Aku Pahlawan 4.0

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Perkembangan dunia kini sudah pada revolusi industri 4.0.

Seiring berjalannya waktu pula perjalanan hidup bangsa Indonesia sudah 76 tahun. Demikianlah kemerdekaan hidup yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan negeri, pejuang harapan bangsa.

Hal ini berarti untuk menilik lebih jauh masalah kemerdekaan bangsa tidak luput dengan figur perjuangan para pahlawan terdahulu. Maka tepatlah perkataan Bung Karno, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.”

Hal ini berarti sebagai generasi milenial, jasa para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini harus senantiasa diperjuangkan, ditumbuhkembangkan dan senantiasa terpatri dalam hati dan pikiran generasi saat ini. Apalagi mengingat perkembangan zaman kini sudah berubah. Dunia teknologi, informasi dan komunikasi sudah semakin canggih dan modern. Mungkinkah perjuangan para pahlawan masih dikenang generasi milenial saat ini?

Kini semua hal dapat dilakukan hanya dalam ruang digitalisasi. Komputerisasi, gadget, dan teknologi lainnya sudah mempengaruhi semua aspek lini kehidupan manusia. Dan, yang terpenting aspek IT tersebut dapat dikatakan menjadi tantangan sekaligus peluang generasi milenial dalam memperjuangkan hidup baik pribadi maupun pengabdian bagi bangsa dan negara saat ini. Oleh karena itu, yang menjadi pertanyaan saya adalah siapakah pahlawan di mata generasi milenial saat ini?

Masihkah generasi milenial saat ini mengimplementasikan dengan sungguh-sungguh perkataan Bung Karno di atas? Gerakan-gerakan semacam apa yang harus dan telah dilakukan generasi saat ini dalam hidup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara? Oleh karena itu tulisan ini kiranya menjadi ungkapan rasa syukur dan terima kasih bagi segenap pahlawan yang telah berjuang demi diriku sebagai generasi milenial, demi bangsa dan demi negara ini. Dengan kata lain, penulis melihat keluasan makna sosok pahlawan secara universal dan bukan parsial dengan beberapa contoh pengalaman yang penulis alami rasakan dan sekaligus kegundahan.

Sosok pahlawan dalam kacamata penulis sebagai generasi milenial berarti seorang yang memiliki jasa oleh karena keberanian, perjuangan, serta pengorbanannya yang totalitas demi memperjuangkan kebenaran, keadilan dan damai sejahtera. Pahlawan memberikan semua yang ia miliki demi sesuatu yang ia cintai. Bahkan nyawa menjadi taruhannya.

Penulis teringat dengan sosok para pahlawan nasional. Karena begitu besar cinta akan generasi penerusnya, begitu besar cinta akan negeri ini, begitu besar cinta akan suatu nilai hidup dan martabat luhur manusia maka mereka berani berkorban bahkan nyawa menjadi taruhannya. Semuanya demi mengusir kaum penjajah, kaum pemberontak, dan kaum penjahat yang tidak memiliki cinta akan nilai hidup manusia yang selayaknya  dimanusiawikan. Demi kemerdekaan dan bukan penjajahan. Dengan kata lain pahlawan telah memberikan seluruh hidupnya secara totalitas demi nilai luhur martabat manusia yang lainnya.

Pahlawan bagi penulis merupakan sosok keluarga. Dalam pengalaman hidup, Ia adalah ibu yang dengan penuh cinta memberikan seluruh hidupnya demi anaknya. Ibu yang mengandung, melahirkan, merawat, membesarkan, dan melindungi demi kebahagiaan anaknya.

Ia adalah ayah yang senantiasa berjuang dalam mencari nafkah, bekerja keras atau banting tulang yang tidak kenal panas, hujan, luka dan kesakitan demi kebutuhan dan nilai hidup anak-anaknya. Ia adalah kakak dan adik yang saling mendukung, memotivasi, tolong menolong dst dalam perbuatan baik sebagai satu saudara. Pahlawan dalam hal ini adalah sosok keluarga yang saling menghidupkan. Singkat kata, sosok pahlawan hadir dalam hidup penulis dalam keluarga yang saling melengkapi karena unsur sependeritaan dan sepenanggungan.

Pahlawan bagi penulis adalah para pengabdi negeri dalam hal ini kaum pemerintah. Namun di sini tidaklah tepat bahwa menyamaratakan pemerintah sebagai pahlawan. Maka, pemerintah yang baik adalah pahlawan. Sedangkan pemerintah yang buruk adalah penjajah.

Mengapa penulis mengatakan demikian? Karena di zaman ini, generasi milenial saat ini, pahlawan kerapkali disalah artikan oleh generasi milenial. Bayangkan pemerintah yang koruptor, mengambil uang rakyat, korupsi, kolusi dan nepotisme, pemberontak, penindas kaum kecil dan mengambil kesejahteraan rakyat. Dapatkah mereka dikatakan sebagai pahlawan? Tidak. Mereka bukanlah pahlawan.

