Si Saksi Bisu Piala 17-an

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Sekarang di kamar saya ada sebuah piala 17-an yang mungil. Kalau melihatnya perasaan saya campur aduk antara bangga dan geli. Piala itu saya peroleh bukan hanya dengan usaha, tapi juga sedikit keberuntungan. Momennya pun tepat, yaitu beberapa hari sebelum HUT RI ke-75.

Tahun ini acara 17-an agak berbeda. Perlombaan di lapangan terbuka ditiadakan karena pandemi. Jangan pula berharap bisa berkumpul ramai-ramai dan tertawa riang menyaksikan tingkah unik peserta lomba. Namun, ada solusi untuk mengatasi kekosongan acara keramaian. Dirgahayu negara kita tidak boleh berlalu tanpa kesan. Perayaan secara virtual dapat menjadi pilihan.

Sebulan yang lalu, ada seorang teman lama mengajak ikut lomba 17-an melalui grup WA. Lomba yang disediakan adalah lomba membaca puisi, mewarnai gambar, dan membuat video inspirasi. Membaca puisi membuat saya gugup. Mewarnai hanya untuk peserta anak-anak. Nah, kategori terakhir bolehlah dicoba. Tapi, tetap ada kendala. Saya belum pernah membuat video.  Senang menonton youtube, namun tidak pernah terlintas membuat karya sendiri. Lomba ini jadi memaksa saya belajar membuat video sendiri.

Nekat? Mungkin saja. Tapi, kapan lagi bisa ikut 17-an virtual di masa pandemi?

Proses pengerjaan video dari awal sudah menghadapi tantangan. Karena kuatir bepergian jauh, saya membuat video pendek dari kejadian-kejadian yang ada di sekitar rumah. Bukankah ada anjuran #dirumahaja #stayathome #17anvirtual? Jadi, saya mengambil objek video dari keadaan lingkungan yang dekat saja. Dengan segala keterbatasan, video tetap dikerjakan semaksimal mungkin.

Banyak kendala yang muncul ketika merekam, seperti hari mendung sehingga gambarnya gelap sampai rekaman yang tak stabil (maklum masih amatir). Kendala lain adalah sulit mendapat objek yang diinginkan di lokasi terbatas. Harus tekun mencari dan merekam berbagai objek yang dipikir sesuai dengan tema inspirasi. Tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Saya baru mampu menarik nafas lega ketika semua tantangan dapat diatasi dan terkumpullah objek-objek video yang diinginkan.

Namun, masalah belum usai. Obyek-obyek video itu harus dikumpulkan menjadi satu video pendek yang utuh dan bisa bercerita tentang inspirasi. Cara mengedit video dipelajari secara instan dari Google karena dikejar deadline. Singkat cerita, jadilah video pertama saya. Jujur, hasilnya belum seperti youtuber, tapi sudah memenuhi syarat untuk ikut lomba. Ya, namanya juga cari pengalaman.

Awal Agustus para pemenang diumumkan. Ternyata ada sedikit keberuntungan. Karena pesertanya tidak banyak, saya berhasil mendapatkan predikat juara harapan III. Sebuah piala mungil beserta hadiah-hadiah mampir ke tangan.

Tentu saja saya senang. Tapi, untuk karya pertama ini, masih banyak yang perlu diperbaiki. Di lain waktu, sebaiknya saya lebih banyak berlatih dan belajar agar videonya lebih bagus. Siapa tahu bisa berprestasi lagi.

Bagi saya, piala ini bukan hanya piala 17-an biasa, tapi piala pembuktian keberanian. Berani mempelajari hal baru, berani mengeksekusi ide yang muncul, terakhir berani menunjukkan hasil karya yang masih amatir di depan umum.

Piala ini juga menjadi saksi bisu, bahwa di tengah pandemi, tetap ada kegiatan bermanfaat. Fasilitas digital menjadi faktor pendukung mencari informasi. Kesempatan berkreasi bisa muncul asalkan kita mau beradaptasi, tetap menjalin kontak sosial (walau pun secara virtual), serta mencari ide-ide untuk berkarya. Kemudian berusahalah agar ide kita bisa terwujud.

Kalau dulu para pahlawan bangsa berjuang agar negeri ini merdeka, perjuangan kita sekarang adalah menjaga bagaimana semangat itu tetap terjaga. Walaupun sudah 75 tahun berlalu, semangat 45 tak boleh luntur. Semangat inilah yang membawa kita mampu melewati masa pandemi dengan baik.

Penulis: Friska Julia Tarigan
IG: @trfriskaa
Youtube: Friska J Trg2020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

AMN Manado Bangkitkan Etos Pemuda Jadi Cendekia Cerdas dan Terhormat

Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) Manado membangkitkan etos para pemuda untuk menjadi cendekia yang cerdas dan terhormat, sehingga mereka terampil...
- Advertisement -

Baca berita yang ini