Bangkitlah Papua

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Pernah dengar tentang Operasi Papua Merdeka? Pasti pernah, dong. Sebuah organisasi separatis yang ingin melepaskan diri dari naungan Sang Saka Dwi Warna, bebas dari kekuasaan NKRI. Sering sekali saya temukan artikel, siaran radio, bahkan berita di televisi yang melaporkan betapa anarkis dan destruktifnya organisasi ini. Tidak jarang, saya temui berita yang menyebutkan anggota OPM menyerang warga sipil, dan lukai aparat negara, seperti yang disebut dalam Global Terrorism Database milik University of Maryland, Amerika Serikat.

Pemberontakan OPM gencar dilakukan sejak awal didirikannya organisasi tersebut. OPM juga menolak untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan lebih memilih untuk menyanyikan mars milik mereka yang berjudul Hai Tanahku Papua. Hal yang sama juga berlaku untuk bendera. Mereka lebih memilih untuk mengibarkan Bendera Bintang Kejora daripada Bendera Merah Putih.

Saat saya masih muda dan hanya menelan bulat-bulat berita yang disediakan oleh media, saya percaya bahwa OPM adalah sebuah organisasi jahat yang harus diberantas demi terjaganya keamanan dan stabilitas negara. Sebuah pemikiran lugu dari seorang anak muda yang mencintai negaranya. Namun, semua itu berubah saat saya bertambah dewasa dan mulai bisa menilai sesuatu tidak hanya dari satu sisi saja.

Jika saya terlahir di tanah Papua yang kaya, dan melihat sendiri bagaimana tanah saya selalu dijajah dan diinjak-injak harga dirinya, amarah saya pun akan berkobar dengan dendam kesumat terhadap negara. Negara, yang seharusnya menjadi tempat rakyatnya berlindung, berteduh, mengadu, dan berkeluh-kesah. Apa daya, negara yang saya cintai dengan segenap hati dan jiwa saya selalu memandang tanah saya dengan sebelah mata.

Tanah Papua adalah tanah yang kaya, bahkan mungkin yang terkaya di Indonesia. Pulau Irian Jaya yang kini bernama Papua Barat adalah pulau terbesar dalam gugusan pulau-pulau Nusantara. Tentu saja, para petinggi negara terdahulu yang rakus dan tamak sudah mengetahui potensi besar tanah ini. Perut bumi Papua terus dikeruk, hasil alamnya ditebas, dirampas, lalu apa? Uangnya di bawa ke kantong mereka masing-masing.

Contoh nyatanya? Mudah saja. Tambang Emas Grasberg yang terdapat di dataran tinggi pegunungan Sudirman di Papua, adalah tambang emas terbesar di dunia. Siapa yang mengelolanya? Kita semua tahu. Freeport. Sepertinya sudah menjadi rahasia umum bahwa perusahaan asal Amerika Serikat tersebut memegang lebih dari 90 persen saham dari hasil tambang. Orang Papua dapat apa? Oh, banyak. Ini contohnya:

1. Dapat prestasi sebagai rakyat termiskin di Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Nasional, angka kemiskinan rakyat Papua ada di angka 30.66 persen (data per September 2012). Angka ini merupakan angka tertinggi yang melebihi provinsi mana pun. Masuk akal, nggak, saat tambang emas terbesar dunia ada di sebelah rumah Anda, Anda malah tidak bisa makan berhari-hari?

2. Dapat penyakit akibat limbah tambang yang berupa pasir kimiawi (tailing) yang merusak mencemari air. Bayangkan, jika Freeport dapat memproduksi 200 ribu ton sehari dari hasil menambang, maka limbah yang dihasilkan per hari mencapai 190 ribu ton. Itu semua dibuang kemana? Tentu saja ke sungai-sungai di sekitar tambang dan sumber air lainnya.

3. Dapat kerusakan lingkungan. Lihat saja salju abadi Puncak Jaya yang semakin menipis, salah satunya adalah akibat dari aktivitas pertambangan selain juga karena pemanasan global dan perubahan iklim.

Apakah wajar jika orang Papua bangkit dan membela tanah kelahiran mereka? Tentu wajar. Luka rakyat Papua sudah terlalu dalam dan telah membusuk selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Apakah tindakan-tindakan anarkis yang diambil OPM adalah langkah yang tepat? Tentu tidak. Namun, saat suara Anda terus dibungkam dan bumi Anda tidak henti-hentinya dijarah, sementara sanak saudara Anda satu persatu mati karena busung lapar, satu-satunya pilihan yang tersisa adalah bangkit dan membela diri, sekuat yang Anda bisa.

Kini, saham Freeport telah diambil alih negara sebanyak 51 persen. Sebuah prestasi luar biasa dari kabinet kepresidenan saat ini. Infrastrukur tidak henti-hentinya dibangun, negara datang berkunjung berkali-kali ke pelosok-pelosok daerah untuk meninjau berbagai pembangunan fasilitas publik. Perbaiki semua yang perlu diperbaiki. Lindungi semua yang perlu dilindungi.

Pegunungan dibelah, jalan-jalan baru dibangun, bandara dibuka, dan stadion olahraga didirikan. Saya percaya, rakyat Papua sangatlah mencintai Indonesia, hingga tak henti-hentinya bersuara, teriakkan ketidakadilan yang terjadi di ujung timur negara.

Saya memamg belum pernah ke Papua, namun, do’a saya untuk saudara-saudara di timur sana tak pernah putus. Pasti, saat situasi aneh ini berakhir dan saya kembali bekerja, saya akan mengunjungi tanah Papua yang indahnya tiada tara. Damailah selalu, saudaraku.

Salam sayang dari saudaramu di Bali. Salam NKRI. Salam merah putih.

Penulis: Nama: Suciani Arta
Fb: @Suciani Arta
Ig: @blahdaily

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

AMN Manado Upaya BIN Tanamkan Nasionalisme Generasi Muda

Badan Intelijen Negara Republik Indonesia (BIN RI) terus berupaya untuk menanamkan semangat dan rasa nasionalisme kepada para generasi muda...
- Advertisement -

Baca berita yang ini