Berlomba (dalam) Kebaikan

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Solidaritas adalah keniscayaan. Tanpanya, runtuhlah hakikat manusia sebagai homo sapiens, makhluk paling pintar yang juga berperan sebagai homo socius (makhluk sosial). Karena itu, saat seorang kawan berjuang melewati masa-masa kritis, kami bertelut dalam doa.

Kekuatan doa menjadi penyangga ketahanan diri dari kerapuhan dan keputusasaan. Doa yang tulus menjadi sumber cinta, sekaligus penghiburan rohani. Begitulah kami, teman-temannya dari segala penjuru kota berkanjang dalam permohonan dan pengharapan: segeralah sembuh kawan!

Demikianlah wujud cinta kami pada sesama. Jika bukan sekarang waktunya untuk mendoakan, bisa jadi suatu saat kita yang didoakan agar diberi kesembuhan. Maka, hubungan timbal balik dan berlomba dalam kebaikan adalah bentuk riil perwujudan iman.

Lebih konkrit lagi, saat saya, istri, dan kedua anak saya terpapar Covid-19, di bulan Juni 2021. Selama isolasi mandiri di rumah, para tetangga saling berganti menyapa, bertanya kabar, dan memberi dukungan semangat. Tetangga depan rumah, kiri dan kanan, bahkan yang di lain blok terus bergantian mengirim makanan, buah dan sayuran, sampai bumbu-bumbu dapur. Wow.. mengagumkan. Sepakat dengan pendapat John Donne bahwa tak seorang pun bisa hidup sendiri, “no man is an island”.

Ketika kami melapor ke pihak puskesmas melalui pesan di whatsapp, petugas menanggapi dengan ramah. Meski kami tidak bisa melaksanakan tes antigen di puskesmas, karena keterbatasan stok, minimal perhatian dan saran-saran yang diberikan pihak puskesmas membantu kami lebih tenang saat isoman. Itulah solidaritas sejati. Seperti menjadi seorang sahabat, selalu ada di saat untung dan malang.

Situasi terberat adalah melawan kejenuhan pada diri anak-anak. Selama dua pekan lebih, anak-anak seolah “terjebak” dalam rumah. Si bungsu yang sebelumnya aktif bermain di luar rumah, entah bermain bola atau bersepeda, harus menahan diri tetap berada di dalam rumah. Sebagai orangtua tentu tak tega melihat wajah si bungsu yang lesu dan tak bersemangat, Namun, apa boleh buat, itulah satu-satunya cara memutus rantai penularan virus ke semakin banyak orang.

#

Sebulan, dua bulan terus berlalu. Pandemi semakin menggila. PPKM terus diperpanjang. Tapi… ada tapinya. Agustus segera tiba. Kemeriahan menyambut kemerdekaan Republik Indonesia harus dirayakan dengan merdeka, kreatif, dan inovatif.

Maka, mulailah kami Pengurus kompleks perumahan di mana kami tinggal berpikir, berembug, dan berdiskusi tentang kegiatan apa yang mungkin dilakukan untuk menyambut kemerdekaan RI ke-76 ini.

Maka, dipilihlah dua jenis lomba, yaitu lomba yang dilakukan secara offline dan online. Lomba yang dilaksanakan secara offline adalah pertandingan tenis meja. Meski dikhawatirkan dalam pertandingan tenis meja ini, rawan terjadinya pelanggaran prokes oleh warga, namun hal itu tidak terjadi. Warga patuh mengikuti anjuran panitia agar selama menonton pertandingan wajib mengenakan masker.

Sedangkan kegiatan atau lomba yang dilakukan secara online ada tiga jenis lomba, yaitu lomba mewarnai untuk anak-anak usia TK sampai dengan SD, lomba menghias sepeda, dan lomba foto keluarga dengan tema/nuansa kemerdekaan.

Lomba virtual ini kemudian diinfokan melalui grup whatsapp warga, dengan pendaftaran online. Nah, singkat cerita, tanpa disangka-sangka, antusiasme anak-anak dan warga yang mengikuti lomba virtual luar biasa.

Hasil lomba mewarnai di kertas gambar yang telah dibagikan diunggah di instagram @paguyubangec. Demikian pula sepeda-sepeda yang sudah dihias dan foto keluarga bernuansa kemerdekaan diunggah di instagram @paguyubangec.

Tak disangka, antusiasme warga untuk mengikuti kegiatan lomba virtual maupun offline sangat menggembirakan hati. Caption yang ditulis peserta lomba di instagram sungguh menyentuh hati. Salah satu peserta @dewakaka6383 menulis caption di foto keluarganya: “Keluarga adalah tempat dimana kehidupan di mulai dan cinta yg tidak pernah berakhir.”

Sementara di caption lomba hias sepeda berbentuk tank, akun @treewedya menulis: “… Ini adalah salah satu bentuk atau cara mengenalkan anak tentang nuansa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Berharap ini akan menjadi moments untuk anak-anak setiap memperingati hari kemerdekaan.”

Begitulah sinergi anak-anak bangsa untuk menjadi Indonesia. Solidaritas terus bertumbuh, bersamaan dengan suasana kegembiraan memeriahkan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76.

Man for others bukan hanya dalam untaian kata puisi ataupun kata mutiara yang dipajang di dinding. Hidup untuk dan menjadi berkat bagi orang lain adalah bentuk tanggung jawab martabat manusia yang hakikatnya adalah makhluk ciptaan yang secitra dengan Tuhannya. Dan, dengan solidaritas, Indonesia pasti bisa bangkit kembali!

Tetap semangat. Salam Merdeka

Penulis: Yohanes Budi Utomo

FB: @yohanes budi – ybu
IG  dan Twitter : @ybualways

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pelantikan dan Pengukuhan 27 Pejabat Tinggi Pratama Lingkup Pemprov NTT

Mata Indonesia, Kupang - Sebanyak 27 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Lingkup Pemerintah Provinsi NTT dilantik dan dikukuhkan oleh Penjabat...
- Advertisement -

Baca berita yang ini