Pandemi Dua Tahun, Jurang Kaya dan Miskin Semakin Lebar

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Terhitung sudah dua tahun wabah pandemi Covid-19 menghantui dunia. Namun nampaknya ia masih betah hidup berdampingan dengan manusia.

Menurut lembaga Oxfam selaku lembaga yang memerangi ketidakadilan dan kemiskinan di seluruh dunia, wabah pandemi Covid-19 membuat orang kaya semakin kaya, dan orang miskin semakin miskin.

pandemi Covid-19
pandemi Covid-19

Tercatat, sejak Maret 2020, harta sepuluh orang terkaya di dunia meningkat hampir dua kali lipat, sementara orang miskin dengan pendapatan rendah menyumbang 21.000 kematian setiap harinya.

Oxfam rutin mengeluarkan laporan mengenai ketimpangan global pada pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos.

Hadir dalam pertemuan tersebut ribuan pimpinan perusahaan, juru kampanye, politikus, ekonom, selebriti, hingga wartawan. Selama dua tahun terakhir, pertemuan tersebut terpaksa online lantaran wabah pandemi yang tak kunjung usai.

Sebenarnya, sesuai dengan jadwal, pekan ini pertemuan Forum Ekonomi Dunia akan berlangsung secara tatap muka. Namun wabah omicron menggagalkannya. Dan rencananya, pertemuan pekan ini akan membahas mengenai kemungkinan masa depan dari pandemi, kesetaraan hak vaksin, hingga transisi energi.

Danny Sriskandarajah selaku Kepala eksekutif Oxfam GB, menjelaskan bahwa Oxfam memang sengaja mengeluarkan laporan setiap tahun yang bertepatan dengan acara forum pertemuan Davos, dengan tujuan menarik perhatian golongan elit politik, ekonomi, dan bisnis.

Mengacu pada hasil laporan, ia menambahkan, masa pandemi di tahun ini sangat mencengangkan, karena miliarder baru terus bermunculan setiap harinya. Menurut data Forbes, sepuluh orang terkaya tersebut adalah

  • Elon Musk
  • Jeff Bezos
  • Bernard Arnault and family
  • Bill Gates
  • Larry Ellison
  • Larry Page
  • Sergey Brin
  • Mark Zuckerberg
  • Steve Ballmer, dan
  • Warren Buffet.

Secara keseluruhan, semula harta mereka adalah USD 700 miliar (Rp 10 ribu triliun), kini tumbuh menjadi USD 1.5 triliun (Rp21 ribu triliun lebih). Namun, ada variasi peningkatan kekayaaan yang amat kontras di antara mereka. Seperti harta Elon Musk yang meningkat dengan fantastis mencapai lebih dari 1000 persen dan Bill Gates yang hanya meningkat 30 persen.

Berbanding terbalik, keadaan sekitar 99 persen populasi manusia semakin buruk karena dampak dari wabah Covid-19. Adanya kebijakan karantina wilayah, sektor perdagangan internasional yang semakin meredup, hingga sektor pariwisata internasional yang semakin lesu menjadi pendorong kemiskinan.

Mengenai cara penghitungannya, Oxfam mengacu pada laporan kekayaan global tahunan Credit Suisse dan data dari Daftar Miliarder Forbes. Dedua data ini memberikan laporan kekayaan global sejak tahun 2000.

Adapun survei Forbes untuk mengukur kekayaan adalah dengan menghitung nilai aset yang individu. Utamanya adalah tanah dan properti, kemudian baru berkurang karena adanya utang.

Namun sebelumnya, metode ini pernah mendapat kritikan karena kurang akurat. Oxfam mengatakan, harga-harga yang telah meningkat selama pandemi membuat mereka harus menyesuaikan harga-harga tersebut dengan inflasi.

Untuk penyesuaiannya menggunakan Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat, yang dapat melacak seberapa cepat biaya hidup meningkat dari waktu ke waktu.

Kemudian, laporan Oxfam yang datanya berasal dari Bank Dunia, mengatakan masalah kelaparan, kurangnya akses kesehatan, kekerasan dan ketidaksetaraan gender, hingga perubahan iklim telah menyumbang satu kematian setiap empat detik.

Bank Dunia menggunakan penghasilan USD 5.50 (Rp78.000) per hari sebagai tolak ukur kemiskinan di berbagai negara penghasilan menengah ke atas. Menurut laporannya, ada sekitar 160 juta lebih orang yang terdampak pandemi Covid-19 yang hidup dengan penghasilan dibawah USD 5.50 per hari.

Laporan lainnya dari Bank Dunia adalah pandemi memaksa negara berkembang untuk mengurangi anggaran sosial lantaran meningkatnya utang nasional, terjadinya penurunan kesetaraan gender, dan kelompok etnis minoritas yang paling terdampak Covid-19 adalah populasi kulit hitam di Amerika Serikat dan orang Bangladesh di Inggris.

Ketidakadilan di tengah krisis global ini gagal melindungi populasi manusia yang paling miskin. Yang terjadi justru sebaliknya. Saat ini para politikus tengah berupaya mendukung strategi ekonomi yang lebih berani guna meminimalisir dampak kematian akibat kemiskinan yang ditimbulkan dari dampak pandemi.

Adapun strategi tersebut meliputi menetapkan rezim pajak yang lebih progresif. Caranya, adalah dengan memberikan pengenaan pajak yang lebih tinggi terhadap modal dan kekayaan. Timbal baliknya, adalah pelayanan kesehatan universal yang berkualitas dan perlindungan sosial untuk seluruh lapisan masyarakat.

Oxfam juga menyarankan agar hak kekayaan intelektual vaksin Covid-19 dihapuskan agar produksi vaksin menjadi lebih luas dan proses distribusinya menjadi lebih cepat.

BBC/Reporter: Intan Nadhira Safitri

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Seluruh Pihak Harus Terima Hasil Putusan Sidang MK

Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024 di ruang sidang lantai...
- Advertisement -

Baca berita yang ini