Laut Bukanlah Keranjang Sampah

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Hari ini, 8 Juni 2020 bertepatan dengan Peringatan Hari Laut Sedunia.

Peringatan Hari Laut Sedunia adalah upaya untuk menyadarkan berbagai pihak agar merawat dan menghargai lautan sedunia sebagai sumber pangan, farmasi, energi, sumber daya mineral, tempat pariwisata, dan sebagai jalur pergerakan perdagangan dunia.

Hari Laut Sedunia 2020 membawa misi perlindungan terhadap 30 persen lingkungan di Bumi. Gerakan ini didukung oleh Yayasan Wyss dan National Geographic.

Sebagai masyarakat yang tinggal di daerah maritim sudah seharusnya sadar untuk menjaga dan merawat kawasan laut. Banyak faktor yang menjadi momok menakutkan untuk ekosistem di perairan luas ini, seperti bocornya kilang minyak mentah, peningkatan suhu laut, hingga sampah plastik yang berada di laut mengakibatkan banyak satwa laut mati karena memakannya.

Laut bukanlah keranjang sampah yang siap sedia menerima sampah-sampah manusia. Sri Bebassari selaku ketua umum InSWA (Indonesia Solid Waste Association) mengatakan dalam Webminar dengan Divers Clean Action bahwa sampah di laut adalah kecelakaan besar, jika digambarkan sudah harus masuk ICU, dan termasuk kriminal.

Laut adalah aset atau mutiara yang berharga, sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat mawas diri dengan ini. Dengan adanya pencemaran di laut maka kita mencederai aset berharga kita.

Dilansir dari Indonesiainside.id mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudji Astuti mengatakan, menurut sains dan studi pada tahun 2030 sampah plastik di laut akan melebihi jumlah ikan. Oleh karena itu sudah saatnya kita meninggalkan penggunaan plastik, sebab sampah plastik selain membahayakan ekosistem laut juga tergolong sampah yang sangat susah terurai.

Ada beberapa negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia, yaitu Cina, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Banyak penggunaan barang-barang plastik di negara-negara tersebut, terlebih kantong plastik. Selain masalah sampah plastik kali ini laut dihadapkan dengan peningkatan suhu. Seiring dengan perubahan iklim suhu di bumi semakin panas, otomatis suhu laut ikut panas pula.

Adanya kejadian seperti ini sangat membahayakan kehidupan di laut maupun di darat. Uap air yang ada di laut berpindah ke udara dan jika angin badai melewati daerah tersebut maka lebih banyak uap air yang terbawa. Hal ini menyebabkan angin badai yang semakin kencang dan curah hujan yang berlipat ganda serta timbul banjir karena kenaikan air laut diluar kendali manusia.

Jangan sampai karena ulah manusia terjadi ketimpangan ekosistem dunia. Jika terjadi ketimpangan tersebut akan sangat susah untuk kembali pulih secara alami.

Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration ada 10 cara menjaga laut yaitu:

1. Melestarikan Air
Hindari penggunaan air yang berlebih sehingga sisa dan limbah air tidak akan mengalir ke laut.

2. Mengurangi Polutan
Menggunakan bahan kimia yang tidak berbahaya dan membuang sampah dengan semestinya.

3. Mengurangi Limbah
Mengurangi pembuangan barang.

4. Berbelanja dengan Bijak
Memilih makanan laut. Mengurangi penggunaan plastik dan membawa tas belanja sendiri.

5. Mengurangi Polusi Kendaraan Bermotor
Menggunakan kendaraan yang berbahan bakar ramah lingkungan

6. Mengurangi Penggunaan Energi
Tidak boros dalam menggunakan energi listrik, seperti tidak boros menggunakan penghangat atau pendingin ruangan.

7. Bertanggung jawab dalam Memancing
Melakukan teknik “memancing kemudian melepaskan” dan membiarkan lebih banyak ikan hidup.

8. Mempraktikkan Berperahu dengan Aman
Meletakkan jangkar di daerah berpasir, jauh dari terumbu karang dan rumput laut. Mematuhi aturan kecepatan minimum perahu di daerah pantai.

9. Menghormati Habitat
Habitat yang sehat saling mempengaruhi keberlangsungan hidup. Rawatlah dengan baik.

10. Sukarelawan
Menjadi sukarelawan membersihkan pantai. Ini dapat membuatmu berkontribusi lebih dalam melindungi daerah perairan.

Di masa pandemi sekarang banyak tempat wisata laut yang terpaksa tutup untuk waktu yang tidak ditentukan. Hal itu mungkin memberi waktu untuk laut beristirahat, tetapi tidak berpengaruh banyak untuk laut memperbaiki diri.

Peran yang dibutuhkan dalam menjaga ekosistem laut yaitu perubahan perilaku diri kita sendiri. Pandemi sekarang memunculkan tatanan hidup baru atau new normal, dengan adanya gaya baru ini seharusnya juga menyadarkan cara hidup manusia. Banyak orang yang hirau dengan kondisi laut sekarang ini, sayangi dan jagalah lautan karena kita hidup lingkungan hidup di sekitar kita didominasi oleh perairan dan lautan. Jika kawasan itu hancur pasti kehidupan manusia perlahan ikut lebur.

Penulis: Alvin Aditya S

Mahasiswa Jurnalistik FIKOM

Universitas Islam Bandung

Angkatan 2016

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Program AMANAH Kembangkan SDM Muda Kelola Potensi Kekayaan Aceh

Program Aneuk Muda Aceh Unggul dan Hebat (AMANAH) mampu mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) muda di Tanah Rencong...
- Advertisement -

Baca berita yang ini