Influencer Positif Pahlawan Anak Milenial

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Kalimat milenial adalah istilah yang sekarang sering kita dengar dan pakai dalam komunikasi sehari-sehari. Kata ini baru tenar di kalangan masyarakat kita, sekitar awal tahun 2000-an. Apakah kalian masih ingat serial televisi Panji Manusia Milenium? Iya, salah satu sinteron yang tayang pada tahun 1999 hingga 2001. Namun istilah milenial saat itu tidak banyak dipakai seperti sekarang ini, padahal era milenial sekarang sudah hampir di ujung pintu dan menyambut era 4.0 dan 5.0 dengan lahirnya generasi Z.

Milenial adalah kata yang dicetuskan illiam Strauss dan Neil Howe pada tahun 1987 sebagai istilah untuk menggambarkan keadaan generasi baru saat itu yang memiliki karakter baru dan berbeda dengan generasi sebelumnya. Pada perkembangan selanjutnya kata milenial cukup tepat mengganti istilah generasi Y yang sudah dipakai ahli demografi pada saat itu.

Seperti nasihat yang pernah disampaikan salah satu sahabat Nabi, bahwa “Setiap masa ada generasinya dan setiap generasi ada masanya, maka didiklah anak kalian sesuai dengan generasi dan masanya”. Hal ini juga disampaikan dua tokoh di atas. Yakni setiap generasi mempunyai karakteristik umum yang akan menjadi karakter generasi itu.

Berdasarkan hasil riset yang dikutip dari livescience.com  dari USA Today, bahwa generasi milenial lebih terkesan individual dan kurang tertarik dengan urusan politik. Titik positif mereka ada pada pemikiran terbuka, pendukung kesetaraan hak, percaya diri, mampu menuangkan ekspresi perasaan dan pikirannya dengan karya, optimis, menginginkan jadwal kerja yang fleksibel dan banyak melakukan “me time”.

Namun kelebihan yang menjadi karakter tersebut tidak luput dari kekurangan, mereka dikenal juga dengan pribadi yang pemalas, narsis dan suka sekali melompat dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain.

Seperti yang kita ketahui, teknologi yang kemudian melahirkan media sosial dengan dunia mayanya memberikan tantangan besar di masa sekarang. Dunia arus informasi yang serba canggih dengan tawaran efisiensi dan efektifitas tinggi turut menjadi tantangan bagi generasi milenial untuk melakukan adaptasi dan belajar.

Karakter baru hasil tuntutan perkembangan masa dan teknologi yang bergerak dinamis, seperti kebebasan, individualis dan terbuka cukup memengaruhi budaya baru di sekitar kita. Media sosial sebagai ajang berbagi, bertukar dan memperoleh informasi sangat berperan membentuk karakter manusia. Ada kebebasan berekspresi dalam dunia maya yang melahirkan aneka ragam unggahan dari berabgai ekspresi dan informasi.

Keberagaman informasi yang meramaikan layar gawai kita tidak serta merta bisa disaring hanya memunculkan tayangan yang baik, adakalanya sajian informasi baik tulisan, gambar atau video yang berbau negatif dengan misi eksploitasi waktu dan mental yang juga turut menjadi konsumsi pengguna gawai.

Sejatinya, media sosial hadir dengan tujuan yang positif. Mendekatkan yang jauh dan mempersingkat yang lama. Pada intinya menciptakan ihwal yang se-efisien dan se-efektif mungkin untuk memenuhi kebutuhan manusia. Namun pada perkembangannya muncul oknum yang tidak bertanggung jawab dengan memanfaatkan kecanggihan media sosial untuk memuaskan nafsu dan egonya. Penipuan, penyebaran hoax juga jalan gerilya oknum buzzer (Pendengung) , aliran radikalisme dan fanatisme. Dimana pengaruh yang mereka bawa telah memberikan dampak buruk bagi persepsi, sikap, bahkan mental dan fisik penduduk dunia maya.

Munculnya para influencer (Pemengaruh) atau konten kreator yang meramaikan dunia maya adalah udara sejuk di tengah padang gurun kompetisi pemuasan nafsu oknum tak bertanggung jawab. Para pemengaruh yang muncul dan menampilkan tayangan atau aksinya melalui platform yang dimiliki dengan membawa misi kebaikan, mendidik masayarakat, mengenalkan masyarakat tentang pentingnya nilai kemanusiaan, ketuhanan, serta kemanusiaan adalah sosok pahlawan di kalangan milenial.

Mengapa bagi saya mereka adalah pahlawan? Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah pahlawan adalah siapapun yang telah memberikan pengorbanannya dalam kebanaran. Bagi saya pahlawan milenial adalah mereka para konten kreator yang berbagi ilmu dan wawasan sebagai jalan mengajak kepada kebenaran dan kebaikan dengan cara yang baik (dakwah) juga mereka yang telah membuat layanan akses (start up dan aplikasi) dalam kebaikan.

Mereka yang hadir dengan niat yang baik untuk mendidik dan berbagi pengetahuan kepada masyarakat lewat kontennya bahkan yang tidak menggunakan kesempatan adsense adalah orang yang berjasa kepada kita. Kehadiran mereka sangat kita butuhkan, meski mereka tidak secara langsung hadir di hadapan kita tapi sangat besar pengaruh mereka dalam membentuk persepsi kita, memberikan pengetahuan baru, dan teladan untuk bisa kita tiru dan amalkan.

Perkembangan teknologi yang semakin mencengangkan dengan arus informasi yang bebas akses telah banyak membawa dampak bagi pembentukan karakter milenial, tidak luput terhadap cara pandang dan sikap mereka dalam menjalani kehidupan baik kepada Tuhan, sesama dan lingkungan sekitarnya. Sebab dunia maya kini hampir tidak bisa lepas dari tangan generasi milenial. Saya memiliki sosok pemengaruh yang bagi saya adalah pahlawan milenial. Mereka adalah

  1. Habib Husein Ja’far seorang Da’i yang merangkul generasi muda dan lintas agama sebagai objek dakwahnya dengan cara dakwah yang ringan dan sejalan dengan permasalahan muda mudi milenial saat ini. Cara Habib menyampaikan dan menampilkan nilai kemanusiaan dan pentingnya kebaikan mampu menarik muda-mudi milenial untuk betah menyimak dan tergerak untuk mengamalkannya.
  2. Kak Gita Savitri Devi, pemengaruh muda yang mengawali konten youtube-nya dari vlog kesehariannya menjadi diaspora sekaligus mahasiswa luar negeri. Selanjutnya perempuan dengan sapaan Gitasav ini mengisi kontennya dengan pembahasan yang sedang marak terjadi di kalangan masyarakat kita. Bagi saya konten Kak Gitasav memproyeksikan pentingnya kesadaran diri (Self-Awareness) terhadap isu sosial, lingkungan dan kesehatan mental.
  3. Mbak Kalis Mardiasih, pemengaruh yang memulai jalan dakwahnya dengan menulis dan menjadi aktifis dalam isu perempuan, anak dan kesetaraan gender. Seringkali Mbak Kalis berbagi tulisan edukatif peduli isu perempuan pada media sosialnya. Selain menyuarakan peduli terhadap kekerasan kesetaraan gender, mbak Kalis juga aktif memberikan edukasi dan advokasi kepada para perempauan dan anak-anak penyintas kekerasan.
  4. Husein Muhammad salah seorang kiai pendiri Institut Studi Islam Fahmina, Cirebon. Kiai yang lantang bersuara tentang pluralisme, demokrasi dan hak asasi manusia. Buya Husein juga mendirikan sejumlah lembaga swadaya masyarakat untuk isu-isu hak-hak perempuan, antara lain Rahima, Puan Amal Hayati, Fahmina Institute dan Alimat.

Bagi saya mereka adalah sebagian dari orang-orang yang berjasa untuk karakter anak bangsa. Meskipun kerapkali platformnya tidak menjadi trending di kalangan milenial tapi aksi kebaikan yang mereka lakukan untuk bangsa dan generasi muda patut menjadi teladan dan disimak baik-baik.

Sudah seharusnya bagi kita konsumen informasi dan media sosial untuk selektif memilih konten dan kreatornya serta bersikap bijak dalam menerima dan merespon informasi tersebut. Generasi milenial yang berkawan teknologi memiliki tanggung jawab menjadi agen kebaikan dengan memperbanyak berbuat kebaikan dan menyebarkan kebaikan yang diterima sebagai bentuk terimakasih kepada mereka yang telah berjasa dan bekal untuk generasi selanjutnya.

Penulis: Nikmatul Khabibah

Ig: nikmah_habibah

 

5 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pelantikan dan Pengukuhan 27 Pejabat Tinggi Pratama Lingkup Pemprov NTT

Mata Indonesia, Kupang - Sebanyak 27 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Lingkup Pemerintah Provinsi NTT dilantik dan dikukuhkan oleh Penjabat...
- Advertisement -

Baca berita yang ini