Suara Harapan Papua

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Rasanya asing sekali dari Papua atau pun Aceh sekali pun
Kami tak merasa harus adanya perselisihan.
Kenapa harus membedakan? Apa karena ras atau warna kulit yang berbeda? Terlalu putih? Terlalu hitam? Jadi serba salah. Perbedaan dijadikan keberagaman yang saling melengkapi kekurangan.

Saya memang bukan berasal dari suku Papua, hanya anak remaja yang tinggal di pusat kota.
Tapi sebab itu kerasnya dunia terbuktikan disini. Bukannya lebih menarik kalau kita bersama. Tidak masalah dari mana asalmu, dimana kamu lahir atau dibesarkan.
Hal yang cukup sering disuarakan di Indonesia. Seakan menutup mata dan telinga, merasa tak adil. Tapi apa yang mereka bisa perbuat. Berteriak saja tak cukup bahkan menangis pun tidak bisa membuat seorang Raja yang angkuh turun tahtanya

Hanya berharap pada tumpuan manusia yang palsu. Termasuk saya sendiri terkadang lupa menganggap enteng hal ini.

Papua juga saudara Tanah Air, tak bisa dilupakan kekayaan budaya berserta keragaman karyanya yang tak habis pikir begitu indah dibicarakan. Tergantung dari mana kita melihat entah karya atau hanya sesuatu perbuatan buruk.

Saling melindungi adalah tujuan Negara. Indonesia bangga mempunyai Papua, semua pulau juga termasuk di dalamnya. Budaya, makanan, pakaian, adat yang dilaksanakan sopan santun yang membuat kita mendengar serta mungkin melihatnya secara langsung hanyut tersenyum. Hati pun terasa damai.

Apa yang merasa spesial? padahal kita semua sama rata hanya manusia yang tak tahu skenario dan naskah dari Tuhan.

Tapi hanya manusia, yang merasa dirinya paling bisa dan menganggap dirinya yang pantas. Bangsa kami mempunyai keberagaman yang tak tertandingi, bahkan jika dibicarakan tidak ada akan ada habisnya.

Bangga, menghormati serta menghargai masing-masing ras dimana pun kita berada.

Papua berhak mendapatkan haknya sebagai warga negara. Kita juga sebagai warga negara juga menjalankan sebagaimana warga negara.

Kadang sering kali mereka yang berasal dari ras hitam diperlakukan tidak seperti manusia.
Apa hanya karena warna kulitnya kalian memandang mereka tak pantas dan tak mampu? nyatanya kita sering menutup mata.
Mereka bahkan bisa saja lebih hebat dan mampu dari yang dibayangkan.

Bisa saja kita hidup rukun dan begitu sangat senangnya membantu, berbagi sesama apapun asalnya, agamanya, rasnya, sukunya.
Kita Indonesia. Perdamaian adalah ciri khas kita. Bhineka Tunggal Ika.

Perbedaan ini membuat kita beruntung. Kekurangan bisa tertutup karena saling merangkul.
Saling memaki tidak akan pernah menyelesaikan masalah.
Mereka mungkin terlihat baik-baik saja, namun mata mereka tak bisa berbohong.

Butuh rasanya pelukan dari sesama. Apa karena mereka jauh dari katanya modern, jadi mendiskrimasi mereka. Bahkan alam mereka orang yang berasal dari suku jauh lebih mewah dari kata modern.

Ada kalanya mereka juga lelah menyuarakan haknya, hanya pasrah pada ilahi, menumpuk harapan manusia adalah perkerjaan yang sia-sia, tidak akan ada hasilnya.

Jauh dalam lubuk hati mereka,mereka ingin diperlakukan sama dengan yang lainnya. Di pandang dengan tatapan penuh arti,di pandang dengan tatapan tak menindas. Seakan mereka adalah monster yang siap menerkam kapan saja. Bukannya mereka juga manusia yang bisa terluka dan bersedih.

Dimana pun atau apapun yang terjadi jangan lupa kita ini siapa. Karena manusia adalah mahluk sosial yang butuh pertolongan.

TITISAN PERMATA

Kadang dunia menatap dengan rayuan yang sangat indah.
Tapi penuh duri didalamnya, dibutakan oleh hal yang membuat manusia tertutup mata hatinya.
Kadang keadilan tak berpihak pada panasnya Matahari.

Namun selalu menerima kehadiran sang Bulan.
Padahal mereka adalah permata Bumi yang saling terikat.
Matahari dengan keemasannya serta penerangan bagi manusia.
Bulan dengan keindahan menerangi malam.
Mereka hanya menutup paras hanya karena perbedaan.

“Nggak masalah warna kulitmu apa atau darimana kamu berasal,jadilah apa adanya dengan paras apa yang kamu punya,dengan keberagaman membuat kita tahu. Kalau berbeda bukan salah pilihan.”

Penulis: Ninda Cendikia Putri,

Ig:@nindassss

54 KOMENTAR

  1. Tulisannya bagus, penekanan terhadap permasalahan rasisme dan kesenjangan cukup kuat. Namun ada beberapa yang kurang seperti; kilas sejarah singkat kenapa Papua bisa jadi korban rasisme, sejarah Papua dalam masa penjajahan, pendidikan di Papua, kekerasan oleh aparat yang terjadi disana, hingga peran media dalam menggambarkan Papua kepada masyarakat Indonesia di luar Papua.

  2. “Nggak masalah warna kulitmu apa atau darimana kamu berasal,jadilah apa adanya dengan paras apa yang kamu punya,dengan keberagaman membuat kita tahu. Kalau berbeda bukan salah pilihan.”

    Keren, Kak. Semangat

  3. Bagus banget kak, penulisannya singkat, padat, dan jelas, tapi tetap sampai maknanya ke pembaca. Kata-katanya juga cantik banget, tema yang diambil juga menarik!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Terima Lapang Dada

Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Keputusan yang diambil oleh Mahkamah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini