnya warna merah karena membawa keberuntungan dan menghindari roh jahat.

Sementara itu, ada versi lain yang jauh lebih lama dan menyebut bahwa tradisi ini sudah ada sejak masa Dinasti Qin (221 – 206 SM).

Tradisi itu bermula dengan memasang benang merah pada koin atau disebut sui qian untuk menghindari usia tua. Sui qian  dapat menolak kematian dan mencegah penuaan bagi yang menerimanya. Namun, seiring berjalan waktu, orang-orang Tionghoa menggantinya dengan amplop kertas berwarna merah.

Bagi orang dewasa muda atau setengah baya, pemberian angpau ini wajib kepada anak-anak dan para orang tua. Terlepas soal usia, tradisi ini biasanya antara keluarga dekat dan teman untuk berbagi kebahagiaan. Bahkan, kepada kenalan sebagai bentuk kesopanan.

Dalam tradisi memberikan angpau, tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Ada aturan khusus dalam berbagi angpau. Antara lain larangan mengisi uang dengan nomor ganjil karena identik dengan pemakaman. Selain itu, harus menghindari uang yang jumlahnya terdapat angka empat karena bermakna kematian. Hal ini juga berlaku dengan besaran rupiah di Indonesia. Misalnya, besaran uang seperti Rp 40.000 atau Rp 4.000.000.

Bahkan, ada aturan tersendiri untuk membagikan angpau, yakni orang yang memberikan angpau tidak boleh dalam posisi merangkak.

Reporter: Safira Ginanisa

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Kota Jogja Mulai Disorot, Heroe Poerwadi Akhirnya Diusung PAN, Budi Waljiman Dikawal Gerindra

Mata Indonesia, Yogyakarta - Persiapan untuk Pilkada pada pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Jogja mulai memanas. Beberapa figur telah muncul sebagai calon potensial dari berbagai partai politik, di antaranya adalah Heroe Poerwadi dan Budi Waljiman.
- Advertisement -

Baca berita yang ini