Milenial dan Kebangkitan Indonesia di Tengah Pandemi

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Kebangkitan Indonesia sudah sering menjadi tema pembicaraan dalam lingkup formal dan informal. Banyak seminar-seminar menjadikan bahasan soal itu. Pejabat-pejabat publik banyak menyampaikan soal itu dalam pidato-pidato mereka. Di mimbar-mimbar kotbah  para imam agama apapun juga kerap menyinggung soal itu. Semua rakyat Indonesia hampir semua lekat dengan frasa tersebut. Apalagi Negara Republik memiliki hari Kebangkitan Nasional.

Lalu, apakah perlunya generasi milenial dan generasi sesudahnya membahas soal kebangkitan negeri ini? Apakah sebagai bentuk ajakan bagi bangsa ini untuk bangkit karena kita sedang tak berdaya? Atau sekedar pengingat bahwa kita harus tetap menjaga api gairah tetap memperjuangkan kebangkitan Indonesia?

Pada awal abad ke-19, generasi milenial saat itu juga sudah mengobarkan semangat kebangkitan Indonesia. Kesempatan mengenyam pendidikan modern membuat milenial jaman itu melihat bahwa Indonesia perlu bangkit dari situasi sebagai manusia terjajah.

Mereka sudah lama melihat ketidakadilan di sekeliling mereka, baik yang dilakukan oleh bangsa asing maupun bangsa sendiri dari kalangan feodal pada rakyat kebanyakan. Tetapi ketidakpuasan dan perlawanan sering kali kandas karena cara-cara lama hanya dengan perjuangan bersenjata. Kemudian, mereka tampil dengan cara baru yang lebih elegan setelah mereka mengenyam pendidikan barat.

Awal abad ke-20, apa yang menjadi taburan generasi milenial tersebut terus tumbuh. Kebangkitan Indonesia semakin hari semakin menjadi tema seluruh bangsa Indonesia. Cara-cara diplomasi melengkapi perjuangan bersenjata hingga membawa Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945.

Sekarang, milenial memiliki tantangan sendiri untuk mendengungkan Kebangkitan Indonesia. Bukan perkara sederhana menyuarakan kebangkitan bangsa di tengah jaman yang dominan oleh tehnologi informasi ini.  Setiap orang memiliki keragaman tentang bangsanya dan seperlu apa kebangkitannya.

Tehnologi informasi memudahkan sekaligus berpotensi menyatukan sekaligus memecah belah. Orang mungkin masih mengaku bangsa Indonesia serta bangkit, tetapi bangkit bagi bangsa (baca: kelompok mana).

Benar bahwa masih banyak ketertindasan, keterpurukan, penjajahan dalam wajah masa kini. Tapi masing-masing diberi makna dan tafsir sendiri sesuai kelompoknya. Sehingga jika orang atau sekelompok orang harus bangkit, maka semua demi kepentingannya. Dan semua tetap bisa diberi tagline Kebangkitan Indonesia.

Pandemi yang diikuti krisis ekonomi sebenarnya adalah wujud nyata keterpurukan bangsa Indonesia. Keadaan ini seharusnya memicu kebangkitan Indonesia senyatanya. Milenial jaman ini harus tampil menjadi pelopor Kebangkitan Indonesia yang mampu menyatukan berbagai golongan. Kebangkitan Indonesia sejati yang jauh dari sekedar jargon.

Penulis: Yosaphat Eko Marstyanto

  • Instagram : @y_eko_marstyanto

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Antisipasi Daging Sapi Terjangkit Antraks, Pemkot Jogja Sidak Pedagang Pasar

Mata Indonesia, Gunung Kidul - Kasus antraks yang terjadi di Gunungkidul dan Sleman diantisipasi lebih cepat oleh Pemkot Jogja. Meski Kementan sudah menggerakkan jajarannya termasuk Pemkab Gunungkidul untuk memvaksinasi hewan ternak warga, antisipasi oleh pemerintah wilayah lain juga harus dilakukan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini