Afrika Selatan akan Sahkan Pernikahan Poliandri

Baca Juga

MATA INDONESIA, JOHANNESBURG – Perempuan dengan lebih dari satu suami atau poliandri memang praktik yang jarang ditemukan. Biasanya mereka akan diberikan label negatif dan dianggap nggak bermoral oleh masyarakat.

Pemerintah Afrika Selatan (Afsel) saat ini sedang mempertimbangkan untuk mengizinkan perempuan memiliki banyak suami. Dan ini membuat kaum konservatif di negara itu gempar.

Proposal untuk mengizinkan poliandri dimasukkan dalam kertas hijau dari Departemen Dalam Negeri Afrika Selatan, yang berharap untuk membuat pernikahan lebih inklusif. Opsi ini hanyalah salah satu dari beberapa dalam dokumen yang luas, tetapi telah menyebabkan perdebatan sengit di Afrika Selatan. Poligami, yakni pria menikahi banyak istri, adalah legal di negara ini.

”Afrika Selatan mewarisi rezim pernikahan yang didasarkan pada tradisi Kristen Calvinis dan Barat,” tulis catatan makalah itu.

Catatan ini juga menyebutkan undang-undang pernikahan saat ini “tidak diinformasikan oleh kebijakan menyeluruh yang didasarkan pada nilai-nilai konstitusional dan pemahaman dinamika masyarakat modern .”

Seks Bebas

Seorang wanita Afrika Selatan bernama Muvumbi Nzalama, ketika masih muda kerap mempertanyakan tradisi monogami. Dia pernah menanyakan orang tuanya, apakah mereka akan tetap bersama dengan satu pasangan saja seumur hidup. Muvumbi yang kini berusia 33 tahun mengidentifikasi dirinya sebagai poliamori dan panseksual. Dia adalah seorang aktivis, yang berusaha membuat ruang aman bagi orang-orang non-monogami di Afrika Selatan.

”Saya memiliki partner yang saat ini bertunangan dan punya anak bersama saya. Partner saya yang lain turut berbahagia untuk kami,” ujarnya.

Afrika Selatan memiliki salah satu konstitusi paling liberal di dunia. Tak hanya poliandri, pernikahan sesama jenis dan poligami untuk pria diperbolehkan dalam hukum.

Namun isu ini kemudian menjadi sasaran kritik keras dari pihak konservatif. ”Ini akan menghancurkan budaya Afrika. Bagaimana dengan anak-anak mereka? Bagaimana mereka mengetahui identitas mereka?” tanya Musa Mseleku, seorang pebisnis dan tokoh publik, yang memiliki empat orang istri.

Beberapa tokoh lain, seperti pimpinan partai oposisi Partai Demokrat Kristen Afrika (ACDP), Pendeta Kenneth Meshoe, berkata aturan poliandri akan “menghancurkan masyarakat”.

Goyah

Muvumbi menyadari, ini adalah momen penting bagi perempuan yang berada dalam hubungan poliamori. “Situasi sangat tegang sekarang , banyak orang merasa kepercayaan mereka sedang digoncang,” ujar dia.

Muvumbi secara terbuka mengakui statusnya sebagai poliamori, atau masyarakat menyebutnya “poly”, selama lebih dari sepuluh tahun. Menjadi seorang poly sederhananya berarti Anda bisa berada dalam lebih dari satu hubungan, dengan dukungan dan kepercayaan penuh dari seberapa banyaknya partner yang Anda pilih.

Saat ini, Muvumbi memiliki dua partner pria, satu “partner jangkar” atau “anchor partner” yang bertunangan dan berbagi pendapatan dengannya, dan satu “partner senang-senang” atau “joy partner”, yang memberikan kesenangan seksual atau romantis namun lebih jarang ditemuinya.

“Kita tidak harus saling akur, tapi saya menginginkan keterbukaan ini secara kesukuan dan komunal.”

Awalnya Muvumbi ragu inging memberitahu keluarganya, namun ia memutuskan untuk berterus terang sekitar lima tahun lalu ketika hubungannya dengan sang partner jangkar, Mzu Nyamekala Nhlabatsi, menguat. ”Partner jangkar saya juga seorang poly, dan saya tidak ingin salah satu keluarga saya tak sengaja bertemu dengannya di tempat umum sedang bersama partnernya yang lain dan menjadi kebingungan karenanya,” kata dia.

Patriarki

Para aktivis hak-hak gender di Afrika Selatan kini berkampanye agar poliandri disahkan di negaranya, dengan dasar persamaan hak dan pilihan, karena aturan memperbolehkan pria memiliki lebih dari satu istri.

Proposal mereka dimasukkan ke dalam dokumen yang dirilis pemerintah untuk menerima masukan publik. Ini adalah perubahan dalam undang-undang perkawinan setelah pemerintahan minoritas kulit putih berakhir pada 1994.

Dokumen yang sama juga meminta pemberian pengakuan hukum kepada pernikahan Muslim, Hindu, Yahudi, dan Rastafari, yang selama ini dianggap tidak sah.

Muvumbi berkata proposal ini “seperti jawaban atas doa-doa” dan kekhawatiran anak-anak tumbuh dalam kebingungan di keluarga poliandri berakar dari patriarki.

Professor Collis Machoko berkata poliandri dulu pernah dipraktikkan di Kenya, Republik Demokrasi Kongo, dan Nigeria, dan sampai sekarang masih dilakukan di Gabon, di mana praktik ini sah secara hukum.

”Pertanyaan tentang anak-anak itu mudah dijawab. Anak yang lahir dari hubungan ini adalah anak-anak keluarga tersebut,” ujarnya.

Muvumbi menemukan bahwa keyakinan patriarki juga mempersulit hubungan-hubungan yang pernah dia jalani sebelumnya. Sejak itu, kata dia, lebih mudah untuk menjalin hubungan dengan sesama poly.

“Banyak pria mengatakan mereka baik-baik saja dengan saya yang poly, tapi kemudian mereka keberatan,” kenangnya.

Muvumbi bertemu dengan kedua partnernya melalui komunitas daring yang bertujuan mempertemukan orang-orang poly di Afrika Selatan. Ketika negara ini masih memperdebatkan pengakuan legal atas poliandri, dia membangun platform online lain bernama Open Love Africa, berkolaborasi dengan partner jangkarnya.

Reporter : Nabila Kuntum Khaira Umma

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Seluruh Pihak Harus Terima Hasil Putusan Sidang MK

Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024 di ruang sidang lantai...
- Advertisement -

Baca berita yang ini