Pahlawan sesungguhnya adalah pemerintah yang memperjuangkan keadilan sosial, kesejahteraan rakyat, pencipta perdamaian, keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta mereka yang rela menjadi miskin agar rakyatnya kaya. Kaya dalam nilai dan keutamaan-keutamaan hidup manusia. Membangun manusia pembangunan agar menjadi lebih manusiawi. Itulah pahlawan.

Dan, hal ini sangat jarang penulis temukan di generasi milenial ini. Oleh karena itu sosok pahlawan pemerintah yang dalam pengalaman penulis adalah sosok Presiden Jokowi. Dia yang dengan segala totalitas hidupnya mengabdi bagi negeri ini. Lihat saja negara ini mengalami banyak perubahan baik segi infrastruktur maupun suprastrukturnya. Pembangunan yang memanusiawikan manusia. Itulah sosok pahlawan yang sejati. Gambaran pahlawan milenial yang hidup dalam zaman yang serba milenial.

Jauh dari itu semua, pahlawan yang sejati adalah diri kita sendiri. Saya adalah generasi milenial penerus bangsa dan negara. Demikian juga dengan pemuda milenial lainnya. Pahlawan adalah aku yang otentik. Artinya aku sebagai pahlawan harus mampu menjadikan diri pahlawan bagi diri sendiri. Sebab dengan menjadi pahlawan bagi diri sendiri kita akan mampu menjadi pahlawan bagi orang lain, bagi keluarga bahkan negara kita tercinta.

Bayangkan saja para pahlawan terdahulu. Oleh karena mereka mampu menjadi pahlawan bagi diri sendiri maka mereka mampu menjadi pahlawan bagi orang lain. Sebab, pahlawan yang sejati tidak pernah mau menyakiti dirinya sendiri sebaliknya membiarkan dirinya tersakiti agar orang lain Bahagia. Dan, hal itu telah dilakukan para pahlawan nasional, pejuang kemerdekaan negeri tercinta Indonesia ini.

Akhirnya gambaran pahlawan secara jelas penulis temukan dalam kehidupan sehari-hari. Pehlawan adalah mereka yang dengan setia dan totalitas melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil dalam hidup. Tidak korupsi waktu, belajar dengan rajin dan sungguh-sungguh, berani melepaskan handpone dan game demi membantu kedua orang tua, menjaga kebersihan dan kerapian. Bersikap jujur dan mengatakan kebenaran, berani bertanya, berani melaporkan segala macam tindakan kejahatan, tidak terlibat dalam seks bebas, pergaulan bebas, narkoba dan miras.

Pahlawan yang berani tampil apa adanya dan otentik. Setia melakukan perbuatan kecil, berani menolong, meminta maaf dan besyukur dengan segala hidup yang dimiliki. Dan masih banyak lagi. Itulah pahlawan sejati, pahlawan milenial pancasilais, generasi penerus bangsa dan negara. Semuanya itu demi Indonesia Tumbuh, Indonesia Tangguh.

Penulis:  Yohanes Alfrid Aliano

FB: Aliando Anes

Ig: ano_anes

11 KOMENTAR

  1. Saya mendukung apa yg telah menjadi argumen penulis dalam artikel ini. Kesadaran kaum muda akan kewajiban untuk semakin mengedepankan nilai nilai Pancasila memang sangat minimalis. Artikel yang di tulis ini kembali menyentak kesadaran saya untuk semakin mengutamakan keutamaan-keutamaan dalam Pancasila yang telah di gagas oleh para pahlawan zaman kemerdekaan. Semangat juang dan nilai-nilai yang ditulis dalam artikel ini menjadi pemantik bagi saya sebagai kaum muda untuk semakin berbenah diri. Semakin mengedepankan nilai-nilai Pancasila adalah hukum wajib bagi saya sebagai generasi muda.

  2. Kerapkali kita hanya bisa mengagumi jasa para pahlawan, namun kenyataannya sikap hidup mereka tidak kita aplikasikan dalam hidup. Maka gembaran menghargai para pahlawan adalah dengan menghargai diri sendiri dahulu. Setuju!

  3. Benarlah bahwa generasi milenial kini sulit memaknai pahlawan sesungguhnya hal ini sebagai akibat perkembangan IPTEK. Maka, menumbuhkan kesadaran diri amat sangat diperlukan.

  4. Bagus dan saya setuju. Tulisan ini sangat mewakili situasi saat ini. Tulisan ini juga secara tidak langsung mengajak saya menjadi berani menjadi pahlawan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara sederhana.

    • Setuju…soalnya generasi saat ini lebih mementingkan gedget..dan melihat orang lain saja sebagai pahlawan padahal pahlaman yang sejati tumbuh dari diri sendiri…menarik tulisan ini

  5. Aku suka gagasannya mengenai part “keluarga sebagai pahlawan”, setuju dasar pahlawan adalah keluarga merekalah pejuang pertama, tanpa mereka mungkin kita tidak ada di sini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Berantas Paham Radikalisme dan Terorisme, Aparat Keamanan Berhasil Tangkap 7 Teroris di Sulteng

Aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus berupaya untuk memberantas penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Tanah Air. Upaya tersebut...
- Advertisement -

Baca berita yang ini